Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 12
Ikatan di tangan duyung terlepas dengan sendirinya. Duyung terjatuh akibat tali yang mengikatnya terlepas.
"Jaga diri dengan baik, Tuan Muda." Uap Jesly saat di pintu gua.
Tuan Muda hanya mengangguk lalu pergi bersama Sisy dan yang lain. Jesly dan Lily menatap punggung Tuan Muda hingga menghilang tak terlihat.
"Lily, kamu harus hati-hati dengan Alaric, mengerti?"
"Mengerti."
Lily melihat Jesly seperti lemas. "Jesly, apa kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat." Ucapnya khawatir.
Jesly tersenyum. "Aku baik-baik saja. Aku menggunakan segel pelindung abadiku untuk memblokir panah emas demi menyelamatkan duyung. Jadi aku hanya terluka sedikit."
"Hanya terluka sedikit?" Lily mengernyitkan dahinya. "Kamu.." Lily menepuk pundak Jesly sedikit keras. "Maaf! Apa kamu tidak tau, sangat sulit untuk memperbaiki segel abadi? Segel itu di gunakan untuk menyelamatkan nyawa saat sedang kritis."
"Sekarang adalah saat yang kritis. Kita tidak boleh membiarkan Alaric menang kali ini. Duyung sangatlah arogan. Aku hanya ingin membuat dia merasa berhutang budi padaku sehingga kami bisa berdiskusi dengan baik kedepannya."
"Tapi, akibat dari trik licik ini berakibat besar. Lagipula duyung terlihat bodoh. Apa dia tau apa itu kebaikan hati?"
"Jika dia tidak tau, aku akan mengajarinya sampai dia paham."
"Bagaimana cara kamu mengajarinya?"
"Benarkah?" Lily tersenyum menggoda. Jesly hanya tersenyum biasa menanggapinya.
Duyung sudah berada di darat. Perlahan ekornya menghilang dan berubah menjadi kaki. Ia menjadi seperti manusia tetapi tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya.
Jesly dan Lily terkejut saat memasuki gua refleksi tidak ada duyung di dinding. "Dimana duyung itu?" Jesly berlari mendekat.
"Eehhh..." Lily ikut berlari.
Saat mendekat, netra Jesly membelalak. Duyung berusaha untuk berdiri. "Wuuuaaahhh..." Lily tersenyum girang saat melihat pemandangan yang sangat langka.
Jesly gegas berbalik badan, ia juga membalikkan badan Lily agar tidak melihat duyung yang tanpa pakaian. "Berbalik!" Ucap Jesly.
"Ehh, kenapa harus malu? Ayoo berbalik!" Protes Lily.
"Jangan menghadapnya seperti itu. Kamu cepat berbalik!" Titah Jesly pada duyung. Namun duyung masih lemah, ia hanya mampu berdiri dengan sekuat tenaganya.
"Kenapa kamu sangat malu?" Tanya Lily pada Jesly yang wajahnya bersemu merah.
"Bukankah dia itu duyung? Mengapa ekornya hilang dan memiliki dua kaki?" Tanya Jesly polos.
"Kamu tidak baca buku yang aku suruh di baca yaa? Mereka aslinya datang dari laut ke daratan. Jadi mereka terlahir memiliki kaki. Lihatlah, seperti itu!" Lily berbalik dan menunjuk duyung yang masih berdiri tanpa sehelai benang.
Dengan cepat Jesly membalikkan badan Lily. "Haaayyyaaa.. mengapa kamu tidak mengizinkan ku untuk melihatnya? Aku hanya mau lihat, mengapa dia bisa punya kaki? Aahh, pasti dia terluka terlalu parah sehingga tidak bisa mengontrol kekuatannya. Biar ku lihat!" Lily hendak berbalik lagi namun Jesly mencegahnya.
"Jangan di lihat!" Jesly menggunakan kekuatannya melempar pakaian yang ia taruh di pojok ke duyung agar duyung bisa segera memakai pakaian.
Setelah memastikan duyung sudah berpakaian, Jesly dan Lily mendekat untuk mengobati lukanya. Duyung tampak diam tidak memberontak. Jesly mengolesi salep pada kaki duyung yang terluka.
Dengan iseng, Lily hendak menyentuh luka tersebut. Jesly memukul tangan Lily. "Jangan sentuh!"
"Sakit." Lily cemberut.
"Baiklah. Lukanya sudah aku olesi salep. Ini bisa membantu menghentikan pendarahan dan sembuh perlahan. Selama kamu percaya padaku, kamu akan dilindungi dengan baik."
Duyung menatap Jesly dengan tatapan yang sulit di artikan. Jesly tersenyum. "Bagaimana? Aku baik 'kan? Seharusnya kamu berterimakasih padaku."
Duyung memalingkan wajahnya. "Pria ekor besar, selama kamu menurut dan patuh padaku. Akan ku pastikan kamu akan makan dan tidur dengan baik."
Duyung menatap Jesly dengan teliti. Jesly hanya tersenyum menanggapinya. Lily memutar bola matanya jengah.
Di kediaman Tuan Muda, ia duduk melamun. Sisy mengobati luka di pipi Tuannya dengan cemas. "Tuan Muda, ini obat yang terbaik. Luka Tuan Muda akan segera sembuh. Jesly telah menghasut duyung itu untuk berbalik arah melawan anda. Ini sangat tercela. Saya tidak menyangka duyung mendengarkannya."
"Itu hanyalah seni kelembutan yang merupakan trik biasa."
"Tuan Muda, anda seharusnya mengizinkan saya untuk mengawasinya."
"Biarkan saja. Duyung sangatlah rapuh, dia tidak akan mampu memberinya makanan bergizi."
Pagi harinya..
Lily berkacak pinggang dengan apa yang di minta Jesly. Ia tidak terima. "Ada begitu banyak makanan laut yang berharga dan membutuhkan sangat banyak batu roh. Dan kita tidak bisa memakannya, tapi kamu mau memberikan semua padanya."
Jesly hanya diam. Ia menatap langit-langit kamarnya. Lily maju satu langkah. "Jesly, beri dia makan biji-bijian dan bunga. Dia tidak akan kelaparan. Dia sangatlah kuat. Jadi, jangan belikan apapun untuknya!"
Jesly menoleh kesamping. "Meskipun dia bisa menahan rasa lapar, tetap saja dia membutuhkannya. Selain itu, makanan bergizi dapat membantu tubuh menjadi kuat. Bukankah kita makan setiap hari? Jika tidak makan, kita akan lemas. Dia terluka, makanan bergizi juga dapat membantu dia cepat pulih."
"Tapi..."
"Tapi, sebagai Tuan dari lautan dalam, seleranya mungkin lebih tinggi. Batu roh bisa didapatkan lagi. Tapi, jika kesempatan ini hilang, kita tidak akan bisa dapat kesempatan lagi."
Lily terdiam. Ia menimbang-nimbang perkataan Jesly. "Haaayyyaaa.. Jesly, kamu keterlaluan! Aku katakan padamu, makanan enak yang dia makan adalah dengan mengorbankan batu roh seharga pulai kecil yang kita impikan. Semakin banyak dia makan, semakin kecil harapan kita mendapatkan pulau itu."
Jesly memejamkan matanya, kedua tangannya menutupi telinga. "Dengan begini, lebih baik jangan beli pulau. Kita akan jatuh miskin." omel Lily dengan kesal.