perjalanan seorang remaja yang mencari ilmu kanuragan untuk membalaskan dendam karena kematian kedua orang tuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melengkapi Kelemahan jurus
Setelah berpikir berulang kali Raka memutuskan akan memberitahukan tentang kitab yang di pelajarinya
" maaf semuanya, aku pernah di beri sebuah kitab, oleh seseorang, dan dari sana aku bisa semedi juga mengetahui gerak dasar ilmu silat" tutur Raka menjelaskan
" Kau bersemadi menuruti petunjuk dalam kitab itu?" tanya Kakek Karna
" ya " jawab Raka mengangguk
" Di mana kitabnya?" tanya Kakek Jaya tiba tiba
" maaf, aku sudah membakarnya seperti pesan yang memberi kitab itu" jawab Raka
" sepertinya saat kau meniup serulingmu kau tak sadar mengerahkan tenaga dalammu, pikiranku sampai ikut terhanyut mendengarnya" ucap kakek Karna
" kakek pernah mendengar ku meniup seruling?" tanya Raka
" semalam aku mengintip kalian dari balik pohon, jadi aku juga tahu kau memberi petunjuk pada melati"
" kakek maafkan aku, karena lancang memberikan petunjuk pada Melati, aku harap kakek jangan tersinggung" ucap Raka tak enak hati
" ha ha ha. bagaimana mungkin aku tersinggung, aku malah senang " Kakek Karna tertawa lepas
" terima kasih kek" ucap Raka senang
" sejak kak Raka di sini aku sudah tahu kak raka itu pintar, makanya aku meminta petunjuk pada kak Raka" ucap Melati dengan wajah ceria
Kakek karna menatap lekat lekat pada Raka, ia ingin menurunkan ilmu yang ia miliki secara diam diam, mengingat Raka biisa menghapal jurus hanya dengan melihat
" Raka, aku akan memperlihatkan beberapa jurus ilmu tongkatku, cobalah kau lihat apa terdapat kelemahannya?" ucap Kakek Karna
" kakek, aku tak berani" tolak Raka
" harus kalau tidak aku akan marah" seru kakek karna pura pura marah
" nah perhatikan baik baik aku akan mulai" seru kakek Karna. dan ia mulai menggerakan tongkatnya, tongkat itu mengeluarkan suara menderu saat kakek Karna mulai bergerak.
Melati mundur karena tak kuat menahan angin itu sedangkan Raka berdiri di tempat matanya menatap setiap gerakan dari tongkat kakek Karna
Kakek Karna tanpa ragu mengeluarkan jurus Pamungkasnya, Jurus Tongkat Maut, setelah selesai kakek karna memandang Raka sambil tertawa
" ha ha ha, bagaimana? apakah ilmu kakek ada kelemahannya?" tanya Kakek Karna
" ilmu kakek sangat hebat, aku beruntung bisa menyaksikannya" ucap Raka memuji
" apa kau bisa memecahkan ilmu ku?" tanya kakek Karna lagi
Raka terdiam karena bingung ia merasa tak enak pada paman Karna yang termasuk pendekar besar, ia merasa ragu mengutarakan cara memecahkan jurus milik kakek Karna
" Maaf kakek, aku tak berani lancang" ucap Raka sambil menundukkan kepala
" Kau katakan saja, jangan tak enak hati, kalau tidak ia malah akan marah"" ucap kakek jaya
" baiklah tapi kakek jangan tersingung" ucap Raka, ia maju ke depan, ia memejamkan mata sejenak , di benaknya terukir jelas jurus jurus yang di peragakan oleh kakek Karna tadi
" Kakek sekarang serang aku, tapi jangan menggunakan tenaga dalam" ucap Raka setelah merenung sejenak, bukan karena takut tetapi ia tak ingin mereka mengetahui jika ia memiliki tenaga dalam, karena tenaga dalamnya akan ketahuan jika kakek Karna berbenturan tenaga dalam dengannya.
" Baik, apa kecepatannya juga harus di kurangi?" tanya kakek Karna
" jangan, justru kecepatannya yang membuat ilmu kakek jadi berbahaya" sahut Raka
" baiklah, tetapi berhati hati"
" Kak, Raka, hati hatii" melati berkata dengan cemas
" Hiaaaat"
" awas serangan" kakek Karna berteriak mengingatkan saat mulai menyerang Raka dengan jurus jurusnya
" Traak"
" Trak"
" Eh" Kakek karna terkejut melihat Raka berhasil menangkis setangannya dan ia terdiam saat seruling Raka sudah berada di jakunnya, jika tidak di hentikan oleh Raka sudah pasti ia terluka
" Ha ha ha, hebat, hebat" Kakek Jaya tertawa melihat Kakek Karna yang diam tak berkutik.
" kau senang yah sahabatmu di kalahkan" gerutu Kakek Jaya
" ha ha ha, tentu saja tidak " tawa Kakek Jaya makin menjadi saat melihat Wajah merengut Kakek Karna
" Coba kau perlihatkan jurusmu apa Raka menemukan kelemahan jurus jelekmu itu" kakek Karna mencoba memprovakasi Kakek Jaya
" baik, aku malah bersyukur dia mau menunjukan kelemahan ilmu Pedang Kilatku, melati Ambil pedang Kayu " seru kakek Jaya sambil menyuruh Melati mengambil pedang kayu di rak senjata
Melati langsung berlari dan mengambil dua pedang kayu seperti yang di suruh kakeknya, lalu menyerahkan pada kakek Jaya,
" Ini kau pakai Raka" Kakek Jaya memberikan satu pedang pada Raka ." Kau perhatikan dengan baik baik!" seru kakek Jaya sambil mengeluarkan jurus jurus pedang yang sangat cepat dan berbahaya, tak lama ia mengakhiri jurusnya
" Bagaimana bisa kau buat jurus tandingan untuk kakek jelek ini" ucap Kakek Karna, Raka memandang kakek Jaya dengan sejenak, setelah melihat kakek Jaya mengangguk ia mulai membuat satu jurus untuk menghadapi jurus Kakek Jaya
" kakek ayo kita mulai?" ucap Raka saat sudah berhasil membuat satu jurus tandingan untuk menghadapi kakek Jaya
" kau berhati hatilah!" seru Kakek Jaya sambil bersiap menyerang Raka, Raka mengangguk dan memasang kuda kuda
" Hiaaaaat"
" Lihat serangan!" teriak Kakek Jaya sambil bergerak menyerang Raka
" wuuuut"
" Tak"
" Tak"
" Breeet"
" aih" kakek Jaya berteriak kaget saat pedang kayu Raka merobek lengan bajunya
" Ha ha ha. kena juga kau" Kakek Karna tertawa melihat itu.
" Hore, kakak Raka bisa menang" sorak Melati saat melihat lengan Bajunya terkena serangan Raka,
" Cucu kurang ajar!" gerutu Kakek Jaya mempelototi Melati, namun malah di ejek Melati dengan menjuluran lidahnya.
" maaf kakek" Raka membungkukan kepala sebagai tanda hormatnya
" tidak apa apa nak, kami malah bersyukur dengan keadaan sekarang ini, kamu tahu, selama ini kami merasa sudah sangat jarang di rimba persilatan orang yang mampu menghadapi kami, tetapi hari ini mata kami terbuka, masih ada langit di atas langit" Kakek Jaya tersenyum, dan memandang Raka dengan pandangan kagum
" Raka apa kau bisa mengingat semua jurus kami?" tanya Kakek Karna
" ingat kek, kenapa?" tanya Raka
" Jika kau ingin memberikan ilmu itu pada orang lain,aku mengijinkan hanya saja dia tak menggunakan untuk kejahatan" seru kakek Karna
" Terima kasih atas kepercayaan kakek" ucap Raka
" apa kau bisa memperbaiki jurus kami dan memperagakannya?" tanya kakek Jaya
" untuk apa kek?" tanya Raka bingung
" Ha ha ha kau terlalu berbelat belit , bilang saja kau ingin di buatkan gerakan untuk menutup kekurangan jurusmu itu!" kakek Jaya tertawa mengejek
" he he he, seperti itulah" sahut Kakek Karna sambil tertawa pelan
" baiklah, aku akan mencoba, tetapi jangan di tertawakan " Ucap Raka sambil mencoba mengingat jurus Tongkat Pencabut Nyawa milik kakek Karna, dan mencoba memperbaiki jurus itu dengan menambahkan gerakan yang bisa menutupi kelemahan jurus itu.
" aku akan mencoba jurus kakek Karna, tolong perhatikan dan tegur jika ada salah" ucap Raka sambil mulai menggerakan tangannya memutar tongkat itu sebagai awal dari jurus Tongkat Pencabut Nyawa
" wuuut"
" wuuuut"
seruling di tangan Raka mengeluarkan suara menderu, kakek Karna terbelalak , di tangan Raka jurus itu menjadi sangat tangguh dan mematikan, melati berjingkrak senang melihat Raka yang memperagakan jurus itu
" nah bagaimana kek?" tanya Raka pada kakek Karna, yang masih menatapnya dengan tatapan kaget.
" Hei, tongkat jelek jangan bengong" tegur kakek Jaya sambil menepuk bahu kakek Karna
" eh, he he he, bisa di peragakan sekali lagi?" pinta Kakek Karna malu, matanya yang tua tak mampu menangkap gerakan tongkat Raka
Raka mengulang melakukan gerakan jurus Tongkat Pencabut Nyawa, ia juga memperbaiki jurus Pedang angin milik Kakek Jaya.