Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga belas
"Dit, hati-hati. Ibu merasakan jika ada orang-orang yang mencoba berniat jahat padamu," ucap Adhisti--ibunya Dewi Pandita diseberang telepon.
"Iya, Bu. Dita ingat pesan ibu. Sudah dulu ya. Bus nya sudah datang," ucap Dita saat melihat dua buah bus yang memasuki halaman kampus. Tampaknya mereka akan bersiap untuk berangkat.
"Bu, titip salam sama Papa, Dita berangkat dulu." gadis itu mengakhiri panggilannya.
"Iya, Sayang."
Panggilan berakhir dan para peserta sudah berbaris mengikuti intruksi yang diberikan oleh moderator.
Galuh menatapi Dewi Pandita yang terlihat setengah berlari menghampiri barisan, sedangkan Shasa tampak menunggunya sembari melambaikan tangan pada sahabatnya agar mengambil barisan yang sama dengannya.
Dewi Pandita memasuki barisan Shasa dan berdiri dibelakangnya.
"Darimana saja, sih?" tanyanya dengan 0enasaran.
"Ibuku nelpon,"
Percakapan mereka terhenti saat Galuh memberikan intruksi agar didengarkan oleh para peserta. Mereka diminta untuk memeriksa barang bawaan agar tidak tertinggal.
Setelah mengabsen satu persatu peserta, maka para mahasiswa yang mengikuti acara camping dipersilahkan masuk kedalam bus sesuai dengan nomor yang telah diberikan.
Shasa dan Gita mengantri untuk masuk, hanya saja keempat pengacau itu tidak terlihat, entah dimana mereka saat ini, tidak terlihat sama sekali saat memasuki bus.
Shasa dan juga Dita masuk kedalam bus. Sedangkan Galuh masih terlihat sibuk dengan beberapa tenda yang akan digunakan saat acara camping nantinya.
Saat Dita dan Shasa duduk dibangku mereka yang sesuai nomornya, mereka dikejutkan oleh Kavita dan genk yang ternyata duduk dibagian sisi kiri mereka.
Sontak saja Keduanya saling pandang, sebab seharusnya mereka berada dibus satunya, sepertinya mereka diam-diam menukar nomor milik mereka.
Tak berselang lama, Dua orang dosen yang mendampingi mereka masuk kedalam bus, salah satunya adalah Angkasa, yang mengambil posisi dibagian belakang, hal ini membuat Kavita dan genk kecewa, sebab tidak dapat mengerjai Dita, berbeda jika ia duduk didepan, maka hal itu akan mempermudahnya.
"Sepertinya Pak Angkasa kepincut bemeran deh, dengan tuh anak." bisik Jenifer sembari melirik ke arah Dewi Pandita yang sibuk menyusun ranselnya.
"Iya, sebucin itukah Pak Dekan?" jawab Kavita dengan rasa cemburu yang teramat besar.
Mereka terlihat kesal, dan bus mulai meninggalkan halaman kampus.
Sementara itu, Angkasa dan Dewi Pandita tampaknya masih saling diam. Kejadian pagi itu sepertinya membuat mereka saling canggung satu sama lain, meskipun sejujurnya mereka merasakan deguban jantung yang sangat menderu.
****
Hari tampak mulai terik, sepertinya mereka akan tiba sekitar pukul tiga sore. Saat hampir tiba, Dewi Pandita merasakan sesuatu yang mengganjal dihatinya.
Ketika Bus berbelok ditikungan, terlihat bukit yang akan mereka jadikan tempat untuk mendirikan tenda terlihat jelas didepan mata, namun pada kenyataannya, mereka harus berjalan sejauh dua belas kilometer untuk mencapai lokasi.
Tiba-tiba saja Dewi Pandita melihat awan hitam yang tampak bergerak dan membentuk sebuah makhluk yang mengerikan dan menatap tajam kearah bus yang mereka tumpangi.
Dewi Pandita tersentak kaget. Lalu menoleh ke arah Shasa yang ternyata ketiduran.
Hatinya semakin gelisah, lalu ia melirik ke arah Kavita yang mana membalas tatapannya dengan sangat sinis penuh kebencian.
Ia mendekap ranselnya. Ia merasakan jika diatas sana ada banyak bahaya sedang mengincar mereka.
Namun bagaimana ia akan memberitahunya, dan sebaiknya mereka membatalkan saja perjalanan dan rencana camping tersebut.
Akan tetapi, tampaknya tidak akan ada uang percaya padanya.
Bus melambatkan lajunya saat memasuki gapura yang bertuliskan 'Selamat Datang' pada desa B.
Sebuah pemandangan yang sangat indah. Dipenuhi bukit yang berbaris dengan indah dengan pepohonan pinus yang berjejer dengan rapih.
Udaranya cukup terik, namun jika memasuki pukul tujuh malam, maka udaranya akan menembus hingga ke tulang, dan sebab itu mereka diingatkan untuk membawa jaket tebal agar menghindari terjadinya hipotermia, bahkan Dita membawa minyak kayu putih dalam botol berukuran besar dalam wadah berbahan plastik.
Semua peserta turun dari bus. Mereka kembali berbaris dan mendengarkan intruksi agar tidak berkata sembarangan, apalagi sampai berbuat nista ditengah hutan.
Setelah memberikan pesan-pesan yang dianggap penting, mereka mulai melakukan perjalanan untuk mendaki bukit dan menemukan titik lokasi yang akan dijadikan tempat mereka mendirikan tenda.
Angkasa melirik ke arah Dewi Pandita. Namun gadis itu membuang pandangannya dan ia merasakan deguban jantungnya begitu memburu.
Gadis itu membawa ranselnya dengan sigap, sedangkan Shasa tampak kesulitan, sebab baru kali ini ia melakukan pendakian.
Wuuuuuss
Hembusan angin berdesir menerpa wajah Dewi Pandita. Ia berhenti sejenak, dan mahasiswa lainnya mendahuluinya, termasuk Shasa yang tampak mulai rewel dan pasti akan drama merepotkan bagi Galuh karena ia akan mengeluh capek.
Rombongan mereka dengan dua bus berjumlah sekitar tiga puluh orang. Sebagian dari mereka mulai mendaki bukit dan pemandu terlihat memberikan intruksi untuk memperhatikan medan jalan.
Seeeer
Dewi Pandita merasakan tak nyaman. Ia merasa jika mereka sedang diawasi oleh sosok yang tak kasat mata dan terus mengikuti arah langkah mereka.
Tap
Sebuah tepukan dipundak Dita menyadarkannya dari lamunan yang sesaat.
"Hah!" ia tersentak kaget, lalu menoleh kearah sosok yang menegurnya, dan ternyata itu adalah Angkasa.
"Jalan!" ucapnya pada Dewi Pandita agar segera bergerak, sebab ia sudah tertinggal oleh rombongan.
"Tunggu!" cegah sang gadis saat Angkasa melewatinya.
Pria itu menghentikan langkahnya. "Ada apa?"
"Pak, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres, hutan ini penuh misteri. Apakah sebaiknya kita batalkan saja acara camping ini." Dita mencoba membuang egonya, dan berbicara pada sang Dekan setelah beberapa hari mendiamkannya.
Pria itu tak menoleh kepadanya. "Lanjutkan saja, mereka sudah terlanjur ada yang tiba diatas," sahut pria itu dengan nada sangat dingin, lalu melanjutkan pendakiannya.
"Dit!" teriak Shasa yang sudah berada jauh diatas, suaranya nyaring menggema memanggilnya.
Dita menghela nafasnya. Lalu mulai mendaki dengan sedikit berlari, seolah tenaganya cukup banyak cadangan untuk tiba diatas.
Saat ia melewati Angkasa, ia mengendus aroma yang berbeda, entah apa, tapi bukan parfum yang biasa digunakan oleh pria tampan tersebut.
Dengan begitu mudahnya, Dita melewati beberapa orang Mahasiswa dan menghampiri Shasa serta Galuh dengan nafasnya yang tersengal. "Dasar gila, ngapain pakai lari, simpan tenagamu!" omel Galuh pada sahabatnya.
"Kamu ngomong sama siapa sih, Dit?" tanya Shasa dengan rasa penasaran.
"Pak Dekan," sahutnya datar, sembari mengatur nafasnya yang tersengal.
"Lu, bercanda ya?" tanya Shasa dengan wajah heran.
"Ih, bercanda apaan?"
"Pak Dekan saja diatas dengan Pak Putro," tunjuk Shasa ke atas tebing yang memperlihatkan Angkasa dan Dosen Management Keuangan yang sedang berjalan beriringan.
Sontak saja Dita tersentak kaget. Lalu menoleh kerah bawah, dan benar saja, Pak Dekan yang tadinya diajak berbicara tak lagi ada ditempatnya.
Deeegh
Jantungnya seolah berhenti berdetak, lalu bergemuruh. Ia semakin merasa jika ada sesuatu yang menakutkan dihutan ini.
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔