NovelToon NovelToon
Jiwa Maling Anak Haram

Jiwa Maling Anak Haram

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Reza Sulistiyo, penipu ulung Mati karena di racun,
Jiwanya tidak diterima langit dan bumi
Jiwanya masuk ke Reza Baskara
Anak keluarga baskara dari hasil perselingkuhan
Reza Baskara mati dengan putus asa
Reza Sulistiyo masuk ke tubuh Reza Baskara
Bagaimana si Raja maling ini membalas dendam terhadap orang-orang yang menyakiti Reza Baskara

ini murni hanya fanatasi, jika tidak masuk akal mohon dimaklum

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 SKANDAL BINTANG KAMPUS

Hai, pembaca.

Maaf, cerita ini hanya hiburan. Kalau setelah ini kalian jadi licik atau manipulatif, itu tanggung jawab kalian sendiri.Tapi satu hal yang pasti—kalian mungkin akan melihat masalah hidup dengan cara yang berbeda. Seperti Reza. Dia tidak pernah benar-benar menghindar dari masalah. Tapi dia selalu melihat peluang di baliknya. Dan anehnya, itu membuat hidupnya terasa lebih... menarik.

Reza bukannya tidak tahu kalau dia sedang diikuti. Dia tahu. Tapi dia membiarkannya.

Baginya, semua ini bagian dari rencana. Dan seperti biasa, langkahnya sudah mulai menunjukkan hasil: menarik simpati Galih. Setelah kemarin berhasil menjadi pahlawan dari masalah yang dia ciptakan sendiri, sekarang dia tinggal menunggu efek berikutnya.

Sampai di kampus, Reza melompat turun dari truk. Di tangannya ada uang upah—Rp15.000. Tidak banyak, tapi cukup untuk ongkos dan secangkir kopi murah di kantin.

“Semangat, Za. Besok kalau jadi presiden, jangan lupakan kami,” ucap pria paruh baya yang duduk di pinggir bak truk.

“Siap, Paman,” jawab Reza santai, lalu berjalan masuk ke area kampus, seolah tak ada yang istimewa pagi ini.

Padahal, semuanya sudah dia atur sejak semalam.

Reza melihat gerbang kampus. Dalam hati, ia bergumam, “Selamat datang, neraka.”

Di dekat gerbang, seorang wanita berkacamata tebal sudah menunggunya. Namanya Sofia.

Dulu, Reza tidak pernah benar-benar memperhatikannya. Baginya, Sofia hanya bayangan di antara keramaian kampus. Tidak menonjol. Tidak menarik perhatian.

Karena fokus Reza waktu itu hanya satu: Ratna Dewi Purnama. Salah satu wanita tercantik di kampus. Populer. Pintar. Dan penuh pesona.

Tapi hari ini, justru Sofia yang berdiri di sana. Menunggu dia datang

“Za, ini,” ucap Sofia, menyerahkan sebuah botol parfum kecil. “Mandi dulu, terus pakai parfum ini.”

Reza menatapnya. Sekilas. Singkat. Tapi cukup untuk membuat Sofia gugup.

“Terima kasih,” jawab Reza singkat.

Sofia tampak tersipu. Matanya cepat-cepat menghindar. Wajahnya memerah, tapi ia pura-pura tenang.

Reza tidak membuang waktu. Ia langsung menuju kamar mandi kampus, membersihkan badan secepat mungkin. Setelah itu, ia mengganti bajunya dengan yang lebih layak. Baju simpanan yang sudah dia bawa dari rumah.

Sebelum keluar, ia semprotkan parfum dari Sofia. Ringan, segar, dan tidak murahan.

Begitu keluar dari kamar mandi, Reza langsung disambut tatapan sinis dari seseorang.

Ratna.

Ia berdiri di seberang lorong, menyilangkan tangan, pandangan tajamnya tertuju pada Reza. Suasana langsung berubah tegang.

Reza melirik sekeliling. Sunyi. Tapi terlalu sunyi. Seperti sudah diatur.

“Haha, jebakan lagi,” pikir Reza. “Pasti skenario lama: aku dituduh melecehkan dia. Si Dimas dan Vanaya pasti ikut main di belakang.”

Reza pura-pura menunduk. Wajahnya dibuat ketakutan. Gestur tubuhnya seperti orang pasrah. Tapi dalam pikirannya, dia sudah menyiapkan langkah selanjutnya.

Ratna perlahan membuka beberapa kancing bajunya. Cukup untuk memperlihatkan bagian dadanya. Sengaja. Terencana. Dan jelas bukan spontan.

Reza tetap menunduk. Tapi matanya tajam. Dia tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali.

Ratna mulai mendekat. Langkahnya pelan tapi pasti. Dia ingin memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.

Begitu cukup dekat, dia akan berteriak sekencang mungkin—menuduh Reza melecehkannya. Seolah-olah dia korban.

Setelah itu, seperti biasa, Reza akan dipukuli. Difitnah. Dikeluarkan dari kampus.

Skenario yang sama. Rencana yang nyaris sempurna.

Ratna sudah hafal alurnya. Dia tahu siapa yang akan muncul setelah teriakannya. Dimas dan gengnya pasti sudah bersiap di sudut lorong. Tinggal tunggu aba-aba.

Tubuh Reza sedikit bergetar. Seperti seseorang yang ketakutan. Tunduk. Tidak melawan.

Ratna tersenyum kecil. Dalam pikirannya, semuanya sudah selesai. Tinggal satu langkah lagi.

Tapi dia tidak tahu, kali ini Reza datang dengan rencana lain.

Tepat saat Ratna hendak berteriak, tangan Reza bergerak cepat. Ia menotok bagian bahu Ratna. Gerakan kecil, tapi cukup untuk membuat suara Ratna tertahan. Tidak keluar.

Wajah Ratna langsung panik. Dia tidak menyangka Reza bisa melawan dengan cara seperti ini.

Tanpa membuang waktu, Reza memeluk tubuh Ratna—bukan dengan kelembutan, tapi dengan kendali. Lalu membawanya ke kursi di dekat lorong belakang kampus. Tempat yang sepi, tapi masih dalam jangkauan pandang siapa pun yang lewat.

Reza duduk. Memposisikan Ratna agar duduk Diatasnya dan melumat bibir ratna secara brutal, bagi reza sulsitiyo ini adalah bagian dari hidupnya, mencuri, menimpu, dan main wanita.

Reza duduk di kursi dan ratna duduk di atas reza

Dan reza terus melumat bibir ratna dengan begitu buas

Tak ada yang akan menyangka—bahkan tak terlintas di benak siapa pun—bahwa Ratna tengah dilecehkan. Yang terlihat di mata dunia hanyalah sepasang kekasih yang sedang mencari tempat sunyi untuk melampiaskan rindu.

Ratna panik. Tubuhnya memberontak, tapi darahnya justru berdesir hebat. Ada kegilaan yang merambat di sela napasnya. Untuk pertama kalinya, bibirnya dilumat dengan cara brutal—oleh pria yang paling ia benci seumur hidupnya.

Ratna ingin berteriak, tapi suaranya seolah hilang ditelan angin. Tubuhnya ingin melawan, namun tak bergerak—kaku seperti patung. Seolah ada yang mengunci seluruh syarafnya.

Reza menarik tangan Ratna, melingkarkannya ke lehernya sendiri, menciptakan ilusi keintiman yang palsu. Ciuman itu makin dalam, liar, panas—seperti adegan film semi murahan

Ratna gemetar. Panas merambat di kulitnya, tapi jiwanya kosong. Ada sesuatu yang pecah di dalam dirinya—antara marah, takut, dan sensasi yang malah dia nikmati

Di lorong kampus, seseorang sudah diam-diam merekam kejadian itu. Dari awal sampai akhir.

Lalu terdengar teriakan:

“Pelecehan!”

Satu kata itu langsung menggema ke seluruh penjuru kampus. Mahasiswa mulai berdatangan. Beberapa dosen ikut melongok. Kerumunan terbentuk dalam hitungan menit.

Tapi begitu mereka melihat posisi Reza dan Ratna yang duduk terlalu dekat—terlalu intim—semua jadi bingung.

Pendapat langsung terbagi dua.

“Itu pelecehan! Harus diproses!” teriak seseorang dengan wajah serius.

“Pelecehan apanya? Itu mah pacaran. Emang si Reza aja yang nggak tahu tempat!” sahut yang lain.

“Bodoh! Dia duduk di pangkuan cowok, mana mungkin itu normal!”

“Lo buta? Itu ceweknya yang mulai!”

Keributan makin menjadi. Suara saling bantah. Beberapa mulai merekam. Beberapa lainnya sudah siap membagikan video ke media sosial.

Sementara itu, Reza tetap tenang.

Dan Ratna? Wajahnya pucat. Tidak seperti biasanya.

Dia tidak sadar—rencana yang sempurna itu... baru saja berbalik arah.

“Salah kaprah kalian semua!” teriak seseorang dari kerumunan.

“Kalau ini pelecehan, posisinya pasti Ratna yang di bawah Reza. Tapi lihat baik-baik—siapa yang duduk di atas siapa? Terus yang teriak juga bukan Ratna. Harusnya kalau benar dilecehkan, dia udah lari minta tolong. Tapi sekarang? Dia diam aja.”

Kerumunan mulai ragu. Ucapan itu terdengar masuk akal.

Tiba-tiba Dimas muncul dari balik kerumunan. Wajahnya merah, emosinya meledak.

“Reza bajingan!” teriaknya keras.

Reza tersentak. Tangannya buru-buru melepas pelukan dari tubuh Ratna. Gerakannya gugup. Seperti dua remaja yang ketahuan bermesraan di tempat umum.

Ratna mulai bisa menggerakkan tubuhnya. Tapi pikirannya masih berantakan. Bibirnya masih terasa... hangat. Bekas sentuhan Reza belum hilang dari kesadarannya.

“Lihat… Ratna diam aja. Nggak nolak, nggak minta tolong,” ucap seseorang dari kerumunan.

Kalimat itu menyebar cepat. Membelah pendapat. Mana korban, mana pelaku—semuanya mulai kabur.

Dan entah siapa yang memulainya, video kejadian itu sudah menyebar ke grup kampus. Lengkap dengan caption:

SkandalBintangKampus

Perdebatan pun langsung pecah di grup WhatsApp mahasiswa.

“Itu jelas pelecehan!”

“Nggak juga, liat aja posisinya. Mereka kayak pacaran.”

“Mana ada pacaran model gitu di lorong kampus? Bejat banget.”

“Yang bejat bukan cuma Reza. Si Ratna juga.”

Dunia maya kampus pun terbakar.

Sementara itu, Reza hanya diam. Dikelilingi tatapan tajam, bisik-bisik, dan kamera ponsel yang masih menyala. Ia tahu semua mata sedang tertuju padanya.

“Reza,” suara seorang wanita memecah kerumunan.

Dia adalah Silvia—Dekan III Bidang Kemahasiswaan. Wajahnya dingin, sorot matanya tajam.

“Kalian…” ujarnya sambil menatap Reza dan Ratna, “ikut saya ke ruangan sekarang.”

Nada suaranya tegas. Tak bisa dibantah.

1
SOPYAN KAMALGrab
pernah tidak kalian bersemangat bukan karena ingin di akui... tapi karena ingin mengahiri
adelina rossa
lanjut kak semangat
adelina rossa
lanjut kak
Nandi Ni
selera bacaan itu relatif,ini cerita yg menarik bagiku
SOPYAN KAMALGrab
jangn lupa kritik...tapi kasih bintang 5...kita saling membantu kalau tidak suka langsung komen pedas tapi tetap kasih bintang 5
adelina rossa
hadir kak...seru nih
FLA
yeah balas kan apa yg udah mereka lakukan
FLA
wah cerita baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!