NovelToon NovelToon
[Bukan] Suami Pilihanku

[Bukan] Suami Pilihanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Yunus

Queensa tak menyukai pernikahannya dengan Anjasmara. Meskipun pria itu dipilih sendiri oleh sang ayah.

Dijodohkan dengan pria yang dibencinya dengan sifat dingin, pendiam dan tegas bukanlah keinginannya. Sayang ia tak diberi pilihan.

Menikah dengan Anjasmara adalah permintaan terakhir sang ayah sebelum tutup usia.

Anjasmara yang protektif, perhatian, diam, dan selalu berusaha melindunginya tak membuat hati Queensa terbuka untuk suaminya.

Queensa terus mencari cara agar Anjasmara mau menceraikannya. Hingga suatu hari ia mengetahui satu rahasia tentang masa lalu mereka yang Anjasmara simpan rapat selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Harusnya hari-hari tetap berjalan seperti biasa. Tapi setelah melihat tubuh Anjasmara ambruk di depan matanya sendiri, semua berubah.

Tatapan para pekerja dikediaman Anjasmara jadi berbeda. Obrolan kecil yang dulu hangat, kini berhenti saat Queensa lewat. Dan Ridwan yang biasanya tenang dan selalu riuh saat ada Queensa tiba-tiba menjadi bayangan yang bergerak diam-diam di lorong rumah sakit. Tak ada lagi candaan saat bertemu. Bahkan saat sama-sama duduk menunggu tak ada lagi sisa senyum untuk Queensa.

Sejak Anjasmara tak sadarkan diri, Queensa menyadari seberapa penting pria itu untuk sebagian besar orang.

Queensa menatap dalam diam pamannya yang baru saja keluar dari ruang radiologi. Wajahnya tampak letih, dan langkahnya seakan tertatih berat menjauhi ruang tersebut.

Semua bungkam tentang kondisi Anjasmara. Membuat Queensa dilanda kebingungan, dan tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada suami dinginnya itu?

"Kamu pulang saja," kata pria itu.

Queensa mengerjap. "Sebenarnya aku masih ingin disini."

Ridwan menatapnya dalam. "Kamu sedang hamil, nggak bagus berada di tempat seperti ini."

Queensa menunduk dalam. "Apa Paman tidak ingin memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi pada Anjasmara?"

"Dia baik-baik saja," jawaban itu terdengar ringan tapi Queensa tahu, yang terjadi tak sesederhana itu.

Keheningan terjadi. Tak ada kata untuk beberapa saat. Hanya diam yang mengisi ruang di antara mereka, seperti dua orang yang tahu akhir cerita, tapi belum siap mengucapkannya.

*******

Malam hari di rumah itu Queensa seperti hidup di tubuh orang lain. Tidak ada yang menasehatinya, memaksa ia makan ini dan itu untuk memenuhi nutrisinya. Tidak ada mata yang selalu awas bagaikan CCTV yang terus menyorot kegiatannya saat di rumah. Tidak ada Anjasmara.

Lewat tengah malam, Queensa terbangun. Rumah gelap dan kosong. Aroma shampo Anjasmara masih tertinggal di bantal, seperti menemani di kesunyian.

Queensa menarik bantal tersebut kemudian memeluknya, tanpa terasa kantuk itu kembali datang.

Queensa bangun, bukan karena suara yang biasa ada, tapi karena sinar matahari yang terlalu terang. Kebutuhannya sudah tersedia, rumah juga sudah di tapikan, tapi terasa kosong.

Queensa menikmati sarapannya tanpa minat. Aneh, ada hal ganjil yang tidak bisa di terjemahkan.

Baru semalam Anjasmara dirawat di rumah sakit. Dan rumah itu... Terasa seperti ruang tunggu. Diam, penuh bayangan. Padahal semua masih berjalan sebagaimana mestinya, namun tak ada yang terasa hidup. Bahkan jam dinding pun seperti berdetak lebih lambat.

Pagi perempuan itu terasa sepi. Sunyi yang menggigit perlahan dari balik dinding menelusup ke dada. Suara air keran yang menetes pun terdengar lebih nyaring dari biasanya. Seolah-olah rumah ini sedang berbicara, menegur, atau barangkali, menangis tanpa pemiliknya.

Siangnya, Queensa ke rumah sakit, disana Anjasmara sudah membuka mata.

Queensa menguatkan diri, dengan langkah ragu ia mendekat.

"Kamu baik-baik saja?" Tanyanya, dengan suara yang bahkan tak terlalu jelas.

"Baik," jawab Anjasmara pelan. "tapi aku masih belum diizinkan pulang."

Hening beberapa detik. Lalu suara Anjasmara muncul lagi.

"Kamu.. sudah makan?" tanyanya.

Sejenak Queensa terhenyak. Dia seperti kehilangan dirinya sendiri.

"Jaga dirimu baik-baik selama saya tidak ada, juga... dia." tangan Anjasmara mengusap pelan perut Queensa.

"Sebenarnya..., " Kalimat Queensa terpotong sebab kedatangan dokter. Sejenak mau tidak mau perempuan itu sedikit menyingkir, memberi ruang untuk mereka menjalankan tugasnya.

Sekitar sepuluh menitan, dokter dan suster itu melangkah pergi. Queensa juga segera mendekat dengan langkah pelan.

"Kalau kamu mau pergi, saya tidak akan menahan," kata Anjasmara pelan. Bukan karena tidak ingin Queensa tinggal. Tapi karena tahu, cinta yang sehat bukan tentang menahan. Tapi memilih untuk bertahan.

"Pergi dalam artian apa ini?" tanyanya Queensa dengan raut terkejut.

"Kamu ingin cerai? Akan saya kabulkan. Tapi nanti, setelah anak saya lahir. Mohon bersabar tujuh bulanan lagi, kamu bisakan?"

"Kalau aku mau tinggal?"

Anjasmara tidak menjawab. Tapi melipat bibirnya kedalam. Gerakannya yang sederhana, entah kenapa, membuat dada Queensa terasa lebih hangat.

Dan untuk pertama kalinya, Queensa merasa Anjasmara benar-benar melihatnya. Bukan sebagai istri yang sempurna, bukan sebagai bagian dari rutinitas, tapi sebagai seseorang yang patah dan memilih untuk tetap duduk di sini, bersamanya.

Meski begitu, semua tak lantas membaik, Queensa kikuk, masih terlalu banyak kalimat yang tertelan. Tapi ada usaha, dan itu harusnya cukup sebagai permulaan.

Siang itu mereka tidur di kasur yang sama. Tapi tak begitu akrab. Tak ada pelukan. Tak ada kata maaf, tapi di antara mereka ada jeda yang lebih jujur dari sebelumnya.

Pukul tiga siang Queensa terbangun. Bukan karena mimpi buruk tapi karena suara napas seseorang. Lembut. Teratur. Dan tenang. Queensa samar-samar membalik badan perlahan, menatap punggung suaminya yang tertutup selimut biru muda. Di sana, untuk pertama kalinya, Queensa melihat kenyamanan sebagai bentuk kasih sayang yang paling utuh. Karena meski sikapnya buruk, pria itu memberinya pilihan antara pergi atau bertahan.

Di sore hari Queensa pulang. Anjasmara tidak mengizinkannya bermalam di rumah sakit.

Perlu diketahui, setelah tidur siang tadi, ruang rawat Anjasmara tak pernah sepi pengunjung, satpam bahkan kewalahan karena meskipun jam. besuk telah habis orang-orang tidak ada hentinya menerobos ke kamar pria itu.

Di malam hari, Queensa berdiri di depan cermin kamar. Melepas bajunya, melihat tubuhnya sendiri. Tubuh yang pernah begitu diinginkan. Perempuan itu menangis, bukan karena benci, tapi ada takut jika semua tak akan utuh lagi.

"Aku ingin janji, ingin belajar jalanin ini bukan karena aku takut sendirian. Tapi karena aku tahu kamu rumahku." foto di dinding jadi perantara perempuan itu mengungkapkan rasa.

Di rumah sakit. Anjasmara sudah kembali terlelap setelah melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim. Di sisinya ada Ridwan yang menggantikan Queensa untuk menjaga pria itu.

Baik Anjasmara ataupun Ridwan menyakini jika sebenarnya Queensa begitu terpaksa datang ke rumah sakit, karena keduanya tahu, seberapa besar kebencian perempuan itu terhadap suaminya.

"Jangan sampai kebodohan membuatmu menyesal Queen!" lirih pria itu seraya menatap wajah lelap yang sedikit pucat.

Ridwan salah satunya yang tahu seberapa layak Anjasmara mendapatkan Queensa, tidak hanya perkara kemapanannya saja, tapi juga karena ada hal besar yang pria itu korbankan untuk keponakan satu-satunya itu.

Tengah malam Ridwan terbangun karena suara rintihan. Pria itu menemukan Anjasmara yang demam tinggi dan tubuhnya gemeteran.

Panik, Ridwan segera memanggil dokter piket untuk segera memeriksa kondisi Anjasmara.

Kekhawatiran Ridwan semakin bertambah saat dokter memindahkan Anjasmara ke ruang ICU. Kondisi Anjasmara mengkhawatirkan dan membutuhkan pengawasan serta perawatan yang lebih intensif.

Sedangkan di rumah Queensa yang tidak bisa tidur mencoba mencari kegiatan lain, dia berjalan ke kamar sebelah yang biasanya digunakan Anjasmara untuk memeriksa catatan-catatan yang dikirim dari para pekerja.

Di kamar itu tak hanya tersimpan dokumen-dokumen penting, tapi puluhan bahkan ratusan buku yang Queensa tidak tahu isinya. Di antara buku yang berjajar itu ada satu buku yang paling mencolok dari yang lainnya, sampulnya berwarna kuning dan ada garis hitam.

Secara naluriah Queensa menarik buku itu, untuk melihat isi didalamnya, tapi saat buku itu ditarik, ada yang tersangkut di belakangnya.

Queensa menarik lebih kuat dan ternyata ada dokumen tebal yang tersangkut di pita penanda buku tersebut. Saat Queensa akan memisahkannya, matanya membaca sekilas isi dokumen tersebut yang tak sengaja tersingkap.

Surat pernyataan yang menyatakan bahwa Anjasmara tidak terlibat kasus jual beli organ.

"A-apa ini?"

1
YuWie
Quen kah
Felycia R. Fernandez
sapa Nih?? apa jodoh Anjas berikutnya
4_amiraa_ Tadzkiyaa_
semangat upnya thor... bagusss ceritanyaa
Felycia R. Fernandez
tetap semangat kk Thor 💓
Felycia R. Fernandez
heleh...🤬🤬🤬🤬🤬🤬
YuWie
mau menjelaskan yg bgmn affin... kejadian sebenarnya bgmn..kok malah quen plg sama dirimu bukannya april
nikatha
semangat kk otor smg up nya lancar g lama2 yaa /Smile/
Heni Fitoria
💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻
Ais
smoga msh ada takdir jodohnya quen dan anjas
Felycia R. Fernandez
ini yang dulu dipikirin Queen ,yang disangkanya Anjas hanya mau hartanya saja.padahal harta Anjas lebih banyak dari punya ayahnya
Felycia R. Fernandez
mending pisah aja Anjas, jangan jadi bucin tolol
YuWie
gak bisa komen apa2sama kamu Q..kupikir kamu kecelakaan nya sama temen wanita mu naik motor..ealahhh ternyata sama crush mu..suami mana yg gak marah coba. sdh bayinya gogrok sama laki2lain. benar anjas, tinggalkan saja Q yg masih egois. Sadarnya krn donor ginjal yg anjas lakukan bkn dari hati, makanya masih ngabotin pacarnya wae.
Ais
semangat thor ditunggu terus updateny makasih
YuWie
ya sdh biaralan aja anjas menyendiri... toh kamu yg salah
Felycia R. Fernandez
makasih kk Thor udah sempatkan untuk up kk🙏
Felycia R. Fernandez
kapoook kan...
makanya gak usah sooook...
Felycia R. Fernandez
ya iya la,untuk istri pembangkang seperti mu...
untung gak dicere
Felycia R. Fernandez
aku bacanya selalu tensi liat queen kk Thor, 😆
semoga Anjas menemukan perempuan yang tepat dalam hidupnya...
Felycia R. Fernandez
ya tuhan...
Felycia R. Fernandez
terjadi lagi...
queensa ini gak kapok kapok lho ya ...
haddeuh 🤦‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!