NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12 : Tugas Yang Semakin Sulit

"Dari informasi yang kita dapatkan sejauh ini, jumlah pelaku adalah dua orang. Selain itu, kejahatan yang mereka lakukan berbeda. Pembakaran dan pencurian." Jelas Wang Yi. Ia menggambar sebuah pola pada Whiteboard, kemudian kembali menatap satu-persatu para polisi yang ikut dalam meeting.

"Bagaimana anda bisa yakin, kalau pelakunya ada dua orang, detektif? Pencurian yang dilakukan oleh sang Lupin, terjadi setelah kebakaran. Bukankah sudah sangat jelas, jika kebakaran tersebut dibuat sebagai bentuk pengalihan?" Ujar salah satu polisi. Frank ikut mengangguk.

"Sang Lupin tidak mungkin melakukan aksinya dengan rencana yang mudah ditebak seperti itu. Dia mungkin seorang penjahat, tapi harus kuakui cara yang dia gunakan sangat cerdik. Dia tidak suka bermain dengan hal-hal kotor." Balas Wang Yi.

Frank berdehem kecil, "Apa ada seseorang yang kau curigai?" Tanya Frank.

Wang Yi sedikit menunduk, ia tidak segera menjawab pertanyaan itu. Ingatannya kembali mundur pada saat mencium bau bensin dari tangan Zhou Shiyu. Bensin sangat berguna untuk menyalakan api. Tapi Wang Yi tidak ingin lebih dulu menciptakan sebuah prasangka yang bisa membuatnya masuk kedalam jurang rasa bersalah. Seperti yang sering dia bilang, Zhou Shiyu terlalu indah untuk melakukan hal kotor. Meski, dia sendiri mengakui, kalau kadang sesuatu yang indah, tidak selamanya bersih.

"Masih belum ada." Ucap Wang Yi. "Tapi dari dua kasus kebakaran yang sudah terjadi, menurut pengamatanku itu memiliki sebuah pola."

"Sebuah pola?" Tanya Frank. Para polisi yang lain juga saling menatap satu sama lain.

"Ya. Entah dugaanku benar atau tidak. Pertama, gedung pengadilan, Dan kedua, gedung wali kota. Kedua bangunan tersebut bisa dibilang merupakan pilar di kota ini. Gedung pengadilan dibakar, akhirnya keputusan pengadilan terhadap para narapidana ditunda. Lalu, gedung wali kota yang merupakan pimpinan tertinggi di kota ini. Gedung-gedung itu memiliki fungsi untuk menyeimbangkan sebuah kota. Tanpa gedung pengadilan, akan sulit untuk mengadili para narapidana, dan tanpa gedung walikota, sama saja dengan sebuah kerajaan tanpa istana. Termasuk gedung polisi ini. Gedung ini juga merupakan pilar yang menyangga kota dan bergerak dibidang keamanan. Jika misalkan gedung ini terbakar atau hancur, bukankah itu akan mencoreng nama baik polisi dimata masyarakat. Mereka akan berfikir bagaimana polisi bisa melindungi mereka, jika polisi saja tidak bisa menjaga tempatnya sendiri. Lalu, gedung rumah sakit, yang bisa kita bilang bergerak dibidang kesehatan. Jika gedung itu dibakar, akan menjadi masalah yang besar bagi kota ini." Wang Yi menjelaskan panjang lebar.

"Itu masuk akal." Ujar Frank. Nampaknya sejak tadi pria tua itu diam bukan karena tertidur, tapi merenungi penjelasan Wang Yi.

"Tapi, kita semua bukan seorang cenayang. Kita tidak bisa memprediksi gedung mana yang akan terbakar selanjutnya." Ujar Frank.

Ruang rapat itu senyap beberapa detik. Hanya bunyi spidol yang jatuh ke lantai terdengar. Wang Yi menatap papan putih di depannya, di mana empat titik hitam melingkari nama-nama gedung penting di kota itu.

"Memang kita bukan cenayang," katanya pelan, "tapi kalau pelaku bergerak berdasarkan pola, kita masih bisa mendahuluinya."

Salah satu polisi muda di pojok ruangan mengangkat tangan. "Tapi kalau benar ini dua pelaku, apa mereka bekerja sama?"

Wang Yi menggeleng. "Bisa tidak, bisa juga iya. Kedua pelaku memiliki dua motif masing-masing, tapi satu arah. Satu di antara mereka membakar, satu lagi mencuri. Tapi tujuan mereka sama—menghancurkan fondasi kota ini."

Frank menatap papan itu lama. "Kau bicara seolah kau tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya."

"Aku tidak tahu," jawab Wang Yi, "tapi aku tahu bagaimana mereka berpikir." Ia menandai satu titik terakhir di papan—rumah sakit umum di pusat kota. "Jika mereka terus mengikuti urutan ini, target berikutnya akan di sini."

Beberapa polisi mulai berbisik pelan, membahas kemungkinan evakuasi pasien, tapi Wang Yi menepuk meja, menghentikan mereka. "Belum tentu benar. Tapi kita harus menyiapkan pengamanan."

Frank mendekat. "Dan kau?"

"Aku akan kembali ke TKP pertama. Mungkin ada yang terlewat."

Frank menghela napas. "Sepertinya memang hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang."

Kemudian, tepat saat itu—ponsel Wang Yi berdering, "Permisi sebentar.." ucap Wang Yi sopan.

Ia melihat kalau atasannya dari pusat menghubunginya di jam seperti ini. Baginya ini bukan hal yang terlalu sering terjadi.

"Selamat malam, ketua." Ucap Wang Yi.

Frank dan para polisi yang lain memperhatikan mimik wajah Wang Yi yang nampak serius. Mereka mengerti kalau kantor polisi pusat memiliki urusan yang jauh lebih banyak dibandingkan kantor polisi di Whitechaple. Untuk itu tidak ada satu pun dari mereka yang berani bersuara, terutama saat Wang Yi menggebar meja setelah sambungan telepon terputus.

"Ada apa? Kau terlihat marah." Ucap Frank.

"Pemerintah baru saja menerima kiriman sebuah artefak kuno. Artefak itu berupa sebuah mahkota dan katanya itu adalah Mahkota Atlantis yang legendaris." Kata Wang Yi.

"Itu terdengar mewah. Lalu masalahnya di mana?" Tanya Frank.

"Informasi tentang mahkota itu bocor. Banyak kriminal yang mencoba mencurinya dari museum ibu kota. Untuk itu, pemerintah berniat menyimpan artefak itu di museum kota ini. Aku sudah bilang kalau kota ini juga sedang tidak aman. Jika Sang Lupin sampai mendengarnya, tidak diragukan lagi kalau dia akan bertindak. Mahkota semewah itu, tidak mungkin tidak membuatnya tertarik."

"Kalau begitu sepertinya kita harus benar-benar bekerja keras mulai dari sekarang." Ucap Frank.

"Baik Lupin atau di pembakar, sepertinya sangat mengenal dengan baik tentang kota ini. Aku menduga kedua kriminal itu berasal dari kota ini. Aku ingin data-data tentang semua penduduk di kota ini, termasuk kebiasaan mereka. Dan juga, kemanapun kalian pergi, mulai sekarang perhatikan dengan jeli setiap perilaku warga kota." Ucap Wang Yi.

"Itu sama saja dengan kita menjadikan mereka sebagai target. Aku takut mereka akan melakukan demonstrasi jika mengetahui ini." Ucap Frank.

"Hanya mengamati secara diam-diam. Kecuali jika benar-benar mencurigakan." Ucap Wang Yi.

Setelah itu, Wang Yi mengambil map di meja, lalu menatap jendela yang menampilkan langit abu-abu pada malam hari. Beberapa polisi saling pandang. Tak ada yang berani mengutarakan pendapat.

Setelah rapat selesai, Wang Yi melangkah keluar dari ruangan. Di luar, langit malam terlihat mendung.  lampu merah dari mobil patroli memantul pada aspal. Dia menyalakan rokok, menarik napas panjang, dan melihat ke arah gedung pengadilan yang kini hanya menyisakan puing hitam. Dalam pikirannya, satu nama kembali muncul—Zhou Shiyu. Bau bensin itu masih melekat di ingatannya. Tapi dia tahu, jika menuduh tanpa bukti, dia bukan lagi detektif. Dia hanya pria yang salah jatuh cinta pada seseorang yang seharusnya ia curigai.

Wang Yi membuang puntung rokok, lalu masuk ke mobilnya. Mesin menyala, kemudian bergerak meninggalkan kantor polisi. Dia menatap kaca spion, melihat bayangan samar wajahnya sendiri— dan untuk sesaat, ia merasa seperti orang yang sedang dia buru.

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!