"Rey... Reyesh?!"
Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.
"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.
Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.
Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.
"Rey... ka-kamu nangis, ya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 - Resepsi Pernikahan (bagian 02)
Pria dengan rambut klimis itu malah tertawa kecil.
"Oh, kamu pasti lagi belajar, ya? Duh... rajinnya! Mama dan Papaku juga bilang, kamu orangnya sangat pintar. Kalau butuh bantuan, jangan ragu dan sungkan. Aku pasti akan bantu." ujarnya dengan nada sok dan percaya diri.
Mutiara menghela napas dan malah mengabaikan tawaran itu. Mendapat reaksi pasif dari Mutiara, Aldo justru tambah penasaran. Ia menarik kursi dan duduk di hadapan gadis cantik putri semata wayang Pak Harris ini.
"Coba deh, kasih tahu soal apa yang susah. Aku pasti bisaembantumu." Llanjutnya dengan penuh keyakinan.
Para tamu undangan semakin ramai berdatangan. Sekelompok pagar ayu lain, asyik makan dan istirahat. Tidak dengan Mutiara, ia seolah sedang dicegat oleh Aldo agar tidak kemana-mana.
Merasa tak bisa menghindar, Mutiara akhirnya menunjukkan soal sulit yang sedang ia kerjakan. Itu merupakan soal hitungan yang cukup kompleks, dibuat khusus oleh Reyesh untuk mengasah kemampuannya.
Setelah melihat dan mengamati soal tersebut, Aldo mengernyitkan dahi sejenak, membaca soal itu dengan ekspresi seolah sangat paham. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya di meja sambil menganggukan kepala seolah sudah menemukan solusi dan tahu alur jawaban yang dimaksud.
Lalu, Aldo mulai menuliskan angka-angka di kertas dengan antusias dan percaya diri. Mutiara hanya memperhatikannya dengan skeptis, menyadari bahwa Aldo sepertinya hanya mengarang tanpa benar-benar mengerti. Sudah lima belas menit berlalu, dan Aldo hanya pura-pura memutar pulpen dan mencoret notasi dan variabel yang tidak jelas.
Dalam kondisi wajah pucat dan kebingungan, Aldo yang bisa berkata apa-apa, malah mendapat respon positif dari beberapa anggota keluarganya tidak sengaja lewat, dan melihat Aldo sedang ‘membantu’ Mutiara.
“Wah, Aldo, pinter banget kamu! Udah tampan, kaya, pinter lagi... anak muda zaman sekarang memang luar biasa, ya!" puji salah satu bibi Mutiara.
“Mutiara, kamu beruntung banget dibantuin sama Aldo. Dia pasti jenius. Nggak salah dia kuliah di kampus top 3 negara ini." tambah bibi Mutiara yang lain, ikut berkomentar.
Mutiara hanya bisa terdiam, menatap Aldo yang dengan santainya menerima pujian itu tanpa rasa bersalah. Memasang wajah sok paham, agar tambah disanjung dan mendapat simpati dari keluarga besar Mutiara.
Padahal, jawaban yang dituliskan di kertas, jelas-jelas ngawur dan tidak masuk akal. Mutiara yang belum menemukan jawaban benarnya saja, bisa mengerti alur awal dan rumus yang harus digunakan.
Berkebalikan dengan Aldo, sudah jelas tidak bisa, malah semakin percaya diri dan mulai berceloteh tentang betapa mudahnya soal tersebut bagi dirinya. Mutiara semakin geleng-geleng kepala dibuatnya. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa mahasiswa dari kampus ternama malah kewalahan mengerjakan soal tipe seperti ini.
Ingatan Mutiara langsung terbayang wajah datar dan dingin si jenius Reyesh. Ia takjub, betapa cerdasnya mentor satu itu menciptakan soal, yang membuat bingung salah satu mahasiswa dari kampus ternama!
Semakin banyak saudara dan paman Mutiara lalu lalang melihat Aldo sedang menbantu dirinya. Tambah banyak pula respon positif mengarah kepada Aldo. Bahkan, ada bibi Mutiara yang sangat mendukung jika suatu saat Aldo dan Mutiara bisa pacaran!
Mutiara sudah muak, ia ingin membantah, tapi enggan menciptakan suasana tidak nyaman di tengah resepsi keluarga. Akhirnya, Mutiara hanya bisa menghela napas panjang dan membiarkan semuanya berlalu.
Saat para anggota keluarga semakin menjauh, Mutiara akhirnya menatap Aldo dengan tatapan tajam.
"Jadi, sebenarnya lo ngerti nggak sih soal ini?" tanyanya dengan nada sinis.
"Dari tadi kerjaannya cuma nyorat-nyoret nggak jelas! Lo beneran mahasiswa dari kampus ternama itu? Kok, soal beginian aja nggak bisa!"
Mutiara semakin menyudutkan pria itu. Aldo justru tambah bercucuran keringat dan wajahnya semakin pucat.
"Atau jangan-jangan... lo pake kekuasaan dan pengaruh bokap nyokap lo, untuk tembus kampus itu, ya?" selidik Mutiara.
Aldo yang sudah tersudut dan tidak bisa berbuat banyak, hanya tersenyum santai, mengangkat bahu seolah tak ada beban.
"Yah, aku nggak ngerti-ngerti banget sih, tapi yang penting keliatan pinter di depan keluargamu, kan?" jawabnya sambil tertawa kecil.
"Najis, Lo!" sentak Mutiara, sambil berdiri dan pergi meninggalkan Aldo.
Mutiara meruncingkan matanya, ia kesal bukan main. Gadis itu merasa hanya buang-buang waktu dengan pria belagu dan isinya kosong itu.
Mutiara meraih kertasnya kembali, menyingkirkan dan merobek coretan tidak berguna dari Aldo, lalu kembali fokus pada ponselnya.
Lebih baik tanya Reyesh, daripada dapat jawaban ngawur dari si najis itu! gumamnya pelan.
Namun, Aldo tampaknya masih belum menyerah. Ia juga berdiri dan mengejar Mutiara.
"Mut, jangan gitu dong, cantik. Aku kan cuma mau bantu kamu doang," ujarnya, berusaha mencairkan suasana diantara mereka.
Mutiara tetap tidak menggubrisnya, memilih untuk kembali mengetik pertanyaan pada Reyesh. Dalam hitungan kurang dari satu menit, ia mendapat balasan dengan penjelasan yang jauh lebih sederhana, dibandingkan ocehan Aldo.
Ia membaca pelan-pelan dan begitu seksama, berusaha memahami konsep yang deisampaikan oleh Reyesh. Sementara itu, Aldo diam-diam mengintip dari samping, tampak penasaran dengan isi percakapan itu.
"Siapa sih Reyesh? Kayaknya penting banget buat kamu." tanyanya tiba-tiba.
Mutiara melirik Aldo sekilas sebelum kembali menutup ponselnya.
"Udah gue bilang, bukan urusan lo!" cetus Mutiara.
"Kamu, kalau judes dan cuek gini, malahan tambah cantik, ya!" padahal sedang dimarahi oleh Mutiara, tapi Aldo semakin senang dan berselera untuk menggodanya lebih lanjut.
"Lo itu bener-bener cowok yang menjijikan. Gue kira, tipikal buaya kampus seperti lo, cuma ada di kampus gue doang. Ternyata nggak jauh-jauh, di hadapan gue langsung, masih ada dan sedang berkeliaran." ucap Mutiara, tegas dan menyakitkan hati Aldo.
"Wajah cantik itu nggak cocok lho sama omongan yang ketus. Sini, nanti aku ajarin sopan santun." Aldo memberikan penawaran dengan nada lembut.
"Gak butuh!" Mutiara menolak dengan tegas.
"Itu cowok kamu, ya?" tanya Aldo, langsung ke inti topik.
"Bukan! Itu mentor gue."
"Berarti masih jomblo, dong? Boleh kali..." goda Aldo.
"Denger, ya! Gue jomblo bukan karena nasib. Tapi emang pilihan. Kalo gue mao mah, udah ngantri panjang mahasiswa-mahasiswa yang naksir. Cuma, gue gak doyan sama tipikal buaya kampus kayak mereka, dan tipikal predator kayak lo!" jawab Mutiara dengan ketus dan wajah kesal.
Mutiara akhirnya bisa kembali fokus tanpa gangguan, membaca ulang penjelasan Reyesh dan mencoba memahami konsep yang dijelaskan.
Namun, baru beberapa menit berlalu, tiba-tiba mamanya muncul dan tersenyum lebar.
"Mutiara, Mama lihat dari kejauhan, kamu akrab banget sama Aldo. Wah, kayaknya ada yang kena cinlok nih. Tapi, kalian cocok banget, kok!" ujar mamanya dengan nada menggoda.
Mutiara tersentak, langsung menoleh dengan wajah penuh keterkejutan. Aldo yang masih berada di sampingnya justru tertawa kecil, tampak menikmati situasi ini.
"Waduh, Tante, jangan gitu dong. Saya mah cuma bantuin Mutiara belajar aja. Lagian, soal begitu sangat mudah dan gampang," ujarnya dengan berbohong di depan mama Mutiara.
Mutiara menggelengkan kepala. Ia semakin jijik dengan pria bernama Aldo ini. Kalau boleh milih, lebih baik digombalin mahasiswa di kampus ketimbang berada di sekitar Aldo.
Mutiara memilih cuek. Ia berusaha menghindari pembicaraan lebih lanjut. Namun, Aldo dengan santainya malah menambahkan,
"Tapi kalau memang kami bisa berjodoh, ya kenapa nggak kan, Tante?" ucapnya sambil tersenyum lebar.
Mutiara hanya bisa menutup wajahnya dengan rasa malu dan jijik. Ia merasa bahwa, hari ini salah satu hari yang benar-benar sial dan apes dalam hidupnya.
Reyesh, kamu di mana? Kenapa lama balas pesanku?
Selamatkan aku!
Aku sudah tidak sanggup lagi berdekatan dengan si jijik ini!
Bersambung.....