Ribuan tahun sebelum other storyline dimulai, ada satu pria yang terlalu ganteng untuk dunia ini- secara harfiah.
Rian Andromeda, pria dengan wajah bintang iklan skincare, percaya bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang bisa mengalahkan ketampanannya- kecuali dirinya di cermin.
Sayangnya, hidupnya yang penuh pujian diri sendiri harus berakhir tragis di usia 25 tahun... setelah wajahnya dihantam truk saat sedang selfie di zebra cross.
Tapi kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari absurditas. Bukannya masuk neraka karena dosa narsis, atau surga karena wajahnya yang seperti malaikat, Rian malah terbangun di tempat aneh bernama "Infinity Room"—semacam ruang yang terhubung dengan multiverse.
Dengan modal Six Eyes (yang katanya dari anime favoritnya, Jujutsu Kaisen), Rian diberi tawaran gila: menjelajah dunia-dunia lain sebagai karakter overpowered yang... ya, tetap narsis.
Bersiaplah untuk kisah isekai yang tidak biasa- penuh kekuatan, cewek-cewek, dan monolog dalam cermin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapatkan Tittle
Ding!
Namun, baru satu langkah diambil, Rian langsung terhenti. Sebuah notifikasi hologram transparan muncul di hadapannya, melayang di udara dengan kilauan dramatis.
[Karena tindakan yang selalu Narsis di segala situasi, Envoy dengan nomor seri 90.000 mendapatkan title: -Sparkle-]
___________________
Sparkle
Keterangan :
STR : 10
VIT : 10
AGI : 10
INT : 10
Efek khusus: Ketika pengguna bercermin saat pertarungan, musuh di sekitar akan mengalami peningkatan kemarahan. Dalam kondisi marah, STR, VIT, dan AGI musuh meningkat 10%.
___________________
Catatan: Seorang Envoy hanya dapat menggunakan satu Gelar dalam satu waktu. Efek Gelar hanya aktif jika Gelar tersebut sedang dipakai.
Membaca notifikasi itu, mata Rian berkedip beberapa kali. Ia memiringkan kepala ke kanan dan berkata pelan, “Aku narsis? Ya ampun, Sistem… Aku tidak narsis. Aku hanya… sangat menghargai keindahan ciptaan Tuhan, wajahku.”
Dia mengangkat bahu santai. “Tapi ya sudahlah… Kalau kau ingin menganggapku begitu, aku tak keberatan. Setiap makhluk digital berhak punya opini.”
Rian tersenyum tipis. “Atau… jangan-jangan, kau sendiri yang diam-diam kagum padaku? Hmm?”
Ia menunggu balasan dari Sistem.
Tapi yang muncul hanya kesunyian.
Rian menghela napas dengan dramatis dan menutup matanya sesaat.
“Baiklah, baiklah…” kata Rian, membuka mata dan kembali tersenyum. “Kalau memang kau terlalu malu untuk mengakuinya, aku maklum. Yang penting, efek titlenya bagus. Jadi, tentu saja, laki-laki tampan ini akan menerimanya dengan sepenuh hati.”
Dengan gerakan penuh gaya, Rian segera memasang title baru itu di Status Atribut miliknya.
Ding!
____________________
Nama: Rian Andromeda
Title: Sparkle
Pekerjaan: tidak memiliki
Level Authority: 5
***
STR : 15 (+10)
VIT : 14 (+10)
AGI : 16 (+10)
INT : 11 (+10)
____________________
Begitu title –Sparkle– terpasang, sorot mata Rian melebar sesaat. Ada gelombang energi hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya.
Rian bisa merasakan peningkatan atribut secara nyata, tubuhnya terasa jauh lebih ringan, seolah seluruh beban dunia telah sirna.
Chainsaw di tangan kanan kini terasa seperti raket bulu tangkis. Bahkan, untuk pertama kalinya, Rian merasa dirinya mampu melakukan lompatan akrobatik tanpa kesulitan.
"Ini… luar biasa!" gumamnya dengan penuh semangat, mengangkat tangan kiri dan mengepalkannya kuat-kuat. "Cuma peningkatan total 30 poin atribut fisik… tapi efeknya terasa menakjubkan."
Digerakkan oleh rasa penasaran dan antusiasme, Rian menurunkan chainsaw ke lantai perlahan, lalu menutup layar hologram sistem dan mengenakan kembali kacamatanya.
Tanpa ragu, Rian melirik dinding batu di sebelahnya dan dengan satu tendangan cepat.
BRANG!
Dinding itu runtuh berderak, meninggalkan debu dan puing-puing berserakan.
Rian mengedipkan sebelah mata, lalu menyibak poni dengan gaya iklan sampo. “Yup… title ini memang pantas untuk laki-laki tampan ini.”
Sedikit mencondongkan badan, Rian mengambil ancang-ancang, lalu melesat bagaikan peluru yang dilepaskan dari laras.
Rian berlari menyusuri lorong sempit dan gelap, dikelilingi dinding batu kusam yang membentang panjang, serta jeruji besi kokoh meski berkarat, seolah menjadi saksi bisu dari berbagai tragedi yang pernah terjadi di tempat itu.
Sepanjang jalan, Ganado bermunculan. Tak seperti di desa, mereka mengenakan jubah hitam dan merah bergaya kultus fanatik.
Senjata mereka pun jauh lebih mematikan, dari crossbow dan tombak, hingga pedang panjang.
Namun, tidak satu pun dari mereka menjadi halangan berarti.
Tanpa mengurangi kecepatan, Rian mengayunkan chainsaw yang meraung seperti binatang buas. Suara mesin memekakkan telinga berpadu dengan jeritan Ganado yang tak sempat bereaksi.
Percikan darah, serpihan tulang, dan raungan mesin menciptakan simfoni brutal yang mengiringi setiap langkahnya.
Rian menjelma menjadi badai, dan para Ganado hanyalah dedaunan kering di tengah amukan angin.
Tidak ada yang bisa menghentikannya.
Dengan tekad membara dan gaya khas laki-laki tampan penuh percaya diri, Rian terus bergerak, melaju menuju bagian atas kastil Salazar, tempat di mana ia akan bertemu Luis dan mengambil sampel Amber yang sangat penting bagi misinya.
***
Beberapa waktu kemudian, Rian akhirnya tiba, meski sebelumnya sempat tersesat beberapa kali. Untung saja Rian memiliki Six eyes. Jika tidak, Rian tidak akan pernah bisa mencapai tempat pertemuan dengan Luis.
Dengan langkah ringan dan penuh percaya diri, Rian menaiki setiap anak tangga menuju bagian atas kastil Salazar.
Begitu sampai di puncak, nampak area terbuka yang luas, dengan struktur kuno yang dikelilingi tembok batu kokoh dan pilar-pilar bergaya gotik yang menjulang seperti penjaga bisu, area ini dipenuhi nuansa kuno yang suram.
Dari tepian pagar batu, terlihat lanskap gelap yang membentang jauh, dihiasi pegunungan dan kabut pekat. Angin malam berhembus kencang, menggoyangkan jubah dan rambut siapa pun yang berdiri di sana.
Menara-menara kecil tampak usang namun masih kokoh berdiri, seolah mempertahankan sisa-sisa kejayaan masa lalu.
Beberapa meja kayu lapuk dan pecahan batu dari struktur kastil yang runtuh berserakan, memperkuat kesan bahwa tempat ini sudah lama tidak terawat.
Sesaat kemudian, pandangan Rian langsung menangkap sosok Luis, berdiri santai di samping koper besar, dan seorang wanita bergaun merah yang begitu familiar, Ada Wong.
Tanpa ragu, Rian mengangkat suara dengan penuh gaya dramatis, “Luis! Dan… kau, wanita cantik bergaun merah. Ahahaha, Nampaknya takdir mempertemukan kita lagi. Apa kau merindukan laki-laki tampan ini?”
Luis menoleh dan langsung terkekeh saat mendengar celotehan yang sangat ia kenal. Ia melangkah menghampiri, sembari berkata, “¡Amigo… Bagaimana perjalananmu ke sini? Masih sempat bergaya, ya?”
Sementara itu, Ada Wong hanya melirik dari tempatnya berdiri, keningnya sedikit berkerut.
Ada bergumam pelan, hampir tak terdengar, “Laki-laki itu lagi? Sepertinya dia memang bukan turis nyasar... jadi, apa tujuannya?"
Di sisi lain, Rian dan Luis kini berdiri saling berhadapan.
Rian sempat menoleh, menatap pemandangan malam dari atas kastil, yaitu menara-menara kuno menjulang bisu di kejauhan, diselimuti kabut pekat.
Menghela napas dalam, Rian berkata dengan nada dramatis, “Banyak halangan… seperti lika-liku kehidupan.”
Setelah itu, Rian kembali menghadap Luis. “Soal obat penekan parasit untuk Ashley… sudah siap? Dan-”
Sebelum Rian menyelesaikan kalimatnya, Ada memotong dengan cepat sambil melangkah maju, tangan terulur. “Luis. Cepat berikan Amber-nya.”
“Ah… benar juga.” Luis terkekeh kecil, lalu merogoh ke dalam jaket kulitnya. “Aku hampir saja lupa.”
Dari balik jaket itu, Luis mengeluarkan dua tabung kaca kecil, lengkap dengan indikator tekanan. Di dalamnya, tampak potongan batu berwarna kekuningan, bersinar lembut seperti permata misterius.
Luis menyerahkan kedua tabung itu, masing-masing berisi potongan Amber, kepada Rian dan Ada, satu per satu.
Rian menatap tabung di tangannya dengan sedikit bingung, namun Six Eyes segera menyimpulkan: Luis telah membagi Amber menjadi dua bagian, lalu menyimpannya di tabung terpisah.
Tanpa ragu, Rian mengambil Amber dari tangan Luis dan menyelipkan tabung itu ke balik trench coat-nya.
Ding!
[Sistem mendeteksi, Envoy dengan nomor seri 90.000 telah menyelesaikan semua misi utama]
[Anda bisa kembali ke Infinity Room, atau menetap di dunia ini]
[Jika Anda memilih untuk kembali ke Infinity Room, maka Anda akan menjalani evaluasi dan perhitungan hadiah]
[Jika Anda memilih untuk menetap di dunia ini, Anda dapat tinggal selama 1 hari]
'Akhirnya. Semua misi utama selesai,' Rian tersenyum samar dan berkata, 'tapi... Laki-laki tampan ini masih ingin mengobrol dengan Ashley. Jadi, Sistem... Laki-laki tampan ini memilih untuk menetap selama 1 hari.'
Ding!
[Dimengerti. Envoy dengan nomor seri 90.000 memilih untuk menetap selama sehari di dunia ini]
[Sebagai pengingat, Envoy dengan nomor seri 90.000 bisa memilih untuk kembali ke Infinity Room kapanpun]
Sementara itu, Ada belum segera mengambil tabung dari tangan Luis. Tatapan mengarah ke Rian, sedikit bingung.
'Laki-laki ini… menginginkan Amber?' pikir Ada dalam diam, 'Jangan-jangan laki-laki ini salah satu suruhan Wesker?'
Namun pikiran itu segera ditepis. Ada mengingat kembali betapa narsis dan dramatisnya pria itu.
'Tidak mungkin. Orang seperti dia… terlalu aneh untuk jadi anak buah Wesker.'
Akhirnya, meski masih merasa ada yang janggal, Ada mengambil tabung Amber dari Luis tanpa berkata apa-apa.
Namun, begitu menyentuh Amber, tiba-tiba Ada memegangi kepalanya dan mengerang pelan, “Ugh…”
Kulit Ada tiba-tiba dipenuhi semburat ungu gelap, tubuhnya limbung. Rian dengan sigap menyangganya agar tak jatuh, sementara Luis segera menjauhkan Amber dari tangan Ada.
“Sial… Jangan-jangan Amber ini merangsang pertumbuhan parasit,” gumam Luis, lalu berbalik cepat. Ia meletakkan koper besar di atas meja kayu usang di dekatnya.
Dengan gesit, Luis membuka koper dan mulai mengeluarkan berbagai peralatan: tabung reaksi berbagai bentuk, bunsen burner, serta perlengkapan lain untuk meracik bahan kimia.
“¡Amigo, Ada,” ujar Luis dengan nada serius, “Sepertinya Amber memicu reaksi pada parasit di tubuh yang terjangkit. Tunggu sebentar, aku akan buatkan obat penekannya.”
Sementara itu, di sisi lain, Rian membantu Ada duduk di atas kota kayu yang meski terlihat rapuh, masih cukup kokoh. Begitu tubuhnya menyentuh dudukan, Ada langsung menepis tangan Rian dari bahunya tanpa berkata apa-apa.
Rian tersenyum menggoda, menatap Ada yang masih memegangi kepala sambil meringis, “Hei… Kenapa kau menepis tangan laki-laki tampan ini? Padahal niatku tulus, sungguh. Ya ampun… hati laki-laki tampan ini retak, tahu.”
btw si Rian bisa domain ny gojo juga kah?