Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamanya!
Brak....
Tyas dengan sengaja menggebrak mejanya, tingkah itu membuat mereka semua terkejut. Namun kemarahan Tyas justru mengundang senyum menyebalkan dari Kia, sepertinya Kia sudah salah sasaran karena ternyata bukan Nabilla yang marah tapi justru Tyas.
"Lo sengaja kan?" Bentak Tyas.
"Kalau iya kenapa?" Tantang Kia.
Nabilla melirik Erik yang tampak santai saja dengan keributan yang baru terjadi, setidak perduli itu Erik dengan semua hal yang berkaitan dengan Kia. Tapi saat ini Tyas juga terlibat, seharusnya Erik menunjukan sedikit respek untuk temannya itu.
"Kurang aja lu memang!"
"Kenapa lu yang nyolot, dia juga biasa aja gak berisik kaya lu!" Sahut Kia seraya mendorong kecil pundak Nabilla.
"Berani lu ya sentuh sahabat gue, memang dasar biang masalah lu!"
Tyas beranjak dari tempatnya, ia sengaja menarik Kia untuk pergi tapi wanita itu sepertinya sedikit lebih kuat sehingga bisa menahan tarikan Tyas. Kini mereka sudah jadi tontonan banyak orang disana, sungguh memalukan bukan menjadi pusat perhatian karena keburukan seperti ini.
Nabilla masih berusaha diam mendengarkan keributan Tyas dan Kia disampingnya itu, ia masih ingin melihat respon Erik dan Daniel. Bukankah Tyas sedang bermasalah sekarang, seharusnya Daniel bisa sedikit bersikap bahkan meski bukan untuk membela Tyas sekali pun.
"Lu itu cewek, kasar banget."
"Gua kasar karena lu yang ribet, pergi sana lu ganggu acara gue aja lu. Pergi gue bilang!" Titah Tyas seraya mendorong Kia.
"Jangan berani sentuh gue, lo gak ada hak untuk itu!" Dorong balik Kia yang berhasil membuat Tyas limbung dan menabrak Nabilla yang sejak tadi duduk tenang.
Sesaat Nabilla memejamkan matanya seraya menarik tenang nafasnya, lalu kembali melihat dua lelaki itu yang justru juga kompak menatap dirinya. Apa-apaan ini, mereka sudah sangat menjengkelkan, tidak ada apa pun yang akan mereka lakukan apa mereka senang jadi tontonan seperti ini.
"Memang kurang ajar ya lo!"
"Tyas cukup!" Cegah Nabilla ketika Tyas hendak menjambak Kia.
Mereka semua berpindah menatap Nabilla, akhirnya wanita itu bergerak juga, Nabilla yang bersuara membuat senyum tipis Erik menyembul. Nabilla berdiri ditengah Kia dan juga Tyas, mereka sudah sama-sama dewasa tapi kenapa seperti ini melakukannya.
"Apa lo?" Tanya Kia.
"Kamu ke sini mau apa, cuma mau bikin ribut seperti ini?"
"Gue ke sini mau cari lo, harusnya lo tahu tujuan gue datang ke sini!"
"Erik kan masalahnya?"
Kia tersenyum sinis, baguslah kalau Nabilla sadar jadi Kia tidak harus menjelaskan apa pun, Nabilla sempat melirik Erik yang masih saja menatapnya. Lelaki itu apa selemah itu sampai tidak bisa menghadapi Kia, dia hanya diam saja setelah keributan yang ada.
"Kamu harusnya gak halangi aku, awas."
"Diam Tyas!" Tegas Nabilla.
"Kenapa, kamu masih belum selesai dengan Erik. Ada hubungan apa kalian, bukannya kalian hanya sekedar kenal saja tidak lebih kan?" Tanya Nabilla pada Kia.
"Dengar Kia, aku tidak tahu siapa kamu dan seperti apa kamu dengan Erik dulu. Tapi apa pun itu sekarang sudah ada aku, tolong kamu hargai dirimu sendiri jangan seperti ini!"
"Perasaan kamu sama Erik itu hanya sepihak saja, mau sampai kapan kamu memaksakan seperti ini. Kamu tidak sayang dirimu sendiri, sampai kapan kamu rela mempermalukan diri kamu sendiri seperti ini, sampai kapan?"
Kalimat panjang Nabilla membuat Kia diam, Tyas mengangguk setuju dengan ucapan Nabilla karena Kia memang selalu saja mengusik Erik. Tak ada respon apa pun Nabilla melirik Erik, lelaki itu masih hanya diam saja sampai saat ini, entahlah Nabilla sudah malas berada di sini sekarang.
"Kamu laki-laki kan, bisa tegas kan. Jangan temui aku sebelum kamu sama dia selesai!"
Tanpa basa-basi Nabilla meraih tas dan barangnya yang ada di meja, begitu saja ia berlalu meninggalkan mereka termasuk juga Tyas. Sudah ada Daniel disana pasti lelaki itu tidak akan mengabaikan Tyas, malas dengan masalah seperti ini lagi pula bukan Nabilla yang mulai tapi Erik yang memulai seharusnya Kia urus saja semuanya dengan Erik.
"Sayang, ayo!" Ajak Tyas.
"Gue duluan."
Erik hanya mengangguk saja dan membiarkan keduanya pergi, Tyas pasti akan menyusul Nabilla tidak mungkin ia membiarkan Nabilla sendiri. Seperginya mereka Kia langsung duduk, Kia merasa bangga karena Nabilla pergi tanpa membuatnya repot.
"Erik-"
"Diam!" Sela Erik.
"Mama aku memang pernah berkata jika kemungkinan kita bisa dijodohkan tapi itu bukan berarti suatu keputusan final, sekarang semua sudah berubah dan perjodohan itu tidak pernah ada bahkan sejak awal. Kita tidak pernah ada ikatan apa pun juga, jadi jangan berpikir untuk terus bersikap seperti ini!"
"Tapi semua-"
"Aku akan menikah!"
Kedua tangan Kia mengepal seketika, berisik sekali lelaki itu, menjengkelkan karena terus saja menyela ucapannya. Tapi apa pun yang diucapkannya Kia tidak akan perduli, Kia akan tetap berbuat apa pun yang diinginkannya.
"Waktunya tinggal sebentar lagi, jadi tolong berhenti jangan lagi mengganggu ku apa lagi berani mengganggu Nabilla. Dengar baik-baik keputusan aku sudah final, aku akan menikah dan itu bukan sama kamu, tapi Nabilla." Tegas Erik seraya bangkit dari duduknya.
Tentu saja Erik bisa melihat raut wajah yang sudah emosi itu, tapi Erik juga tak perduli. Semua yang Erik katakan adalah kebenarannya, Erik akan menikah dalam waktu dekat dan itu adalah kesepakatan bersama, dan Nabilla adalah keputusan akhirnya.
"Maaf, tapi ini faktanya. Jadi tolong berhenti!" Pungkas Erik yang kemudian pergi.
"Ih dasar kurang ajar, awas aja lu Nabilla."
*
Nabilla melambaikan tangannya ketika sudah turun dari mobil Daniel, sampai di rumah Nabilla cukup terkejut karena keberadaan mamanya Erik. Bahkan Nabilla belum memberi tahu dimana alamat rumahnya, tapi lihatlah sekarang mereka sudah ada disana.
"Ibu?"
"Maaf ya Nabilla, Tante tiba-tiba datang ke sini."
"Tidak apa-apa, tapi sejak kapan?"
"Baru saja."
Nabilla bingung sendiri, segera ia membuka kunci pintunya dan mengajak Ferni untuk masuk. Nabilla mempersilahkannya untuk duduk, dan berlalu sejenak membawakan suguhan kecil yang tersedia.
"Aku belum belanja, jadi cuma ada ini."
"Tidak masalah, terimakasih ya. Ayo sini duduk."
"Kenapa Bu?" Tanya Nabilla seraya duduk di samping Ferni.
Nabilla semakin bingung saja karena Ferni justru mengenggam kedua tangannya, Ferni tersenyum tapi itu tidak menjelaskan apa pun pada Nabilla. Ferni datang tanpa kabar apa pun, dan ia pun hanya datang seorang diri saja, sepenting itu kah pertemuannya dengan Nabilla.
"Kamu dari mana?"
"Hem- habis makan tadi di luar sama Tyas."
"Erik kemana, kamu sama dia kan tadi?"
"Erik- Erik tadi pulang duluan Bu, iya pulang duluan."
Ferni tak bergeming menatap calon menantunya itu, sejujurnya Ferni diberi alamat Nabilla oleh Erik. Beberapa saat lalu Erik mengirim photo yang menunjukan Nabilla juga Kia, Ferni bisa paham tentang keadaan itu meski Erik tidak menjelaskan apa pun.
Beberapa kali Ferni menepuk-nepuk punggung tangan Nabilla, tingkah Ferni membuat Nabilla jadi berpikir salah. Entah apa yang sudah terjadi sampai Ferni menemuinya tiba-tiba, Nabilla baru saja dibuat kesal oleh mereka di Mall, lalu sekarang apa yang harus diketahui Nabilla.
"Ibu- em maksud aku Tante, Tante baik-baik saja?"
"Kia sering ganggu kamu?"
"Kia?"
Nabilla mengangkat kedua alisnya mendengar pertanyaan Ferni, kenapa tiba-tiba jadi Kia yang dibahasnya. Nabilla tak menjawab apa pun, sebaiknya Nabilla menunggu penjelasan penuh saja dari Ferni.
"Tante tidak benar-benar merencanakan perjodohan mereka sejak awal, Mamanya Kia itu teman baik Tante. Waktu itu kami hanya asal bicara saja dengan memungkinkan kami menjodohkan anak kami, tapi itu tidak serius hanya saja kabar itu sampai lebih cepat pada Kia."
Nabilla masih tetap diam karena memang Nabilla juga penasaran dengan masalah Kia dan Erik, Nabilla bukan tak terima diganggu oleh wanita itu. Yang sulit Nabilla terima adalah respon Erik yang seperti tadi, Erik seperti sengaja memberi celah untuk Kia cari masalah dengan Nabilla.
"Kia lebih dulu bertemu dengan Erik, dan wanita itu sudah langsung menyukai Erik waktu itu. Nabilla kalau Kia berkata-kata sesuatu tentang hubungan dirinya dan Erik, itu hanyalah kebohongan dia."
"Maaf Tante, tapi Tante ke sini untuk membahas ini?"
"Erik mengirimkan photo kamu dan Kia tadi, Tante yakin wanita itu pasti sengaja datang untuk mengganggu kamu dan Erik. Sebelumnya Mamanya Kia sudah hubungi Tante, dia bilang kalau Kia akan terus mengganggu kalian sampai kalian benar-benar berpisah."
"Aku sama Erik belum bersatu Tante, kita memang masih berpisah kan?"
"Nabilla-"
"Tante jangan khawatir, aku sama sekali tidak perduli dengan wanita itu. Mau apa pun yang dia katakan, aku gak perduli."
"Nabilla, mungkin dia akan jadi satu-satunya pengganggu hubungan kamu dan Erik."
Nabilla tersenyum seraya mengangguk paham, apa Ferni sedang merasa khawatir jika Nabilla akan marah dan pergi dari anaknya. Nabilla memang tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang lelaki, tapi sekarang Nabilla sudah memutuskan sendiri jika ia akan memulai semuanya dengan Erik.
"Selama anak Tante tidak macam-macam, aku tidak akan ke mana-mana. Mau siapa pun yang mengganggu, selagi Erik sama aku maka aku juga akan bersama dia."
"Kamu janji?"
"Aku janji, Tante."
Begitu saja Ferni mendekap erat tubuh Nabilla, jujur saja Ferni tidak mau pernikahan putranya itu batal hanya gara-gara Kia. Tapi sepertinya Nabilla bukan wanita yang ambekan atau cemburuan, sepertinya Nabilla lebih mendahulukan segala yang terbaiknya.