Felisha harus terjebak dengan kesepakatan yang tidak bisa ditolaknya demi membantu keluarganya di kampung.
" Ingat, kamu harus menutup mata, telinga bahkan mulutmu selama kesepakatan itu berlangsung." ucap alvino.
" Ya aku akan selalu mengingatnya." patuh felisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vennyrosmalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
"Kamu yakin gak perlu di antar supir nak."
"Iya bu, aku pergi naik motor sama Denis."
Gina sedang mengemasi barang untuk pergi ke acara Alvino. Ibu riri membantu anak gadisnya bersiap.
"Denis teman Alvin kan?" tanya Ibu Riri.
"Iya bu."
Tok.tok.tok
Pintu kamar Gina di ketuk dan Ayah Herman pun masuk ke dalam kamar putrinya.
"Di ruang tamu ada Denis." ucap Ayah Herman.
"Sudah semua kan, tidak ada yang tertinggal." Ibu Gina memastikan putrinya sudah memasukan semua barang-barangnya.
"Sudah bu, sebentar aku pakai jaket dulu."
Ayah dan Ibu Gina mengantar kepergian Gina dan Denis sampai ke teras rumah.
"Hati-hati, tidak perlu mengebut." ucap Ayah Herman.
"Siap Om. Kalau gitu kami pergi." pamit Denis.
Keduanya menyalami Ayah dan Ibu Gina.
......................
"Vino, ini bukan jalan ke kosan aku." teriak Felisha agar Alvini mendengar apa yang di ucapkannya.
"Siapa bilang aku mau antar kamu pulang." jawab Alvino kencang.
Felisha kemudian menepuk-nepuk pundak Alvino.
"Berhenti dulu Vino, kalau gak aku lompat." ancam Felisha.
Mau tidak mau Alvino menepikan motornya ke bahu jalan. Kemudian Alvino melepas helm nya tanpa turun dari motornya.
"Mau apa sih Felis." ucap Alvino dan menoleh ke belakang.
"Aku harus kerja Vino, aku turun disini saja biar nanti naik bus." jelas Felisha dan mencoba untuk turun dari motor Alvino yang tinggi itu.
"Kalau kamu turun, aku gak bakal ikut pelajaran tambahan lagi." sentak Alvino.
Felisha diam mengurungkan niat untuk turun dari motor. Dia menatap Alvino yang kini juga sedang memberikan tatapan tajamnya.
"Tapi Vino, kalau aku di pecat dari pekerjaanku bagaimana?" tanya Felisha dengan lesu.
"Aku sudah menyuruh orang untuk meminta izin sama bos kamu, jadi tenang saja." jelas Alvino.
"Serius?" tanya Felisha tidak percaya.
"Iya, makanya kamu diam saja dan jang banyak tanya lagi mengerti."
Felisha menganggukan kepalanya. Alvino juga kembali mengenakan helmnya dan melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda.
......................
Sampai di tempat acara, Alvino memarkirkan motornya di parkiran khusus untuk pengunjung Villa di pinggir pantai itu.
Felisha melihat pemandangan pantai yang sedang menunjukkan sunset.
"Waah bro akhirnya datang juga."
Kedatangan Frans teman Alvino mengalihkan atensi Felisha yang sedang melihat sunset.
"Gimana sama yang lain?" tanya Alvino.
"Dimas sama Gibran udah di dalem. Lo jadi juga bawa itu." unjuk Frans melalui matanya dan mengarah pada Felisha.
Merasa diperhatikan, Felisha menunduk dan sedikit mendekat ke arah Alvino karena merasa risih dengan tatapan Frans.
Felisha sedikit tidak nyaman, karena pertemuan mereka di minimarket saat itu yang mempeributkan membeli fies ta.
Jadi Felisha menganggap teman-teman Alvino memiliki pergaulan yang bebas.
"Denis dimana?" tanya Alvino lagi agar mengalihkan perhatian Frans pada Felisha.
"Tadi gue hubungi dia katanya sedikit terlambat." jelas Frans.
Alvino mengangguk, kemudian mengajak untuk masuk ke dalam Villa.
"Ayo masuk." ajak Alvino saat melihat Felisha diam saja.
"Tapi Vino, aku gak kenal sama teman-teman kamu." ucap Felisha.
Alvino kemudian memegang tangan Felisha dan menariknya untuk masuk ke dalam Villa.
"Kamu tenang saja, ada aku disini."
Ucapan Alvino terkesan romantis, Felisha sampai merona mendengarnya.
Begitu masuk ke Villa berlantai dua itu, di ruang tamu sudah ada dua laki-laki dan dua perempuan.
Frans juga ada dan sedang bersenda gurau dengan teman perempuannya.
"Apa ini acara ngedate?" gumam Felisha pelan.
"Kamu bicara apa?" tanya Alvino yang sedikit mendengar Felisha mengatakan sesuatu.
"Hah, ti tidak, aku tidak bicara apa-apa." elak Felisha.
Padahal dia merasa bergumam dalam hati tapi mungkin secara tidak sadar malah mengucapkannya.
"Al, duduklah. Kita bersantai dulu." ajak salah satu bernama Dimas.
Alvino mendekat dan masih memegang tangan Felisha. Dua perempuan yang dibawa oleh teman-teman Alvino juga mengajak Felisha untuk bergabung.
Felisha melirik sebentar pada Alvino yang menganggukan kepalanya agar dia mau bergabung dengan teman perempuan yang dibawa teman-temannya.
"Bagaimana kalau kita ambil camilan di dapur." ajak salah satu perempuan bernama Gisel.
"Iya sel kamu benar, ayo Felisha ikut kami." ucap perempuan satunya bernama wulan.
Karena merasa tidak enak akhirnya Felisha mengikuti kedua perempuan itu menuju dapur.
Begitu sampai di dapur Gisel dan Wulan sedang membuka beberapa kantung belanjaan yang belum sempat di rapikan.
"Oh ya Felisha, bagaimana cara kamu menjerat Alvino?" tanya Gisel yang kini memasang wajah tidak ramah.
Felisha mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti apa yang sedang di pertanyakan Gisel saat ini.
"Apa maksud kamu?" tanya Felisha.
"Jangan sok polos Felisha, kamu harusnya berbagi trik dengan kami untuk bisa merayu Alvino yang terkenal tidak suka di dekati perempuan." tutur Wulan menimpali.
Felisha terkekeh saat mengerti arah pembicaraan keduanya. Tadi saat ada di hadapan Alvino, mereka terlihat sangat welcome padanya.
Kini justru mereka menampilkan sifat asli mereka saat tidak ada Alvino dan teman-temannya.
"Aku tidak melakukan apapun pada Alvino, lagi pula kami hanya teman." ungkap Felisha.
Gisel dan Wulan malah cekikikan mendengar jawaban Felisha.
"Kamu tidak perlu menutupi keburukanmu, atau kamu tidak mau berbagi trik dengan kami karena takut Alvino berpaling." ejek Gisel.
"Terserah kalian mau percaya atau tidak, yang jelas aku sudah mengatakan yang sebenarnya." ucap Felisha.
Kemudian dia mengambil nampan dan mengisi nampan itu dengan beberapa minuman juga camilan yang katanya akan di bawa ke ruang tamu.
Tanpa menunggu Felisha melangkah menuju ruang tamu dan meninggalkan Gisel juga Wulan disana.
"Cih, aku yakin dia menggoda Alvino dengan tubuhnya." ucap Gisel.
"Iya kamu benar, teman-temannya kan doyan begituan, pasti Alvino juga sama saja." tambah Wulan.
......................
Di lain tempat.
"Denis, seberapa jauh lagi sih?" tanya Gina kesal.
"Harusnya sebentar lagi sampai, tapi karena tadi kita salah jalan jadi muter." jelas Denis.
Tadi mereka sempat salah jalur saat mengikuti maps. Denis terlalu gugup saat kembali dekat dan pergi bersama Gina, alhasil dirinya salah membaca maps.
"Ck, udah gelap tahu gak. Mana jalannya sepi banget." gerutu Gina.
"Iya iya sepuluh menit lagi kita sampai."
Denis menambah kecepatan motornya agar bisa cepat sampai di Villa.
......................
Kini mereka sedang mengadakan acara barbeque di dekat pantai. Beruntung Villa dan pantai ini privat jadi tidak bisa dikunjungi oleh pengunjung yang tidak menyewanya.
Alvino menunggu Felisha yang sedang berganti pakaian di kamarnya. Karena tidak membawa pakaian ganti, akhirnya Felisha menggunakan pakaian milik Alvino.
Ceklek.
Mendengar suara pintu dari kamar mandi, Alvino yang sedang duduk di tepi kasur sembari memainkan ponselnya mengalihkan pandangannya pada Felisha yang sudah berdiri disana.
"Baju nya kebesaran Vino." keluh Felisha.
Tinggi badan Felisha memang hanya sedada Alvino. Wajar saja kaos milik Alvino yang dipakai Felisha tampak seperti dress untuknya.
Lain hal nya dengan Alvino yang kini justru meneguk ludah karena melihat Felisha yang terlihat seksi menurutnya.
"Ke kenapa tidak dipakai celananya?" tanya Alvino gugup.
Baru kali ini Alvino merasa gugup di hadapan seorang gadis.
"Celana nya sama sekali tidak muat Vino, besar sekali." ucap Felisha.
Alvino berdehem keras untuk menetralkan kegugupannya. Dia tidak boleh terlihat salah tingkah di depan Felisha.
"Yasudah, nanti aku akan cari toko baju terdekat." jawab Alvino.
"Aku mau ikut." pinta Felisha yang tidak mau ditinggal sendiri di Villa ini.
"Tapi masa kamu keluar dengan penampilan kaya gini."
Felisha melihat dirinya, dan membenarkan apa yang di ucapkan Alvino.
"Aku takut disini sendiri Vino." cicit Felisha pelan.
Alvino menghembuskan nafas dengan kasar, kemudian dia meminta Felisha untuk duduk di kasurnya.
"Tunggu saja disini, aku gak akan lama. Pintu nya bisa kamu kunci dari dalam." tutur Alvino.
"Baiklah."
Akhirnya Felisha menyetujui perintah Alvino dan menunggu Alvino di kamarnya. Felisha juga tidak akan nyaman menunggu di kamarnya sendiri karena memakai baju milik Alvino saat ini.
Bisa-bisa Gisel dan Wulan semakin berfikiran yang tidak-tidak padanya. Meskipun Felisha tidak peduli dengan pandangan mereka.
...****************...