Seorang mafia ayam 🐓
Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.
ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.
Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.
Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?
🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelarian dari Bank
Satu orang polisi datang lagi, hendak memukulku dari sisi samping. Dan polisi yang tadi serangnya kuhadang hendak memukul lagi.
Aku langsung mundur, membiarkan mereka berdua memukul udara kosong.
Sekarang aku yang balik menyerang, memukul perut mereka berdua dengan kedia tanganku. Satu polisi mundur menghindarinya, tapi polisi yang lain terkena pukulanku.
Polisi yang tadi menghindari seranganku langsung menendang kakiku hendak membuatku jatuh. Tapi walau kakiku terkena tendangannya, aku menyeimbangkan tubuhku dengan cepat agar tidak jatuh.
Lalu tangan kananku hendak memukulnya, dia menahan seranganku dengan kedua tangannya.
Satu polisi datang hendak mendorongku agar jatuh. Tapi sebelum itu terjasi Kibo datang, sempat lompat setelah hinggap dari polisi lain. Kibo naik ke atas kepala polisi yang hendak mendorongku tadi, mematuk-matuk tapi polisi itu.
Karena polisi ketiga itu masih sibuk menangkap Kibo, aku mengambil kesempatan itu untuk mendorongnya hingga jatuh. Kibo juga turun dari polisi itu.
Satu polisi sebelumnya menarik pundakku, lalu memukul perutku. Karena aku belum siap pukulan itu mengenai perutku.
Aku langsung mendorong polisi itu menjauh, lalu hendak menendang perutnya dari samping. Tapi dia langsung mundur untuk menghindarinya.
Kibo mengepakkan sayapnya ke atas salah satu polisi yang hendak menyerangku. Lalu seperti biasa Kibo mematuk-matuk topinya.
Polisi itu tidak terlalu memedulikan Kibo dan tetap lanjut menyerangku. Tangan polisi itu memukul bahuku kiriku, aku hendak menghindar, tapi tetap kena walau hanya sedikit.
Aku menendang kaki polisi itu. Dia belum diap menghindar, jadi lansung jatuh bersama Kibo yang turun dari topinya.
Ada hal lain yang jatuh, kunci. Tidak salah lagi, itu kunci mobil polisi! Kunci itu jatuh dari saku polisi tadi.
Aku langsung mengambilnya. Lalu berlari ke arah, Van, Kibo juga mengikutiku.
Ada satu polisi yang menghalangiku dari depan, lalu hendak memukulku dari bagian samping perut.
Aku mundur untuk menghindar, lalu memutarinya. Aku tidak boleh buang-buang waktu melawan polisi ini terus.
"Van!" teriakku saat sudah dekat dengannya.
Van langsung menoleh, aku menyerahkan kunci mobil polisi ke tangannya.
"bagus, kunci mobil yang mana ini?" tanya Van sambil memukul salah satu polisi yang hendak menyerangnya.
"aku belum tau." jawabku, ada satu polisi yang hendak memborgolku dari belakang, aku membenturkan kedua sikuku untuk menyerangnya.
"tidak masalah, akan kuperiksa." balas Van, lalu dia pergi mendekat ke arah mobil polisi.
"semuanya! Dia membawa kunci mobil polisi!" seru polisi yang tadi kucuri kunci mobilnya, dia baru sadar.
Tapi sekali dia menyerukan begitu, para polisi yang tadi menyerang teman-temanku yang lain langsung fokus mengejar Van. Van dikejar oleh 15 polisi, dan itu bukan hal yang mudah sama sekali.
Aku dan yang lain langsung mendekat kepada Van. Menghalangi dari orang yang hendak menyerangnya, dan menyerang orang yang menghalangi jalannya.
Akhirnya Van sampai ke mobil polisi pertama. Dia memasukkan kuncinya ke lubang di pintu lalu memutarnya.
"bukan yang ini." Van berkata.
Aku dan yang lain masih disekitarnya mengangguk.
Ada polisi yang hendak memukul Van dari samping, aku menahan pukulannya dengan genggaman tanganku.
Lalu ada juga yang hendak menendang Van dari sisi lain. Lola menahan tendangan itu dengan tangannya, lalu mendorong kaki itu sampai polisi yang hendak menendang tadi jatuh.
Van sampai ke mobil kedua, dia memeriksanya lagi apakah kunci yang dibawanya untuk mobil ini.
"bukan ini." Van menggeleng, lanjut lari ke arah mobil lain.
Kali ini ada polisi yang membawa pemukul bisbol, dia hendak memukul kepala Van dengan itu. Tapi sebelum terjadi Bruno menahan serangan itu dengan menyilangkan kedua tangannya.
Polisi makin ramai merapat di depan Van, membuat sulit maju. Jadi Van melemparkan bom pelontar kedepan, membuat polisi yang menghalangi terdorong ke arah samping.
Ada polisi lain yang membawa pemukul bisbol hendak memukul perut Van. Tapi Vin menendang kaki polisi itu duluan membuatnya jatuh.
Sampai ke mobil ketiga, Van memeriksa pintunya. Dan berhasil!
Pintu mobil itu terbuka, Van langsung masuk ke kursi kemudi. Lalu Van menonaktifkan kunci pintu mobil sehingga aku dan yang lain bisa ikut masuk.
Posisinya sama, Vin dan Van di kursi barisan depan, sementara aku, Lola, dan Bruno di barisan kursi belakang.
Sialnya ramai polisi yang mengerumuni kami, membuat mobil ini susah bergerak. Vin membuka kaca jendelanya, melemparkan bom pelontar kedepan.
Berhasil, jalanan di depan bersih tak terhalang lagi.
Van langsung menginjak gas mobil. Mobil ini memutari parkiran dulu untuk menghindari para polisi, lalu keluar dari parkirannya dan melesat ke jalan raya.
Aku bisa melihat di belakang, para polisi tadi sudah mulai masuk ke mobilnya masing-masing.
"kita cari dulu dimana mobil merah kita tadi dibawanya Van, kita ngak mungkin bisa kembali tanpa menyerahkan itu." Vin berkata.
"iya." Van mengangguk.
"kalian awasi jika melihat mobil kita." Van berkata, aku dan yang lain mengangguk.
Van sedang fokus mengemudikan mobil sehingga tidak mudah dikejar para polisi itu. Jadi aku dna yang lain bertugas mengawasi jalanan jika ada tanda-tanda mobil kami.
"bagaimana kita mencarinya?" tanyaku.
"biasanya mobil yang di derek oleh polisi begitu di diamkan pada kantor polisinya dulu, jadi aku memilih rute yang melalui beberapa kantor polisi." jelas Van.
Aku mengangguk, lalu mulai memperhatikan jalanan lagi. Para warga masih beraktivitas seperti biasa, malahan ada anak-anak yang senang dengan lewatnya mobil polisi. Tanpa tau yang terjadi sekarang adalah kejar-kejaran antara perampok dan polisinya sendiri.
Setidaknya dengan mobil polisi ini, kami jadinya tidak dicurigai warga sekitar. Kalau pakai mobil lain dikejar polisi jelas ketahuan kami merampok.
Matahari pagi mulai naik, sekarang sepertinya sudha masuk di siang hari.
Aku lihat ke belakang, ada empat mobil polisi mengejar kami. Itu jumlah yang cukup banyak untuk kejar-kejaran pertamaku.
Tapi kecepatan mobil-mobil polisi yang lain sama dengan kami. Sehingga mereka belum menyusul kami, lagipula sepertinya Van masih bisa menambahkan kecepatannya.
Mobil polisi yang kami naiki bergerak cepat, karena ini mobil polisi, para pengendara lain menepi agar kami bisa lewat.
Mobil polisi juga tidak biasanya dibawa dengan cepat begini. Jadi kalau mobilnya cepat apalagi lebih dari watu, para warga menganggap ada keadaan darurat.
Sesekali ada mobil yang tetap tidak menepi atau menepinya terlalu lama. Tapi Van bisa menyalipnya, membuat kami bisa bergerak tambah cepat.
Kantor polisi pertama dilalui, kantor kecil, tapi tidak ada mobil merah kami disana. Aku curiga mobil kami tidak disembunyikan di tempat biasa, karena teman-temanku ini pasti sudah terkenal dengan kemampuan kejahatan mereka, para polisi tidka akan sembarangan menganggap mereka enteng.