NovelToon NovelToon
Gara-gara Buket Bunga

Gara-gara Buket Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Disarankan membaca Harumi dan After office terlebih dahulu, agar paham alur dan tokoh cerita.


Buket bunga yang tak sengaja Ari tangkap di pernikahan Mia, dia berikan begitu saja pada perempuan ber-dress batik tak jauh darinya. Hal kecil itu tak menyangka akan berpengaruh pada hidupnya tiga tahun kemudian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pola Pikir

Sandi tak habis pikir dengan keputusan Ari, yang mundur begitu saja pada pekerjaan impian setiap orang. Pekerjaan idaman kebanyakan para mertua di daerah asalnya. Apalagi Ari sudah lima tahun diangkat menjadi ASN, dan sudah memiliki golongan yang gajinya cukup besar. Belum lagi, relasi luas dari berbagai kalangan.

Ari mengakui secara terbuka, salah satu alasan dirinya mundur dari pekerjaan impian itu. Dia merasa perjuangannya demi menyenangkan calon istrinya sia-sia saja. Dengan kata lain, untuk apa tetap bertahan. Toh tujuannya menjadi ASN telah tercapai, sesuai keinginan mantan calon istri dan mertuanya. Tapi dia malah ditinggalkan.

Meski begitu, Sandi tak berani menyalahkan Ari secara terang-terangan. Dia hanya berkata, "sayang banget ya ..." Hanya itu komentarnya.

Mereka sedang menikmati jagung bakar di teras sebuah rumah bambu. Pada akhirnya, Ari tidak mengajaknya ke gunung ataupun ke pantai. Tapi di desa yang waktu tempuhnya sekitar tiga jam dari Jakarta ke arah selatan.

"Mia dan yang lainnya belum tau, kalau aku mengundurkan diri. Baru kamu dan ibu ku yang aku kasih tau."

Sandi tak berkomentar, lebih tepatnya bingung mau menanggapi apa. Dia berusaha mengerti keputusan besar pria di sampingnya. Walau mulutnya gatal ingin mengata-ngatai seorang Ari Susilo.

"Kok diem? Kamu nggak pengen nyalahin aku, atau maki-maki aku gitu? Aku padahal udah siap loh!"

"Aku bukan ibu kamu, saudara kamu, teman kamu ataupun pacar kamu. Jadi aku nggak berhak berkomentar soal hidup yang kamu jalani. Aku juga nggak ada sedikitpun andil dalam alur hidup kamu. Kita baru kenal seminggu lalu, loh!" tutur Sandi. Beda suara dan isi pikiran tentunya.

"Iya juga sih!" Ari mengiyakan, dia menyeruput sedikit demi sedikit kopi yang masih mengepulkan asap.

"Terus kesibukan kamu setelah resign, apaan?" Tanya Sandi. Jagung bakar miliknya tersisa setengah.

"Jaga warung kopi dan binatu di sebelahnya. Kosan sesekali kalau ada yang rusak."

Sandi mengangguk-anggukkan kepalanya, walau sekali lagi. Logikanya rasanya ingin mengatai lelaki ber-sweater Biru tua. "Apa kamu bahagia dengan hidup kamu saat ini?" Hanya ini yang bisa dia tanyakan, tanpa menyinggung lawan bicara.

"Mau lagi sosis-nya nggak?" Ari menyodorkan olahan daging yang juga dibakar.

"Jagung aku masih sisa setengah, lagian tadi aku udah makan sosis kok! Itu kan jatah punya kamu."

"Kamu kayaknya doyan banget, makanya aku tawarin lagi. Kali aja kurang." Posisi tangan Ari masih sama, memegang tusukan sosis bakar ke arah perempuan di sebelahnya.

"Ya udah sini," Sandi menggigit ujung daging olahan daging dengan bentuk memanjang. "Kamu belum jawab pertanyaan aku, yang tadi." Katanya sambil mengunyah pelan.

Tak langsung menjawab, Ari malah memakan bekas gigitan Sandi setelahnya. Sandi sontak mendelik dengan sikap lelaki itu.

"Aku sedang berusaha bahagia," jawaban simpel tapi memiliki arti tersirat.

Lagi dalam hati, Sandi tak setuju dengan pemikiran Ari. Tapi sekali lagi, bukan ranahnya untuk protes.

"Kamu masih kepikiran soal mantan calon istri mu, ya Mas?" Kalau pertanyaan ini, ingin sekali Sandi tau jawabannya. Dia penasaran, semoga saja jawabannya tidak membuatnya patah hati.

"Kami menjalin hubungan semenjak SMA, dan nyaris tak ada konflik berarti. Jadi cukup sulit melupakan."

"Wajar sih! Tapi bukankah beliau mengkhianati kamu sampai dua kali loh! Emang kamu nggak ilfil?" Sandi yang baru dikhianati sekali saja, langsung mundur dan kabur hingga ibu kota. Kok bisa, Ari masih belum bisa melupakan pengkhianat itu. Apa otak Ari, bermasalah?

Ari menaikan bahunya, "entahlah. Mungkin karena aku yang bodoh atau gimana, yang jelas aku masih belum bisa melupakannya."

Sisi ingin tau Sandi, meronta-ronta. Tapi logikanya mengingatkannya untuk terlalu mau tau urusan orang. "Kamu udah coba menjalin hubungan dengan gadis lain?"

Ari mengangguk. Tepat di saat itu, ada sesuatu yang menghujam dada Sandi. Tapi sebisa mungkin, dia menutupi kekesalannya.

"Aku justru merasa bersalah pada mereka, karena aku tak bisa membalas perasaan. Sebab Hatiku masih terpaut sama mantan ku."

"Apa gadis itu termasuk Mbak Mia?" Mengingat kebersamaan Ari dan Mia, apalagi unggahan story Mia ketika berada di Bromo dan taman kota. Sandi menyimpulkan jika mereka pernah menjalin kasih.

Ari terkekeh. "Emang ada yang lucu? Kok kamu ketawa." Sandi mendengus.

"Nggak gitu maksud aku." Ari melambaikan tangannya. "Aku udah anggap Mia, sebagai adik. Hanya itu, karena bagaimanapun Mia adalah sahabat Gita. Gita itu sahabat ketika aku kuliah, kita udah kayak keluarga. Kamu tau Gita, kan?"

"Gita?" Dahi Sandi mengernyit.

"Anggita istrinya AlFero, masa kamu nggak tau."

"Oh ... Mbak Gita staf keuangan dan Pak Fero asisten CEO. Aku tau lah, kami sering teleponan masalah kerjaan. Tapi aku takut kalau sama Pak Fero, mukanya kayak mau mutilas* orang. Ganteng tapi serem banget." Sandi ingat ekspresi lelaki itu, setiap datang ke pabrik. Tidak jauh berbeda dengan suami Mia.

Kali ini Ari meledakan tawanya. "Kamu lucu banget sih!"

"Emang aku pelawak apa?" Sandi berdecak.

"Kamu emang bukan pelawak, tapi ekspresi kamu itu gemesin. Boleh cubit pipi kamu, nggak?"

Astaga ... Apa Ari tidak sadar akan efek yang ditimbulkan pada diri Sandi?

Wajah memerah, jantung berdetak lebih kencang dan tentunya serba salah alias salah tingkah. Demi menutupinya, Sandi mempercepat menghabiskan sisa jagung yang ada di tangannya. "Aku udah makannya, udah malam. Aku mau tidur, ngantuk."

"Baru jam delapan, kok udah ngantuk?" Ari menahan tangan gadis yang mengenakan sweater cokelat muda. "Kalau kamu kedinginan, kita bisa lanjut ngobrol di dalam."

Sandi menggeleng, itu lebih tidak baik lagi untuk kesehatan jantungnya. Bisa-bisa seperti Minggu kemarin, Jantungnya rasanya mau meledak saking kencangnya detakan. "Aku mau tidur aja."

"Baiklah," Suaranya terdengar tak rela. "Selamat malam, kalau terlalu dingin. Kamu bisa menyalakan pemanas atau ambil selimut tambahan. Yang penting kamu tidak kedinginan."

Sandi berjalan cepat masuk ke dalam rumah, rasanya ingin sekali membenamkan wajahnya kedalam bejana berisi air dingin. Supaya dirinya tersadar, jika kali ini cintanya tak mungkin berbalas.

Kecewa itu pasti, ingin menghindar. Tapi terlalu sayang untuk tak berbincang dengan lelaki itu. Karena bagaimanapun, Sandi tak memiliki teman bicara di sini. Kenalannya hanya sebatas rekan kerja selama seminggu ini. Lalu Mia, bahkan Sandi takut dengan suami temannya itu.

Setidaknya kehadiran Ari, mungkin bisa mengusir rasa kesepiannya. Lelaki itu juga peduli padanya dan yang terpenting, tidak kurang ajar.

"San ..." Pintu kamar mandi diketuk. "Buruan dong! Perut aku tiba-tiba mules." Ucap Ari.

Sandi mempercepat membasuh wajahnya, sialnya sweater-nya justru terciprat air hingga basah kuyup. "Yah ... Bawa cuma satu lagi." Gumamnya. "Iya mas, dikit lagi." Sandi mulai menggosok giginya cepat. Dia ingin segera tidur, demi menjaga kesehatan jantungnya.

"Kok basah gini." Komentar Ari begitu dia keluar dari kamar mandi. "Kamu bawa cuman satu, kan?" Tanyanya.

Sandi menunjukkan gigi-giginya yang rata. "Tadi pas cuci muka, kecipratan." Rasanya malu sekali. Dia tak ubahnya seperti seorang anak kecil.

Ari melepaskan sweater yang dikenakannya, menyisakan kaus tanpa lengan berwarna hitam. "Pake ini, aku nggak mau kamu kedinginan." Dia menyodorkan ke arahnya.

"Terus Mas Ari gimana?"

"Aku kuat dingin kok." Ujar Ari. "Ngobrolnya entar lagi, perut aku mules." Dia memegangi perutnya, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

1
bunny kookie
top deh pokoknya 👍🏻💜💜
nabila anjani: Ka up lagi dong
Mareeta: tapi yang subscribe cuma 5 orang 😔
jelek kali ya cerita ini?
total 2 replies
nabila anjani
Kak up lagi dong
Mareeta: udah aku up lagi ya
total 1 replies
bunny kookie
up lagi gak kak 😂
Mareeta: aku usahakan pagi ya kak
total 1 replies
bunny kookie
lanjut kak ☺
bunny kookie
nyampek sini aku kak thor ☺
Mareeta: terima kasih 😍 aku ingat dirimu pembaca setia karyaku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!