Spin-off dari Istri Amnesia Tuan G
Dalam beberapa jam, Axello Alessandro, seorang aktor terkenal yang diidamkan jutaan wanita jatuh ke titik terendahnya.
Dalam beberapa jam, Cassandra Angela, hater garis keras Axel meninggal setelah menyatakan akan menggiring aktor itu sampai pengadilan.
Dua kasus berbeda, namun terikat dengan erat. Axel dituduh membunuh dua wanita dalam sehari, hingga rumah tempatnya bernaung tak bisa dipulangi lagi.
Dalam keadaan terpaksa, pria itu pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Tapi rumah itu aneh. Karena tepat pukul 21.45, waktu seakan berubah. Dan gadis itu muncul dengan keadaan sehat tanpa berkekurangan.
Awalnya mereka saling berprasangka. Namun setelah mengetahui masa lalu dan masa kini mereka melebur, keduanya mulai berkerjasama.
Cassie di masa lalu, dan Axel di masa kini. Mencoba menggali dan mencegah petaka yang terjadi.
Mampu kah mereka mengubah takdir? Apakah kali ini Cassie akan selamat? Atau Axel akan bebas dari tuduhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 ~ Sinkron Resonansi
"Apa yang membawamu ke sini?" tanya Kresna tanpa basa basi. Pria tua itu berjalan pelan dan duduk di kursi goyangnya dengan tenang.
Sementara Axel tanpa sadar menggenggam buku yang ia pegang dengan erat. "Prof... apa masa lalu dan masa kini bisa melebur?"
Kresna yang mendengar pertanyaan dari Axel merasa sedikit tertarik. Sebelah alisnya terangkat, menatap Axel penuh tanya.
"Maksudku, masa lalu dan masa kini. Apakah ada kemungkinan saling menyatu?"
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" Kresna tak langsung menjawab. Pria tua itu melirik buku miliknya yang digenggam erat oleh Axel.
"Aku... hanya penasaran."
Kresna menghela napasnya. Meski tidak tahu apa alasan Axel, tapi sebenarnya ia tidak keberatan menjelaskan hal semacam ini. Justru ia merasa senang, karena jarang-jarang ada yang ingin mendengar ceritanya. Selain cucunya tersayangnya tentunya.
“Dengarkan baik-baik! Aku enggak akan mengulanginya." Kresna memberikan peringatan terlebih dahulu, sementara Axel mengangguk antusias. Pria itu bahkan sudah duduk tegak, seperti seorang murid sekolah dasar yang begitu serius mendengar ajaran guru.
"Ada titik dalam struktur ruang-waktu yang disebut Sinkron Resonansi. Biasanya tidak aktif. Tapi ketika sebuah objek, seperti...." Kresna bangkit berdiri, ia mengambil salah satu mangkuk antik koleksinya.
"Contohnya mangkuk ini yang membawa muatan emosional tinggi, dan dipicu pada waktu tertentu… 20.30, misalnya. Maka lapisan antara masa lalu dan masa kini menjadi tipis. Seperti tirai yang tertiup angin.”
Axel mengernyit. “Dan kalau tirainya robek?”
“Masa lalu masuk. Masa kini terganggu. Dan orang seperti kau akan mulai melihat apa yang seharusnya sudah hilang.”
Axel terdiam. Ia mengingat kilasan wajah Cassie. Pertengkaran mereka. Semua hal tidak masuk akal yang terjadi, tapi ia tahu itu nyata.
Profesor Kresna menatapnya tajam.
“Tapi ada yang perlu kita ingat, Axel. Celah waktu tidak hanya membawa kenangan. Ia membawa beban. Dan waktu... tidak suka diusik dua kali.”
Axel bergeming, genggaman buku di tangannya semakin erat. Saat itu Kresna teringat sesuatu. Dengan sorot mata prihatin ia menatap pria muda di depannya. "Akhir-akhir ini, pasti sulit bagimu."
Axel yang mendengarnya tersadar dari lamunan. Pria itu tersenyum tipis melihat perhatian dari sahabat kakeknya itu. "Namanya hidup, enggak selamanya ada di atas. Asalkan masih ada yang percaya, kesulitan ini pasti akan menemukan jalan keluar."
Kresna tersenyum tulus, ia menaruh kembali mangkuk yang masih dipegangnya dengan hati-hati. Lalu menarik lengan pria yang sudah ia anggap cucu itu. "Karena kau pasti senggang, hari ini harus temani aku seharian."
Axel terbelalak. Apakah hari ini ia harus menghabiskan waktu dengan fosil hidup ini? Ia sudah mau menolak, namun sebuah suara mengejutkan keduanya.
"Xel, tumben kau ada waktu ke sini?" tanya pria itu yang merupakan cucu Kresna.
.
.
.
Axel mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Setelah menghabiskan waktu bersama sahabat kakeknya seharian di sana. Kini angin malam menerpa langsung ke celah helm yang tengah ia pakai.
Seharusnya ia fokus berkendara, namun apa daya pikirannya yang melanglang buana. Pria itu mengerutkan kening dalam diam, teringat kembali perkataan Kresna tentang waktu yang tidak suka diusik dua kali.
Jadi apakah itu artinya, ia sama sekali tidak bisa mengubah masa lalu?
Padahal saat berpikir ia benar-benar kembali ke masa lalu. Ada rasa ingin mengubah apa yang terjadi. Namun dengan peringatan Kresna, hatinya mulai ragu sekarang.
Entah sudah berapa lama, Axel akhirnya sampai di depan rumahnya. Ia turun dari motor, membuka pintu kemudian kembali berjalan keluar dan mendorong kuda besinya itu masuk.
Hal pertama yang ia lakukan setelah mengunci pintu adalah melihat ponselnya. Banyak panggilan masuk, namun sama sekali tidak ia hiraukan. Yang menjadi fokusnya adalah jam berapa sekarang.
Melihat jam yang sudah menunjuk 21.30, Axel segera duduk di atas sofa. Ia berdehem pelan, mengatur posisi duduknya menjadi lebih tegak dan berwibawa.
"Aku tau ini aneh, tapi di tempatku sudah 2025. Sedangkan kau dari masa lalu... enggak-enggak! Kedengeran aneh sekali."
"Dengar! Kau udah mati di awal tahun 2025...."
"Ck, kalau langsung tembak gitu, bisa-bisa aku dipukul habis-habisan." Axel yang membayangkan bagaimana ia hampir dihajar Cassie bergidik ngeri.
Tanpa sadar tubuhnya yang duduk tegak itu jadi meleyot dan terbaring dengan nyaman.
Pria itu terus memikirkan dari mana ia akan menjelaskan, hingga waktu terus berjalan. Lima belas menit ia terus berpikir namun belum menemukan kata-kata yang tepat.
Saat itu, liontin yang belum ia sadari keberadaannya itu bersinar terang. Semuanya kembali melebur. Merasa kepalanya yang seperti tengah menimpa sesuatu yang kenyal, Axel mendongak dan mendapati wajah menyeramkan yang tengah melotot padanya.
"Oh my God, help me!" batin Axel merasa akan dibunuh hidup-hidup sekarang.
.
.
.