Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Berdua.
Setelah satu harian berada di luar, Cilla sekarang berada di dalam mobil bersama dengan Rasyid dan Metta tidak ikut bersama mereka.
"Kita langsung pulang?" tanya Rasyid.
"Memang mau ke mana lagi," jawab Cilla.
"Apa perkataan saya tadi menyinggung kamu?" tanya Rasyid melihat dari kaca spion.
Semenjak dia memberi pernyataan. Cilla memang tidak banyak bicara, dia juga malas mempelajari dokumen dan mempertanyakannya kepada Rasyid.
"Maaf jika perkataan saya terlalu berlebihan, tetapi apa yang saya katakan demi kebaikan kamu, saya juga berbicara seperti itu untuk melindungi kamu, saya yang tahu bagaimana trik para penjahat dan orang-orang yang sudah menjadikan seseorang sebagai target mereka," ucap Rasyid memberi penjelasan.
"Selain menggunakan kekuasaan kamu atas perintah Kakek untuk melindungi saya dan apa kamu juga menggunakan kekuasaan kamu sebagai suami?" tanya Cilla
Rasyid menoleh ke arah Cilla melalui kaca spion.
"Tidak, semua yang saya lakukan hanya untuk perintah dan merupakan tanggung jawab," jawab Rasyid.
Cilla terdiam dan kembali melihat ke arah ponselnya.
Jalanan yang mereka lewati mendadak macet membuat Cilla melihat kedepan.
"Apa ada kecelakaan?" tanya Cilla.
"Saya akan periksa," jawab Rasyid membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.
"Huhhhh!"
"Kenapa setiap dia bicara terdengar begitu sangat dingin dan aku seakan dia membisu dan tidak punya jawaban apapun. Apa dia seterusnya akan mengaturku," batin Cilla menghela nafas.
Cilla melihat bagaimana Rasyid memastikan apa yang terjadi di depan sana. Cilla juga kembali melihat ponselnya.
Bruk
Cilla kaget dengan tubuhnya yang terdorong ke depan ternyata ada truk besar mendorong mobilnya.
"Astagfirullah ada apa ini?" ucapnya menoleh ke belakang membuatnya semakin panik.
Truk tersebut bukan hanya menabrak mobilnya dari belakang tetapi juga mendorong sampai mobil itu berjalan dan sehingga terjadi tabrakan beruntun membuat Cilla semakin kaget.
"Tolong!"
"Tolong!" Cilla berteriak dengan sekencangnya mencoba untuk membuka pintu mobil dan ternyata pintu itu dikunci.
Rasyid baru saja melihat lokasi dan mendengar suara tabrakan membuatnya menoleh ke belakang, betapa terkejutnya dia ternyata istrinya sudah terseret oleh truk tersebut membuat Rasyid langsung berlari dengan kencang.
Jalan semakin macet karena banyaknya mobil yang rusak akibat tabrakan beruntun, sementara Cilla memukul-mukul kaca mobil dan berusaha untuk meminta tolong karena mobil tersebut makin lama akan hancur dan dia juga bisa ikut hancur.
Untung saja Rasyid masih bisa menghentikan semua itu dengan membuka pintu mobil di kursi pengemudi.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Rasyid dengan nafas naik turun. Cilla sudah keringat dingin tidak mampu menjawab apapun.
Rasyid langsung membanting setir mobil untuk menghindari mobil-mobil di depannya saat truk tersebut terus mendorong dari belakang, tetapi dorongannya sangat kencang dan membuat mobil yang dikendarai Rasyid menabrak tiang listrik.
Rasyid semakin panik yang tidak bisa mengendalikan kondisi mereka dengan truk tersebut yang terus menghimpit ke depan.
"Cepat keluar dari mobil!" titah Rasyid.
"Aku sudah melakukannya sejak tadi dan pintu mobilnya tidak bisa dibuka," jawab Cilla masih berusaha untuk membuka pintu mobil tersebut.
Rasyid semakin panik dengan mobil mereka hampir saja menjadi gepeng karena tertimpa oleh truk besar itu.
Rasyid menarik tangan Cilla dan membawanya untuk pindah ke depan dan Rasyid berusaha untuk keluar dari mobil yang terlebih dahulu menyelamatkan Cilla sampai akhirnya di detik-detik ketegangan terakhir dengan keduanya berhasil keluar dari mobil tersebut.
Rasyid sudah merasa ada yang tidak beres langsung membawa Cilla berlari dengan memeluk tubuhnya.
Dorrr, dorrr.
Suara ledakan terdengar begitu kuat dan untung saja mereka berdua masih bisa selamat dengan berjongkok dan Rasyid memeluk tubuh Cilla dengan telapak tangannya melindungi kepala tersebut dan untunglah mereka berdua tidak terkenak ledakan itu.
Nafas Cilla naik turun tidak percaya dengan situasi terjadi dan kepalanya mencoba untuk menoleh ke belakang namun langsung dihentikan Rasyid dengan menutup matanya.
"Jangan melihat apapun!" titah Rasyid.
Dengan nafas naik turun Cilla hanya menatap mata suaminya, Rasyid bisa melihat dari tatapan mata indah itu terlihat sangat ketakutan.
"Semua akan baik-baik saja," ucap Rasyid meyakinkan.
Cilla menganggukkan kepala.
Dorr, dorr, dorrr.
Tiba-tiba suara tembakan terdengar dan Rasyid langsung membawa istrinya berdiri dan kembali melindungi dengan dia juga mengeluarkan pistol mencoba mencari arah pistol yang mengarahkan kepada mereka.
Nyawa Cilla benar-benar dalam bahaya dan sampai akhirnya mereka mencari tempat perlindungan dengan keduanya yang sekarang berjalan di jalanan sepi dengan pinggir-pinggiran toko-tokoh yang sudah tutup.
Rasyid terus mengawasi sekitarnya dengan menggenggam tangan Cilla.
"Kita mau kemana?" tanya Cilla.
"Mencari tempat yang aman," jawab Rasyid.
Cilla hanya mengikut saja dengan melihat tangan yang digenggam begitu erat dan sekarang dia sudah merasa jauh lebih aman daripada sebelumnya.
Perasaannya juga jauh lebih tenang dan mungkin sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, situasi dalam bahaya dengan nyawa menjadi korban.
Sampai akhirnya mereka memasuki suatu gedung dengan menaiki anak tangga darurat. Cilla juga tidak mengerti tempat seperti apa itu tetapi dia hanya menurut saja
Seperti apa yang dikatakan Rasyid bahwa dalam keadaan darurat maka dia yang mengeluarkan perintah.
Sampai akhirnya Rasyid membuka satu pintu dan kemudian mereka masuk ke dalam ruangan tersebut, berupa perpustakaan karena dipenuhi dengan buku-buku tersusun rapi dalam rak.
Ketika sudah merasa aman di tempat seperti itu, barulah Rasyid melepaskan genggaman tangan itu dan kemudian dia terlihat membuka laci dan mengambil kotak obat kemudian kembali menghampiri Cilla.
Rasyid mengambil tangan kiri Cilla ternyata punggung tangannya terluka. Rasyid langsung mengobati dengan wajah yang sangat serius.
Sejak tadi Cilla memperhatikan bagaimana pria tersebut berusaha selembut mungkin mengobatinya agar tidak terasa sakit.
"Issss....." lirih Cilla merasa kesakitan dengan menutup matanya. Rasyid melihat ke arah istrinya itu yang memperhatikan ekspresi cantik saat menahan rasa sakit.
"Kacanya yang tertempel sudah aku ambil dan sakitnya sebentar lagi akan hilang," ucap Rasyid membuat Cilla membuka mata dengan keduanya saling melihat satu sama lain.
"Apa yang terjadi tadi?" tanya Cilla.
"Apa ini ada kaitannya dengan orang yang menargetkanku?" tebak Cilla.
"Benar!" jawab Rasyid.
"Siapa orangnya dan bukankah truk itu sengaja mendorong mobil kita dan dia pasti ada di lokasi, kamu sebaiknya suruh anak buah yang lain untuk melihat lokasi kejadian dan mengintrogasi supir truk tersebut dengan begitu maka kita akan mengetahui siapa orang yang sesungguhnya ingin mencelakaiku," ucap Cilla.
"Itu bisa dilakukan jika truk itu tidak meledak dan sopirnya tidak mati terbakar di dalamnya," jawab Rasyid.
"Apa? Jadi dia menjadi korban dari ledakan itu?" tanya Cilla.
"Ketika target gagal, maka nyawa sudah menjadi resiko," jawab Rasyid.
"Sangat mengerikan, dia memilih untuk mati daripada harus memberitahu yang sebenarnya," ucap Cilla.
"Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak bersalah di tempat kejadian? bagaimana keadaan mereka? Apa banyak yang terluka dari tabrakan beruntun dan juga ledakan itu?" tanya Cilla.
"Anak buah kita sangat cepat bergerak ke tempat kejadian membawa tim medis dan aku belum mendapatkan laporan apakah ada yang menjadi korban selain sopir truk tersebut atau tidak," jawab Rasyid.
"Semua ini salahku. Jika aku tidak menjadi target mereka dan maka tidak akan ada orang lain menjadi korban, mereka hanya mengincarku tetapi mengorbankan banyak orang," ucap Cilla dengan raut wajah tampak sedih merasa bersalah.
Bersambung....
penuh rahasia