AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Area 21+ Bocil wajib mlipir
Di pagi buta, saat ayam belum berkokok, terdengar teriakan dari sebuah rumah. Suara geram bergema di kamar bernuansa pink.
"Oh my God... Oh no..no... Apa yang ada pada pikiran boss John? Huhh, gila beud! Ini nggak betul! Di rumah sudah ada cem-ceman, gadis baik-baik malah nyosor aja dengan wanita club malam yang nggak bener."
Liana seketika terbelalak matanya melihat berita itu, suara nge-bass khasnya keluar demi menyaksikan sosial media yang sedang trending di lintas topik:
'Seorang bule mabuk berat, meninggalkan wanita di dalam kamar hotel dalam kondisi bugil'
Liana, men-scroll naik turun ponsel canggih miliknya dengan mulut ternganga dan mata yang tak henti-hentinya terbelalak, saat menyaksikan foto syur mereka di sebuah akun 'semox-deblong'.
'Tut...tut..tut..., nomor yang anda tuju tidak bisa dihubungi'
"Sebel... Sepertinya aku harus nelpon mas Ray, semoga dia nggak sedang kelon sama bininya." Liana kembali memencet nomor telepon menghubungi Ray, yang tinggal tidak jauh dari puncak T.
"Liana, ada apa sepagi ini kau heboh nelpon saat orang masih tidur." Ray menjawab pelan dan suara khas orang mengantuk kurang tidur. Ray masih dalam perjalanan menuju rumahnya setelah mengantar John pulang ke vila.
"Mas Ray di mana? Sudah melihat trending topik di Instragram belum sih...?" Liana bicara tanpa penyaring suaranya, dengan gaya machonya yang ia sembunyikan selama ini.
"Iya, sudah. Itu kebodohan John, tapi kamu tak usah khawatir. John mampu menghandle situasi. Dia tidak bodoh seperti yang kita khawatirkan."
Panjang lebar Ray menjelaskan kepada Liana.
"Lebih baik kauurus saja nona Gulizar. Bimbing dia untuk mengetahui dan mengenal dirinya pelan-pelan. Aku mau pulang, aku rindu anak-istriku. Yuk bye." Ray menutup sepihak panggilan Liana.
Ray dan John memiliki ikatan persahabatan yang sangat erat. Hubungan yang luar biasa terjalin di antara mereka bak tabung dengan tutupnya. Saling melengkapi satu sama lain.
Pada saat John digandeng Riris menuju ke dalam kamar di hotel, yang satu area dengan 'desperados night club', Ray sempat menyelipkan pil ke tangan John yang kemudian buru-buru ditelannya tanpa sepengetahuan Riris, dengan harapan libi*do yang naik dalam diri John dapat menurun pelan-pelan.
Persahabatan Ray dan John terjalin saat mereka dipertemukan di kampus tempat mereka berdua menimba ilmu.
Mereka kuliah di fakultas dan universitas yang sama di Amerika.
Mereka berdua berpisah setelah lulus. John kembali ke Inggris dan Ray kembali ke Indonesia.
Berkat persahabatan yang terjalin dengan baik dan kesamaan profesi, John Norman mendapatkan pelbagai kemudahan dari pihak imigrasi dan kepolisian terkait dengan tugas yang diembannya, saat tiba di Indonesia.
Kemudahan itu didapat berkat jasa Ray yang menjadi rekan sekerja sekaligus pengagum berat John Norman.
Hubungan yang dapat dikatakan symbiosis mutualism dari keduanya, membuktikan bahwa hanya dengan memerlukan waktu setahun, mereka berhasil menemukan Palupi yang hilang.
Pencarian Palupi bagaikan mencari jarum di dalam jerami. Namun dengan kelengkapan berkas dan data yang dimilikinya, serta kepiawaian John yang memang pada dasarnya sangat qualified, gadis itu berhasil ditemukan.
Tanpa Ray sadari, dirinya diperkaya dengan pengetahuan studi lapangan di bawah bimbingan John Norman, seorang detektif kenamaan berasal dari Inggris.
Suara jam dinding berdentang. Jarum jam menuju ke arah Pk. 04.00 WIB. Tangan John perlahan membuka handle pintu, dan masuk dengan santai seperti tanpa beban dengan apa yang baru saja dialaminya.
Namun ia dikejutkan oleh keberadaan Palupi. Gadis itu terlelap di sofa ruang tamu dengan pakaian sedikit terbuka.
"Tuan, ada apa dengan anda? Apa anda sakit? Saya menunggu tuan pulang hingga larut." Palupi terbangun dari lelapnya karena merasakan seseorang mengangkat tubuhnya.
"Turunkan saya tuan, saya bisa berjalan sendiri. Tidak harus tuan gendong begini, sudah gede kok digendong."
Palupi sedikit memberontak dari gendongan John.
"Nona Gulizar! Apa yang kaulakukan di sini? Maaf aku tidak memberitahu bila aku akan pulang sepagi ini."
Mata John sendu menatap Palupi yang lugu, dengan rambut pirangnya yang acak-acakan.
"Turunkan tuan..!"
"No." Jawab John tidak peduli. Dia tetap saja mengendong Palupi masuk ke dalam kamarnya.
"Lain kali, biasakan tidur di sini nona dan bukan di sofa seperti itu, hmm."
John membaringkan tubuh Palupi dengan lembut di atas pembaringannya.
"Tuan, aduuuh, anda menindihku. Tubuh dan lenganmu terlalu berat untukku."
Palupi meronta, dan berusaha melepas rangkulan John.
"Diamlah, jangan banyak bergerak. Aku hanya ingin memelukmu nona, tidak lebih. Mari sini, peluk aku." John meraih tubuh kurus Palupi dan semakin menyembunyikan kepalanya di ceruk leher jenjang Palupi.
Perasaan risih dan geli membuat Palupi berusaha memberontak.
"Tuan, baju anda bau." Palupi tetap mencari celah untuk lepas dari pelukan John.
"Baiklah aku lepas," John bangkit dan melepas begitu saja baju dan celananya, tersisa boxernya tempat belalai gajah Afrikanya sembunyi. John kembali merebahkan dirinya.
"Sudah, begini kan maumu nona? Sekarang jangan berisik aku mau tidur, masih ngantuk."
John mempererat kembali pelukannya.
"Tu..tuan," suara Palupi tersendat. Tangannya meraba dada bidang John dengan bulu tipis.
"Gulizar... Oh dear, apa yang kau lakukan? Jangan menggodaku bisa saja aku tidak tahan."
Tangan John semakin memeluk, dan mencium ceruk leher jenjang Palupi.
John berusaha menahan geliat belalai gajah Afrika miliknya yang selama ini selalu gagal dan gagal lagi mendapatkan sarang kehangatan yang diinginkannya.
"Gulizar, diamlah atau kuhajar kembali dirimu seperti waktu itu." Ancam John dengan mata yang tetap terpejam.
Tanpa daya Palupi berusaha diam dan pasrah menerima perlakuan John.
Hatinya sedikit tenang saat tahu bahwa John betul-betul tidur dan tidak melakukan perbuatan yang dikhawatirkan Palupi.
Sementara itu, di sebuah kamar dengan hotel yang sama, Riris sedang menuntaskan gelora bira*hinya yang tertunda beberapa saat.
Di atas ranjang king size, dia meluapkan segala emosi dan keinginannya yang tertumpuk dengan Bambang.
Lengu*han dan de*sis kenik*matan, membaur jadi satu dengan peluh kepu*asan yang mereka capai.
Seakan tak ada habisnya, mereka mengulang lagi dan lagi, seolah enggan ada kata tuntas.
"Oh... Gadis bi*nalku, semakin hari semakin pintar saja kamu mengolah gerakan, huh."
Bambang memacu terus dan terus. Re*masan dan er*angan sudah tidak terhitung berapa kali ia lakukan.
Hingga pada suatu detik pengakhiran, tubuh mereka menge*jang, dengan mata tertutup. Menikmati rasa yang mereka gali bersama. Bambang ambruk di sisi Riris dengan tubuh penuh peluh.
"Oom... Jadi kan, mobil yang Oom janjikan itu? Kapan?" Rengek Riris lagi.
"Sabar sayang hmm... itu pasti. Selama kenikmatan itu bisa memberikan aku kepuasan, apapun yang kamu minta Oom berikan." Bambang penikmat daun muda, laki-laki tajir bos perusahaan pengerah tenaga kerja (TKW & TKI).
Bukan suatu hal yang sulit bagi dia untuk mendapatkan kuncup yang diinginkannya, akan tetapi semudah itukah Bambang menepati janji dan mengabulkan ambisi Riris?"
...****************...
yuk tetep stay Mak emak.. kalem sabar yak ✌️, bikin adonan yang enak itu harus telaten loh 🤣🤣
Semangat kuy, I love you all and always stay healthy 💪
TBC
klo palupi dia terlalu baik