Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, baru saja lulus SMA. Namun tiba-tiba Ayahnya yang pemabok dan suka main judol, memaksanya untuk menikah dengan saudagar kaya yang memiliki 3 istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Harus Mengakhiri Semuanya
kini kehamilan nya menginjak tiga bulan, dimana bulan ketiga ini bayi di dalam perutnya peka terhadap sentuhan.
Jadi Sasa suda bisa mengelus perutnya, dan mengajak bayinya berbicara.
Di bulan ketiga kehamilan Sasa ia mendapat kabar dari suaminya, saat mereka makan malam.
"Dek aku mau bicara." ucap Pak Yudi menatap dirinya
"Bicara apa mas?" tanya Sasa penasaran
"Mas akan pergi ke kota, dan mungkin agak lama pulangnya." jawab Pak Yudi tersenyum kearahnya
"Hemm berarti Mas mau ninggalin Sasa." ucap Sasa cemberut
Pak Yudi yang melihat istri kecilnya cemberut, segera memeluknya dan membelai rambutnya.
"Kamu harus ingat, bisnis Mas itu di kota. Dan istri-istri Mas yang lain juga harus di datangi kan?" tanya Pak Yudi sambil menatap wajah cantik istrinya, Sasa hanya mengangguk paham dengan pekerjaan suaminya itu.
Gak mungkin juga dia menahan Pak Yudi, agar tetap tinggal dirumah apalagi Sasa tahu istri Pak Yudi bukan cuma dirinya.
Sasa mengobrol begitu tiba-tiba Pak Yudi bertanya "Sandy mana?" sontak saja Sasa hampir keselek, untung ia langsung minum air.
"Itu masih nonton tv Mas." jawab Sasa
"Sandy, ngapain kamu disitu sini gabung makan." ucap Pak Yudi
Tak lama kemudian Sandy datang, duduk di meja makan di samping Sasa.
"Papa mau ke kota?" tanya Sandy tanpa menoleh kearah ayahnya
"Kamu sudah selesai skripsi?" tanya Pak Yudi
"Dikit lagi pah." sahut Sandy
"Yaudah." ucap Pak Yudi sambil membuka aplikasi biru
"Papa sudah tf 100 juta, hemat-hemat." sambung Pak Yudi lagi
"Makasih Pah, memangnya Papa mau berapa bulan dikota?" tanya Sandy
"Tiga bulan." jawab Pak Yudi
Mendengar jawaban suaminya sontak saja Sasa terkejut, seketika ia mendongakkan wajahnya.
"Kok lama Mas?" tanya Sasa, setelah bertanya begitu ia melirik kearah Sandy. Namun anak tirinya itu seperti memberi kode, yang tidak di sadari oleh ayahnya.
"Boleh aku ikut Mas?" tanya Sasa menatap Pak Yudi penuh harap, sedangkan Sandy sudah gelisah takutnya malah ayah mengizinkannya ikut.
"Ngga usah kan Mas juga, nanti tinggal dirumah Kakak madu kamu." jawab Pak Yudi, yang di angguki oleh Sasa.
"Sebaiknya ibu di rumah saja, gak baik buat kesehatan dede bayinya. Dari sini ke jakarta itu menempuh perjalanan seharian." ucap Sandy menatap Sasa tajam
Mendengar suara anaknya memanggil Sasa dengan sebutan Ibu, Pak Yudi pun tersenyum.
"Alhamdulillah akhirnya kamu bisa menerima nya sebagai ibumu, tolong jagain Ibu kamu ya." ucap Pak Yudi tanpa curiga, Sasa hanya mengangguk saja.
Perasaan Sasa campur aduk saat ini, bagaimana jadinya jika suaminya tidak berada di rumah. Ada suaminya saja anak tirinya berani menggaulinya, gimana jadinya kalau beliau tidak ada.
Setelah selsai makan malam Sasa segera naik ke lantai atas, Bi Inah pun langsung membereskan meja makan.
Pak Yudi ikut masuk ke kamar tuk pamitan kepada istrinya, lalu ia pun pamit pada istrinya.
Sasa turun ke bawah tuk mengantarkan suaminya pergi.
"Mas.." lirih Sasa
"Apa Dek?" sahut Pak Yudi
"Hati-hati disana ya, jaga kesehatan." ucap Sasa seraya mencium punggung tangan suaminya
Semenjak suaminya pergi bertugas ke luar kota, ia jadi sering galau sedih dan murung dikamar. Mungkin karena sudah terbiasa bersama suaminya, entahlah apakah Sasa mulai mencintai suaminya sehingga merasakan kehilangan.
Ingin ia menolak rindu yang datang kepadanya, namun rindu itu datang dengan sendirinya dan tidak bisa ia tolak.
Namun inilah kenyataan, ia tidak bisa lari dari kenyataan ini dan harus menghadapinya.
Beruntung masih ada Sandy, ia merasa nyaman dengannya. Beliau sudah menjadi bagian dari hidupku, menjadi pengganti suaminya saat suami ngga ada.
Miris itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perjalanan hidupnya, yang merajut hubungan terlarang selama satu tahun.
Kedekatan nya dengan anak tirinya semakin hari semakin intensif, semenjak suaminya berangkat ke jakarta.
Sandy semakin tidak menjaga jarak dengannya, beliau kerap membelikan kosmetik untuk Sasa dan barang keperluan lainnya.
Hingga pada suatu malam, sekitar pukul 19.00 malam. Sasa yang lagi tiduran sambil bermain ponsel, di kagetkan olah kedatangan anak tirinya yang tiba-tiba masuk kedalam kamar nya.
"Belum tidur?" tanya Sandy sembari duduk di sampingnya
"Sandy... belum san." jawab Sasa kaget
"Lagi apa?" tanya Sandy lagi, yang penasaran sambil ke layar ponselnya.
"Ini lagi baca novel san." sahut Sasa
"Suka baca novel?" tanya Sandy penasaran
"Suka sekali, hampir tiap malam." jawab Sasa
"Apa judulnya?" tanya Sandy yang duduk merapat ke Sasa
"Tentang perselingkuhan." jawab Sasa, sambil memperlihatkan layar ponselnya ke arah Sandy.
"Wah pasti seru ceritanya." ucap Sandy
"Iya seru ceritanya, kalau kamu yang baca pasti suka." timpal Sasa
"Boleh, aku penasaran pengen baca."
"Yaudah kita baca di ruang tamu saja." ucap Sasa
Lalu mereka keluar dari dalam kamar, menuju ke ruang tamu.
Mereka pun membaca novel bersama di ruang tamu, Sandy nampak serius sekali membacanya. Karena memang ceritanya sangat bagus, dan isi di dalam novel tersebut begitu menyentuh.
Setelah selesai membaca Sandy nampak terdiam sejenak, sepertinya dia menghayati isi dalam cerita itu.
"Kenapa diam?" tanya Sasa
"Ceritanya membuat hatiku bergetar." sahut Sandy sambil memandangnya
"Kok bisa san?" tanya Sasa membalas tatapan Sandy
"Kamu tidak sadar kalau cerita dalam novel itu, mirip sekali dengan kisah kita." kata Sandy menjelaskan
"Iya aku juga berfikir seperti itu." sahut Sasa menundukkan kepalanya
"Apa kisah kita berakhir seperti itu juga?" tanya Sandy dengan tatapan sayu kearahnya, Sasa hanya terdiam.
"Maafkan aku."
"Kita sudah terlampau jauh, tidak seharusnya aku melakukan ini kepadamu. Aku minta maaf." ucap Sandy
"Sungguh aku sangat berdosa, aku terlalu menuruti hawa nafsuku." sambung Sandy, sambil mengusap wajahnya dengan tangannya.
"Lalu bagaimana ini?" tanya Sasa
"Kita lupakan kejadian yang pernah kita alami, aku merasa bersalah pada Papaku." ucap Sandy dengan mata berkaca-kaca
"Kamu mau aku melupakan semuanya?" tanya Sasa menatap wajah Sandy
"Iya anggap semuanya tidak pernah terjadi." ucap Sandy, Sasa yang mendengar itu pun langsung menangis terisak.
"Kenapa kamu nangis?" tanya Sandy lalu ia memeluknya, ya walau bagaimana pun Sandy usianya lebih tua dari Sasa.
"San, aku sayang sama kamu." ucap Sasa di sela isak tangisnya
"Aku mengerti ini semua demi kebaikan kita, aku juga sayang sama kamu." sahut Sandy kemudian memeluknya
"Tapi San, aku sudah terlanjur sayang sama kamu." ucap Sasa sambil terus menangis
"Sudah kamu jangan menangis, nanti di lihat Bi Inah." ucap Sandy, mencoba menangkannya seraya melepaskan pelukannya.
"Perasaanku tidak akan berubah sama kamu, hanya saja kita jangan melakukan hubungan terlarang lagi." ucap Sandy lagi, yang di angguki oleh Sasa.
"Sudah jangan nangis lagi, nanti cantikmu hilang." ucap Sandy bercanda, setelah itu Sandy pun keluar dari kamarnya.
Sasa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, merenung memikirkan anak tirinya. Semakin ia berusaha melupakan kenangan bersama Sandy, kenangan itu semakin menghantuinya.
Melupakan juga membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar, untuk itulah ia harus segera move on.
Tentu dalam waktu dekat ia terus mengingat-ngingat kenangan, bersama anak tirinya itu.
Ia akan berusaha tidak mengingat, dan menghindari mengingat kenangan bersama Sandy.
Yang paling ia takutkan adalah kesepian, ketika kesepian maka Sasa akan terus mengingatnya.
Dalam kesendirian inilah, justru otaknya akan terus memutar kenangan bersama Sandy.
Sasa menghabiskan waktu dengan cara membaca, menonton film, mendengarkan musik. Dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, agar ia bisa melupakan bersama anak tirinya itu.
Bersambung...