Season 1: Perjalanan Menggetarkan Langit
Sebelum membaca novel ini, silahkan baca season 1 terlebih dahulu.
*********
Erlang Shen tersadar dan mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda. Berkali-kali ia berusaha untuk keluar dari tempat itu, tapi tidak berhasil. Tak punya cara lain, Erlang Shen memutuskan untuk menjelajahi dimensi tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Novel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 Lembah Para Dewa II
Dua tombak itu semakin dekat dengan targetnya. Saat tombak itu nyaris menembus tubuh Erlang Shen dan Yun Feng, Erlang Shen menancapkan tombaknya ke tanah, sehingga sebuah perisai super kuat melindungi mereka.
Boooommmmmm
Ledakan tercipta dan Erlang Shen yang membentuk perisai menggunakan qi langit langsung terpental hingga puluhan meter. Ia juga memuntahkan beberapa teguk darah segar yang menandakan kalau dirinya terluka.
"Sial! Kekuatannya terlalu kuat," gumam Erlang Shen.
"Hei, apakah kau tidak apa-apa?" teriak Yun Feng.
"Aku baik-baik saja," jawab Erlang Shen.
"Katanya calon penguasa, tapi serangan terlemahku tak bisa kau tahan," ledek pria tersebut.
"Hanya ada satu penguasa di alam semesta, dan itu adalah aku! Hanya akulah yang berhak menjadi penguasa tertinggi." Dua tombak yang sebelumnya ia gunakan untuk menyerang Erlang Shen dan juga Yun Feng ia satukan. Gabungan kedua tombak itu menciptakan sebuah tombak mata ganda yang mengeluarkan qi penghancur, qi kegelapan, dan beberapa jenis qi lainnya.
"Putaran semesta, kehancuran mutlak," ucapnya pelan.
Jeeedaaarrrr
Petir menyambar di langit dan bumi seakan terbelah. Tak butuh waktu lama, pusaran qi raksasa muncul di langit. Pusaran qi itu menciptakan badai penghancur.
"Teknik ini!" Yun Feng tertegun. Ia tahu teknik itu, tapi Erlang Shen sama sekali tidak tahu.
"Ada apa?" tanya Erlang Shen.
"Teknik ini …. " Yun Feng tak melanjutkan ucapannya. Ia melesat ke langit dengan cepat. Erlang Shen hendak menyusul, tapi pelindung berlapis-lapis muncul menguncinya.
"Yun Feng! Kenapa kau menggunakan jiwamu sebagai inti pelindung?" tanya Erlang Shen. Ia sama sekali tidak berani menghancurkan perisai itu. Jika hal itu ia lakukan, maka Yun Feng akan mati saat itu juga.
"Apakah kau ingin mengorbankan dirimu?" Gu Xia menatap langit dengan mata berkaca-kaca.
"Yun Feng, jangan lakukan hal nekat!" Erlang Shen berteriak, tapi Yun Feng hanya tersenyum saja.
"Aku adalah kegelapan. Kalau kau yang mati, maka segel itu akan terbuka sebelum waktunya. Kunci segel itu adalah dirimu." Yun Feng mengirim telepati.
"Yun Feng, jangan melakukan hal nekat!" ujar Erlang Shen.
"Tak ada cara lain. Untuk menghancurkan roda itu, maka satu dari kita harus mati," jelasnya.
Erlang Shen terdiam dan tak melakukan apapun. Pelindung yang mengurungnya adalah jiwa saudaranya sendiri.
"Sudah cukup aku ditinggalkan oleh ibu dan ayahku. Aku tidak mau kehilangan saudaraku lagi," ujarnya.
"Jangan banyak bicara. Kita berdua tak akan bisa dipisahkan oleh kematian. Aku pasti akan kembali lagi meski aku tak tahu kapan itu terjadi." Qi gelap yang sangat murni merembes dari tubuhnya. Erlang Shen yang melihat itu tak bisa lagi menahan tubuhnya. Ia jatuh berlutut dengan amarah yang ia tahan.
"Sampai jumpa lagi!" Yun Feng membuat segel tangan yang sangat rumit. Erlang Shen tahu kalau segel tangan itu bertujuan untuk mengorbankan diri sendiri.
"Aku penguasa kegelapan memberi perintah kepada kegelapan di seluruh semesta." Yun Feng berteriak lantang. Di waktu yang bersamaan, pusaran hitam muncul diatas Yun Feng. Pusaran itu menembakkan elemen kegelapan yang tak terbatas.
Erlang Shen memukul tanah karena marah. Ia marah kepada dirinya sendiri karena tak cukup kuat sehingga saudaranya sendiri harus mengorbankan dirinya.
"Aku terlahir sebagai bayanganmu. Maka dari itu, aku akan selalu menjadi tameng untukmu." Kata-kata dari Yun Feng membuat Erlang Shen merasa semakin bersalah.
"Kau bukan bayangan, Yun Feng, tapi akulah yang terlalu lemah. Aku punya kekuatan besar, tapi kekuatanku tak ada gunanya," ucap Erlang Shen pelan.
"Aku tidak akan kehilangan siapapun. Tak ada yang bisa mengambil saudaraku." Qi semesta meledak dari tubuhnya, tapi qi itu tak bisa menembus pelindung Yun Feng. Bukan karena ia tak bisa, tapi Erlang Shen tidak mau melukai dirinya sendiri.
"Aku akan melindungi saudaraku meski harus meruntuhkan langit dan melawan dewa kematian!" Sinar emas yang menyilaukan muncul dari mata Erlang Shen. Sinar emas itu menetralkan pelindung yang dibuat oleh Yun Feng.
Tak butuh waktu lama, Erlang Shen muncul di samping Yun Feng, tapi dia terlambat. Teknik yang dilepaskan oleh Yun Feng tak bisa dibatalkan.
Yun Feng tersenyum, lalu perlahan-lahan tubuhnya terjun bebas kebawah. Tubuh Erlang Shen bergetar hebat karena marah. Amarahnya itu membuat semesta bergetar.
"Dewa kematian! Kalau kau berani mengambil jiwa saudaraku, akan kuhancurkan alam kematian!" Erlang Shen berteriak penuh amarah. Qi Semesta dan 10 elemen membentuk pilar yang menembus langit dan bumi.
"Kalau adikku tak kembali, maka aku sendiri yang akan meruntuhkan alam semesta," ucap Erlang Shen.
"Kau lebih memilih saudaramu dibandingkan dengan miliaran nyawa yang tak bersalah?" tanya pria itu.
"Kalau orang-orang yang aku sayangi diambil dariku satu persatu, maka aku akan membuat semesta hancur sebelum waktunya. Sudah cukup aku kehilangan ibu dan ayahku, dan sekarang tak ada lagi." Erlang Shen mengepalkan tangannya dan pilar qi semesta berputar dengan cepat.
"Sial! Anak ini lebih menakutkan dari yang kukira," ucapnya.
"Kau yang akan mati lebih dulu!" Erlang Shen berteriak lantang. Pilar qi itu pecah menjadi beberapa pilar yang mengelilingi pria tersebut.
Boooommmmmm
Detik berikutnya, ledakan terjadi. Pilar yang meledak membuat pria itu jiwanya memudar. Bahkan kekuatan yang dimilikinya tak bisa menghentikan pemudaran jiwanya.
"Arrrgghhhhh"
Erlang Shen berteriak dengan keras. Teriakannya benar-benar membuat langit seakan marah. Ukiran pilar itu semakin besar. Meski tahu kalau nyawa banyak orang terancam, tapi Erlang Shen seakan tak peduli.
"Hentikan! Jangan lakukan itu demi nyawa satu orang!" Wanita yang sedari tadi menonton apa yang sedang terjadi mencoba menghentikan Erlang Shen.
"Nyawa satu orang! Bagimu dia tidak berharga, tapi bagiku dia adalah saudaraku. Sedari kecil, aku hidup sendiri meski memiliki saudara, tapi aku tak akan mau kehilangan salah satunya," jelas Erlang Shen.
"Apa yang terjadi sudah ditentukan oleh takdir. Kau tidak akan bisa melawan apa yang sudah ditentukan." Wanita itu menimpali.
"Persetan dengan takdir. Aku tidak peduli dengan takdir. Yang kuinginkan adalah saudaraku."
Pilar yang dibuat oleh Erlang Shen membuat tatanan alam semesta benar-benar kacau. Bahkan, segel yang menyegel musuh terbesar para penguasa bergetar meski segel itu tidak melemah sama sekali.
"Hari ini adikku yang kau ambil, besok siapa lagi? Siapa lagi yang mau kau ambil dariku?" Erlang Shen berteriak sembari menatap langit.
"Kalau adikku benar-benar mati, maka aku akan menciptakan kekacauan." Erlang Shen menutup matanya, lalu sebuah lencana yang mengeluarkan sinar emas muncul di depannya. Lencana itu adalah kunci dari segel kegelapan.
"Semuanya ingin aku menjaga segel ini, tapi takdir mempermainkanku," ucapnya.
"Hentikan!" Karena tak mau segel itu dihancurkan, sang leluhur dewa muncul dihadapan Erlang Shen.
"Kembalikan adikku!" Erlang Shen menjawab dengan lantang.
"Aku tidak peduli dengan takdir atau sejenisnya. Yang kuinginkan adalah adikku." Erlang Shen tak membiarkan leluhur dewa berbicara. Ia langsung mengutarakan keinginannya tanpa banyak basa-basi.
"Aku mengerti dengan perasaanmu. Karena itulah aku akan mengabulkan permintaanmu, tapi kau harus menghilangkan amarahmu itu," jelas Leluhur Dewa.