Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
"Di situ ramai, pasti makanan nya enak," ucap Farrel menunjuk gerobak jualan yang banyak pengunjung nya.
Rafan menggeleng, ia malah berjalan menghampiri gerobak yang sepi pembeli. Farrel yang tadinya ingin ke tempat yang ramai, jadi ikut ke tempat yang sepi pembeli.
"Nah di sini lebih enak tidak perlu mengantri," kata Rafan.
Sebenarnya bukan itu alasannya, ia hanya kasihan pada penjual yang seperti di sisihkan dari pedagang lain.
Memang, nasib dan rezeki seseorang tidak sama. Namun alangkah baiknya jika memilih tempat yang sepi pembeli.
"Mie ayam satu ya Pak," kata Rafan.
"Baik Nak," ucap pria itu.
"Kok satu, aku juga mau," kata Farrel.
"Kamu pesan sendiri, tinggal pesan saja kok sewot," ujar Rafan.
Farrel pun memesan satu porsi, mereka duduk di kursi plastik sambil melihat-lihat sekitar.
Memang banyak pengunjung yang datang, tapi Rafan heran, kenapa gerobak jualan bapak ini sepi?
Tidak menunggu lama mie ayam pesanan mereka pun siap. Rafan menghirup aroma dari mie ayam itu, tidak ada yang aneh dan aromanya lezat.
"Bismillahirrahmanirrahim," ucapnya lalu mulai menyantap mie ayam itu.
"Enak kok," batin Rafan. Lalu melanjutkan makannya hingga habis.
Rafan segera membayar dua mangkuk mie ayam. Kemudian mereka pergi untuk mencari jajanan lain.
"Eh itu ada gula-gula kapas," kata Farrel.
Rafan mendengus, ia tidak suka makan gula-gula kapas. Entahlah, Rafan sendiri tidak tahu. Kadang sikap Farrel di seperti kekanak-kanakan.
"Beli saja sendiri, aku mau cari jajanan lain," kata Rafan.
Rafan menghampiri penjual jagung bakar, kemudian ia memesan dua. Karena Farrel sudah pasti mau.
"Hai, sendirian saja?" sapa seorang gadis. Rafan sedikit mendongak karena posisinya duduk. Sementara gadis 6itu berdiri yang kebetulan juga ingin memesan jagung bakar.
Rafan tidak menggubris, ia kembali fokus bermain ponsel sambil menunggu jagung nya matang.
"Sombong amat sih," ucap gadis itu.
Namun Rafan tetap tidak menggubrisnya. Hingga Farrel datang dengan membawa gula-gula kapas.
Gadis itu sedikit lengah pangling karena keduanya sama-sama tampan. Bahkan mereka terlihat seperti saudara.
Padahal mereka terlahir dari orang tua yang berbeda. Namun saat berdekatan, mereka seperti kakak beradik.
"Mau?" tanya Farrel pada Rafan. Rafan menggeleng cepat.
"Eh aku juga mau dong jagung bakar," kata Farrel.
"Sudah di pesan, tunggu matangnya saja," ujar Rafan.
Gadis itu merasa tersinggung karena tidak di perduli kan oleh keduanya. Hingga jagung pesanan Rafan matang, Rafan segera membayar lalu segera pergi dari situ.
Mereka memilih santai di dekat mobil, tanpa ada gangguan siapapun. Setelah cukup lama, akhirnya mereka pun pulang.
...****************...
Keesokan harinya ...
Lestari semakin sibuk dengan jualannya, semenjak Rafan membuat spanduk dengan lukisan nya, jualan Lestari semakin banyak pembeli.
Dari mulai jam 7 pagi dia sudah mulai melayani pembeli. Namun Lestari tidak pernah mengeluh walau capek, tapi hasilnya lumayan banyak.
Lestari juga bersyukur, sampai sekarang dia belum tahu orang yang membuang tas mahal itu. Bahkan dia diam-diam mendoakan orang itu walau tidak tahu namanya.
"Wah semakin laris saja ya Nak Tari," ucap salah seorang wanita separuh baya.
"Iya Bude, Alhamdulillah," ujar Lestari.
Akhirnya Lestari pun sudah selesai melayani pembeli. Lestari duduk di kursi untuk beristirahat sejenak sambil menunggu pembeli yang lain.
Kali ini persiapan bahan jualannya lebih banyak dari hari-hari biasanya. Dia berharap cepat habis seperti sebelumnya.
Sebuah mobil mewah berhenti tidak jauh dari tempat Lestari jualan. Lestari mengamati mobil tersebut. Sudah bisa di tebak jika pemiliknya adalah orang kaya.
Lestari tertegun karena ternyata orang keluar dari mobil adalah orang yang di kagumi nya selama ini.
"Itu bukannya pelukis terkenal itu?" batinnya.
Sedari kecil dia sudah mengagumi sosok pelukis yang terkenal itu. Kekaguman nya bukan hanya pada bakat yang di milikinya, namun juga kegigihan dalam menjalani hidup.
"Mau beli Bu?" tanya Lestari.
"Eh kamu?" tanya Saskia.
"Mama kenal dia?" tanya Seruni.
"Tidak, tapi dialah yang mama ceritakan waktu di depan supermarket waktu itu," jawab Saskia.
Lestari tentu saja heran, dia tidak merasa bertemu dengan orang yang ada di depannya.
"Bu, mau beli?" tanya Lestari mengulangi pertanyaannya.
"Ah iya dua porsi ya," jawab Seruni.
"Makan di sini atau di bungkus?"
Seruni mengatakan makan di sini, Seruni meminta agar tidak terlalu pedas. Lestari mengangguk, namun seketika dia teringat Rafan yang juga tidak terlalu suka pedas.
Sama dengan yang di minta Seruni saat ini. Tapi beda orang bisa saja seleranya sama. Begitulah pemikiran Lestari. Dia tidak berpikir lebih.
Lestari ingin sekali mengatakan jika dirinya mengagumi wanita di depannya ini. Namun dia sadar dan merasa rendah diri berhadapan dengan orang kaya.
"Silakan Bu," ucap Lestari ramah sambil menghidangkan ketoprak di meja di samping kiosnya.
Lestari mengamati Seruni saat menyendok ketoprak. Entah kenapa hatinya merasa tersentuh dan tanpa sadar air matanya menetes.
Dengan cepat dia menghapusnya agar tidak ketahuan. Lestari pun mendekati Seruni dan tersenyum.
"Biar aku bantu Bu," ucap Lestari.
"Tidak usah, aku sudah terbiasa," ujar Seruni.
Namun Lestari tidak mengendahkan nya. Dan tetap ingin membantu Seruni yang di anggapnya kesulitan.
Padahal Seruni tidak merasa kesulitan sama sekali. Hanya saja pandangan Lestari yang tampak kesulitan.
Seruni membuka mulutnya saat Lestari menyuapi nya. Seruni tersenyum, dalam hatinya berkata.
"Anak ini, cantik dan baik juga perhatian." Seruni membatin.
Diam-diam Saskia merekam momen tersebut. Dia akan memperlihatkan nya kepada suami dan anaknya nanti.
"Terima kasih ya," ucap Seruni pada Lestari, setelah makanan nya habis.
"Sama-sama Bu," balas Lestari.
"Oh ya, siapa namamu?" tanya Saskia.
"Lestari Bu, biasa di panggil Tari," jawab Lestari.
"Nama yang bagus, akhlak nya bagus dan wajahnya juga cantik," puji Saskia.
"Ibu juga cantik," balas Lestari.
Saskia tertawa pelan, dia mengatakan jika dirinya sudah tua. Namun Lestari kembali memuji nya dengan mengatakan jika Saskia nampak tidak terlalu tua.
Ya jelas, Saskia perawatan kulit dan wajah. Jadi tidak nampak ada kerutan di wajah. Saskia meminta untuk dipanggil Oma saja. Lestari pun mengangguk mengiyakan.
Ponsel Saskia berdering, Saskia segera menjawab yang ternyata dari Jovan. Karena saat mereka pergi Jovan sedang ada urusan lain di rumah.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Ma, belikan ketoprak juga ya, dua porsi untuk papa juga."
"Iya, nanti mama belikan."
Saskia menutup teleponnya setelah mengucapkan salam. Kemudian Saskia mengirim video yang di baru saja direkam nya kepada Rafan.
Kemudian Saskia memesan beberapa porsi ketoprak untuk di bawa pulang. Lestari senang bukan main karena Saskia banyak membeli.