Seorang pria mengagumi seseorang wanita yang selama ini diam-diam dia awasi. Semua itu terjadi berawal kejadian kecelakaan yang menimpa dirinya hingga dia merasa tertarik pada wanita itu.
Sampai pada akhirnya dia nekat untuk mendekatinya dan dari itulah pria itu menunjukkan perhatian lebih hingga wanita itu merasa risih.
"Stop jangan mengikuti aku terus."ucap wanita itu yang membalas dengan nada kesal.
Apakah wanita itu menerima kehadirannya dan memilih dirinya menjadi istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArsyaNendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyadari kesalahannya (IITG)
Mereka pun kembali ke kamar mereka masing-masing, dan istirahat karena besok akan menjadi hari paling sibuk.
Pagi hari
Nadira sudah membereskan semua barangnya yang kini sudah dia masukan kedalam tas miliknya.
Setelah selesai, barulah Nadira keluar menemui Sita yang saat itu sudah siap mengantarkan ke tempat kerjanya.
"Kamu sudah siap?" tanya Sita pada Nadira.
"Sudah." jawab Nadira yang sibuk memakai tas miliknya.
"Ayo kita berangkat sekarang." Ajak Sita yang pada akhirnya mereka berangkat menuju kerja Nadira.
Di ruang kerja
"Apa kamu bilang?" tanya pak Manager yang nampak kaget dengan informasi itu.
"Iya pak, saya benar-benar ingin keluar." Jawab Nadira.
Pak manager menghela nafas, dia pun tak bisa berbuat apapun setelah mendengar keputusan Nadira akan keluar dari tempat kerjanya.
"Baiklah jika itu keputusanmu, saya pun tak bisa melarangmu." jawab pak Manager yang harus menerima keputusan dari Nadira.
Nadira pun membalas dengan menganggukkan kepala setelah keputusannya di terima oleh pak managernya.
Nadira pun langsung keluar dari ruang pak manager dengan tangan kanannya memegang sebuah amplop berisi uang gaji selama ini dia kerja.
Dari luar tempat kerja Nadira, ada Sita yang sedari tadi menunggu dirinya.
"Bagaimana?" tanya Sita pada Nadira.
"Semua sudah selesai, akhirnya aku bisa keluar." jawab Nadira dengan senyuman.
"Ya sudah, begitu kita pulang sekarang dan kita berangkat sekarang." Ajak Sita yang langsung saja kembali ke kontrakan dan mengambil beberapa barang milik Nadira untuk dia bawa pergi.
Semua barang sudah siap kini mereka tinggal berangkat menuju terminal dengan menaiki bus menuju lokasi yang akan mereka tuju.
Beberapa jam kemudian
Akhirnya berdua sampai di terminal dan langsung memesan ojek untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan mereka berdua.
30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai juga di depan rumah yang cukup asri dihiasi banyaknya tanaman menghiasi teras luar.
"Nah, ini rumahnya.Ayo masuk." Ajak Sita yang langsung menarik tangan Nadira.
Sita pun mengetuk pintu rumah itu, hingga keluar seorang wanita paruh baya. "Sita." Sontak saja Sita memeluk wanita paruh baya.
"Bibi Amira." ucap Sita dengan nada bahagia.
Bibi Amira terlihat begitu bahagia melihat kedatangan Sita di rumahnya, akhirnya mereka masuk kedalam rumah Bibi Amira.
"Bibi, ini teman yang aku ceritakan." ucap Sita yang secara langsung Bibi Amira melirik ke arah Nadira.
"Oh ini toh teman kamu."
"Iya Bik, jadi Sita minta tolong sama Bibi." Sita begitu memohon pada Bibinya.
"Baiklah, Bibi akan bantu. Apalagi Bibi sendirian di rumah, Paman kamu bekerja di luar kota." ucap Bibi Amira dengan senyuman.
"Iya Bik, terimakasih sudah bantu Sita." ucap Sita yang merasa lega Bibinya bisa membantu dirinya.
Setelah Nadira diterima tinggal bersama Bibinya Sita, Sita mengantarkan Nadira ke kamarnya.
"Terimakasih ya sudah mau menolongku." ucap Nadira yang merasa berhutang Budi dengan kebaikan Sita selama ini pada dirinya.
"Sudahlah kamu tenang saja yang terpenting kamu sudah aman itu pun sudah cukup." jawab Sita dengan senyuman.
Semoga kamu betah tinggal di sini." ucap Sita sembari menepuk bahu Nadira.
Nadira pun membalas dengan anggukan kepala mengerti apa yang dimaksudkan oleh Sita.
Di tempat lain
"Apa kamu bilang, dia keluar!" teriak Gio yang kaget mendapatkan kabar tentang Nadira.
"Iya tuan, menurut informasi yang terima jika mana Nona Nadira keluar dari pekerjaannya." Gio yang mendengar cukup kaget tak percaya
"Kenapa dia keluar dari pekerjaannya, apa yang menyebabnya dirinya melakukan hal itu. Apalagi sikapnya terlihat begitu aneh, seperti sedang menghindari sesuatu." ucap Gio yang merasa perubahan sikap dari Nadira.
"Pasti ini dengan video itu tuan." ucap Yoga yang langsung dilirik tajam oleh tuannya.
"Maksud kamu apa?" tanya Gio yang curiga dengan video yang dimaksudkan oleh asistennya itu.
"Baru saja saya mendapatkan informasi tentang video di saat anda mengunjungi hotel diwaktu pertemuan anda dengan tuan David."
"Maksud kamu apa, jelasnya yang detail." ucap Gio yang tak menunggu jawaban itu.
Yoga pun segera mengeluarkan flashdisk yang langsung disambungkan dengan laptop milik tuannya dan semuanya terbongkar jika malam itu Nadira ada di tempat itu.
Gio terdiam seolah tak percaya dan benar-benar posisi Gio duduk membeku setelah melihat kebenaran itu.
"J-jadi"
"Iya tuan, sepertinya ini alasan Nona Nadira menghindari anda.Disaat malam itu posisi anda sedang dalam pengaruh obat perangsang dan semuanya itu ulah dari Nona Puri sendiri." Seketika Gio tertunduk dan benar-benar hancur mendapati kebenarannya.
"Jadi malam itu yang menemaniku adalah Nadira?" tanya Gio pada asistennya.
"lya tuan, bukti cctv ini saya dapatkan di tempat hotel yang terakhir anda kunjungi itu." ucap Yoga yang seketika membuat Gio sedikit syok.
"Kenapa aku baru menyadarinya, pasti dia sedang marah denganku." ucap Gio yang benar-benar merasa bodoh dengan apa yang dia lakukan.
"Lalu apa yang harus saya lakukan tuan?" tanya Yoga pada tuannya.
"Kita pergi sekarang, aku ingin menemui Nadira sekarang." ucap Gio yang langsung mengambil jas yang ada dibelakang punggungnya.
"Baik tuan." jawab Yoga yang Segera mempersiapkan semuanya, selama ada di mobil Gio terdiam dengan tatapan kosong sembari dia merasakan bersalah pada wanita yang dia cintai.
"Jadi darah yang aku temukan di tempat tidur itu adalah darah milik Nadira. Benar-benar bodoh." Batin Gio yang malah memaki-maki dirinya sendiri.
Akhirnya mereka sampai di depan rumah kontrakan yang ditempati Nadira dengan temannya.
Situasi terlihat sepi dan sunyi, Gio mengetuk pintu itu tapi tak ada tanggapan apa pun. "Dimana dia." Gumam Gio yang mulai tak sabar ingin bertemu dengan Nadira.
"Sepertinya rumah itu kosong tuan." ucap Yoga yang merasakan rumah terlihat begitu sunyi.
"Coba kamu tanyakan beberapa orang diluar sana. "Perintah Gio pada asistennya.
"Baik tuan." Yoga lari bertanya pada beberapa tetangga disekitar kontrakan.
Yoga pun menghampiri tuannya. "Orang-orang disekitar kontrakan juga tidak tahu kemana mereka pergi tuan." ucap Yoga yang sudah berusaha mencari informasi.
"Lalu kemana mereka pergi." Gumam Gio yang begitu tak sabar ingin menemui Nadira.
"Aku tidak mau tahu kamu harus mencari identitas dari teman Nadira, Aku yakin dia pergi bersama Nadira." Gio benar-marah dan dia tak ingin kehilangan jejak dari Nadira.
"Baik tuan." jawab Yoga yang segera menghubungi seseorang.
Di posisi Nadira
Nadira dan Sita duduk santai bersama diteras depan, mereka berdua tampak asyik mengobrol.
"Semoga kamu nyaman tinggal disini, apalagi Bibiku sendirian tinggal disini." ucap Sita yang berharap semoga temannya nyaman tinggal bersama Bibinya.
"Iya Sita, aku juga sudah merasa nyaman tinggal disini." ucap Nadira dengan senyuman.