Jeany adalah gadis yang tak pandai bergaul karena memiliki fobia sosial. Hidupnya tak lagi sama sejak ia kehilangan kesuciannya.
Rasa bersalah karena telah merenggut kesucian Jeany membuat Kevin ingin selalu menjaga gadis itu sebagai seorang sahabat. Tanpa disadari, perhatian yang ia berikan membuat Jeany jatuh hati padanya. Gadis itu harus tersiksa karena sakitnya cinta sepihak. Namun ia tahu tidak mungkin memiliki Kevin, yang telah menambatkan hatinya pada kekasih cantik bernama Stevi.
"Apa aku gak boleh mempertanggungjawabkan perbuatanku? Kamu tahu aku selalu dihantui rasa bersalah!" -Kevin-
"Kamu egois. Kamu cuma mau ngilangin rasa bersalahmu. Tapi aku ... di sini aku sakit!" -Jeany-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rou Hui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telah Merasa Nyaman Dengannya
"Yuk turun!"
Kevin yang baru saja mematikan mesin mobilnya, memotong pembicaraan kedua gadis itu. Walaupun dari tadi tidak bersuara, pemuda itu mendengarkan dengan seksama percakapan mereka. Ia tahu pertanyaan Stevi membuat Jeany merasa tidak nyaman.
Diam-diam Jeany menghela napas lega karena mereka telah tiba di kampus. Stevi jadi tidak menanyainya lagi. Dari pertanyaan Stevi tadi, Jeany jadi tahu bahwa Kevin tidak pernah menceritakan kesulitan keuangannya pada kekasihnya itu. Ia benar-benar menghargai sikap Kevin.
Mereka bertiga sedikit berlari menuju gedung fakultas ekonomi karena hujan masih mengguyur deras. Setelah tiba di gedung fakultas, tiba-tiba Stevi merangkul mesra lengan Kevin dan merapatkan tubuhnya pada sang kekasih.
"Stev, ini di kampus. Gak enak dilihat orang," tegur Kevin yang merasa aneh dengan sikap Stevi.
"Dingin, Yang. Lagian semua orang juga udah tahu kita pacaran."
"Iya tapi gak baik terlalu nunjukin kayak gini."
"Padahal udah sering kayak gini juga," protes Stevi, tetapi tetap melepas rangkulannya pada lengan Kevin. Wajahnya sedikit cemberut.
Kevin sedikit bingung dengan kata-kata Stevi. Seingatnya baru sekali Stevi merangkulnya seperti itu, yaitu ketika mereka hampir berciuman di rumah gadis itu. Namun ia teringat pesan mama Stevi agar bersabar menghadapi sifat manja putrinya itu
"Ya udah gini aja ya. Jangan cemberut lagi," kata Kevin sambil menggenggam telapak tangan Stevi, membuat gadis itu tersenyum dengan manisnya.
Sementara itu, Jeany yang kini berjalan di belakang mereka merasakan lagi remasan tak kasat mata pada jantungnya. Ia sendiri tidak tahu perasaan tidak enak apa yang sedang menggelayuti dirinya.
Ketika ujian sudah dimulai, Jeany mengerjakannya dengan lancar. Ia mampu menjawab soal ujian tanpa kesulitan berarti. Ternyata rangkuman materi yang diberikan oleh Kevin sangat berguna. Tanpa sadar Jeany memperhatikan Kevin yang duduk di deretan kursi bagian depan.
Kevin terlihat sudah selesai mengerjakan soal ujian karena ia tidak lagi menulis. Pemuda itu seperti sedang membaca ulang lembar ujiannya. Tak lama kemudian ia membereskan alat tulisnya dan berjalan maju ke depan mengumpulkan lembar ujian. Mata Jeany mengikuti pergerakan Kevin saat pemuda itu keluar dari kelas yang menjadi ruang ujian.
Jeany pun melakukan hal yang sama. Ia merasa sudah tidak ada gunanya berlama-lama di dalam ruang ujian dan segera menyusul Kevin keluar. Sementara itu, Stevi yang masih berkutat dengan lembar ujiannya hanya bisa melihat dengan pasrah saat Kevin dan Jeany satu per satu meninggalkan ruang ujian.
Sebelum kembali ke kos, Jeany menyempatkan diri melihat papan pengumuman yang terdapat di lantai paling bawah fakultas ekonomi. Ia ingin memastikan tidak ada perubahan pada jadwal ujiannya.
"Gimana ujian tadi? Bisa?" tanya Kevin yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya.
Jeany menoleh mendengar suara Kevin. Ia menatap wajah pemuda itu cukup lama. "Bisa berkat lo," jawabnya tersenyum tulus.
"Hehe gue ada bakat ngajar juga ya?" kata Kevin menyeringai.
"Iya lo cocok jadi dosen. Pasti gak bakal ada mahasiswi yang absen di kelas lo." Jeany tersenyum membayangkan Kevin dengan sejuta pesonanya menjadi seorang dosen.
"Kok bisa?" tanya Kevin mengangkat alis.
"Soalnya lo keren." Tanpa sadar Jeany mengatakan isi hatinya yang sebenarnya.
Kevin sedikit terkejut dengan pengakuan Jeany. "Hehehe makasih pujiannya ...." Pemuda itu menjawab dengan kikuk.
Jeany yang sadar telah kelepasan bicara langsung berpamitan hendak pulang, tetapi ditahan oleh Kevin. "Lagi hujan begini lo mau pulang jalan kaki ?"
Jeany menengadah untuk memperhatikan langit. Memang benar saat ini sedang turun hujan, walaupun tidak sederas tadi ketika mereka berangkat. Sejenak ia ragu apakah harus menerobos hujan atau menunggunya hingga reda.
"Tunggu hujan reda aja. Gue juga lagi nungguin Stevi. Ntar gue antar lo pulang." Kevin yang menjawab pertanyaan dalam batin Jeany.
Jeany menurutinya. Menerobos hujan juga bukan pilihan bijaksana. Ia tidak ingin sakit karena kehujanan di saat sedang ujian akhir seperti saat ini.
Mereka berdua memutuskan duduk di gazebo fakultas mereka sembari menunggu Stevi. Di gazebo tersebut tersedia Wi-Fi gratis. Jeany berusaha menyibukkan diri dengan ponselnya karena masih merasa canggung. Lama kelamaan ia asyik sendiri melihat video lucu di YouTube hingga tanpa sadar tertawa keras di depan Kevin.
"Lo nonton apaan sih sampe kayak gitu?"
Gadis yang biasanya tidak banyak berekspresi itu tiba-tiba terbahak-bahak membuat Kevin terheran-heran. Ia jadi ingin melihat hal lucu apa yang membuat Jeany mengeluarkan sisi dirinya yang langka ditemui itu.
Jeany terkesiap malu. Ia sudah tertawa lepas di hadapan Kevin. Namun ia juga jadi menyadari satu hal. Ia telah merasa nyaman dengan Kevin, hingga bisa menjadi dirinya sendiri di hadapan pemuda itu.
Gadis itu lalu menunjukkan video yang baru saja ditontonnya, membuat Kevin mendekat padanya agar dapat melihat dengan jelas video yang diputar pada ponsel gadis itu.
Mereka duduk dengan kepala berdekatan dan asyik menonton. Terlalu asyik hingga tidak menyadari keberadaan Stevi yang sedang berdiri di belakang mereka sambil mengepalkan tangannya.
"Kalian lagi ngapain?" tanya Stevi yang membuat Kevin dan Jeany menolehkan kepala mereka secara bersamaan.
Kevin langsung tersenyum begitu melihat sang pujaan hati. Ia segera berdiri dan menghampiri sang kekasih. "Kita lagi nungguin kamu sambil lihat video lucu," jawabnya.
"Oh ya? Jeany juga nungguin aku?"
"Engga, gue nunggu hujan reda. Ya udah kalo gitu gue pulang dulu ya." Melihat wajah tak senang Stevi, Jeany memutuskan berpamitan pulang. Ia tidak ingin menjadi pengganggu di antara Kevin dan kekasihnya.
"Bentar. Lo gak tahu kenapa gue mau antar lo pulang?" Kevin memegang lengan Jeany untuk menahan gadis itu. Jeany berpikir sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya.
"Lo lupa kampus kita daerah banjir?" tanya Kevin lagi.
"Oh iya ...."
Sesungguhnya Jeany memang lupa kalau daerah kampusnya selalu banjir setiap kali turun hujan deras dan lama. Bila ada Mita, sahabatnya itu akan mengantarnya pulang dengan mobilnya. Namun Mita sedang cuti kuliah karena masalah keluarga.
Jeany jadi sangat merindukan Mita, satu di antara sedikit orang yang mampu membuatnya merasa nyaman, satu di antara segelintir orang yang ia percaya untuk menjadi sahabatnya. Ia memutuskan akan menelepon Mita begitu sampai di kos nanti.
Akan tetapi untuk saat ini, Jeany terpaksa mengikuti Kevin dan Stevi yang makan siang di kantin fakultas teknik. Ia akan terlihat bodoh bila tetap memilih berjalan kaki menerjang banjir di saat sudah ada yang berbaik hati mau mengantarnya.
Banyak mahasiswa fakultas lain yang makan di kantin fakultas teknik, sekadar untuk berganti suasana. Selain itu, makanan di sana juga terkenal cukup memuaskan lidah, terutama nasi campur kremesnya.
Jeany menelan ludah membayangkan nasi campur lengkap dengan sambal terasinya itu. Entah kapan terakhir kali ia memakannya. Ia harus berhemat sedemikian rupa, bisa dikatakan hampir tidak pernah makan di luar. Gadis itu berharap ujian akhir semester segera berakhir agar ia dapat segera mencari pekerjaan.
Mereka bertiga duduk di meja untuk empat orang. Kevin dan Stevi duduk bersebelahan. Sedangkan Jeany duduk berhadapan dengan Kevin. Pemuda itu memperhatikan Jeany yang tidak memesan makanan.
Yeahhh, sesuka ini aku sama novelmu🫠
novel " dipaksa bercerai"
sdh berapa tahun vacun Thor, sejak corona sampai sekarang