NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:64.6k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harapan Pada Salah

Langit malam telah menggelap sempurna ketika Arsen akhirnya tiba di rumah. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit. Suasana rumah tampak hening. Lampu di ruang tamu menyala redup, hanya meninggalkan jejak bayangan temaram di dinding. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok pria bertubuh tinggi dengan wajah yang tampak lelah. Ia menutup pintu kembali tanpa suara, meletakkan tas kerja di atas meja kecil dekat rak sepatu, lalu menghela napas berat seperti biasanya.

Di ruang tengah, Anita langsung berdiri dari sofa ketika mendengar suara pintu dibuka. Ia mengenakan daster sederhana berwarna lembut, rambutnya dikuncir rapi, dan senyum kecil terukir di wajahnya. Tatapan matanya menyiratkan keletihan, namun ada harapan yang masih ia pelihara, seakan-akan malam ini akan berbeda dari malam-malam sebelumnya.

"Selamat datang, Mas," sapa Anita lembut sambil berjalan mendekat.

Arsen hanya mengangguk sekilas tanpa berkata-kata. Tatapannya tidak tertuju pada Anita, melainkan langsung ke arah tangga menuju kamar. Langkahnya berat namun pasti. Ia menaiki anak tangga satu per satu, tanpa memperdulikan tatapan istrinya yang mengikutinya dari belakang.

Anita mengekor dalam diam. Sesampainya di kamar, Arsen langsung duduk di tepi ranjang, melepas jam tangan dan merenggangkan tubuh sejenak. Ia tampak tidak memedulikan suasana di sekitarnya. Sementara itu, Anita segera menuju kamar mandi, menyiapkan air hangat seperti biasa.

"Papih, aku sudah siapkan air hangat untuk mandi. Kamu pasti capek sekali, ya?" ujarnya dengan suara lembut.

Tanpa menoleh, Arsen mengangguk lagi. Ia masuk ke kamar mandi sambil membawa pakaian ganti, dan menutup pintunya perlahan. Selama beberapa menit, hanya suara air mengalir yang terdengar. Anita duduk di sisi ranjang, memandangi tas kecil berisi hadiah dari Baim yang diletakkannya tadi siang di dalam lemari.

Hari ini begitu panjang. Pagi tadi ia menyelesaikan laporan pekerjaan. Siangnya ia menghabiskan waktu penuh makna bersama sahabat lamanya, yang memberinya kejutan ulang tahun sederhana namun begitu menyentuh. Dan kini, malam telah tiba. Ia telah menunggu momen ini sejak matahari terbit. Menunggu satu ucapan dari orang yang paling dekat dengannya.

Satu kalimat saja.

Tak lama kemudian, Arsen keluar dari kamar mandi, mengenakan kaos longgar dan celana pendek. Wajahnya tampak lebih segar, namun ekspresinya tetap datar. Ia segera menuju tempat tidur, menaikkan selimut dan bersiap untuk tidur.

Anita menatapnya dengan gusar. Ia masih menanti. Tapi waktu terus berjalan dan Arsen belum juga mengucapkan apa pun.

"Papih..." panggilnya perlahan.

“Mau makan dulu?” Tawar Anita mengulur waktu supaya sang suami tidak cepat tidur malam ini.

“Tidak, aku sudah makan malam. Kau makan saja sendiri” tolaknya mentah-mentah yang semakin membuat Anita kelimpungan.

“T-tapi pih….”

"Apalagi sih?!" sahut Arsen terpaksa membuka matanya.

"Apa Papih... tidak merasa ada yang berbeda hari ini?" tanya Anita, berusaha terdengar ceria meski nadanya sedikit bergetar.

Arsen menautkan kedua alisnya, memandang Anita dengan heran. "Maksudmu apa? Mau bilang apa? Katakan saja langsung, jangan berputar-putar," jawabnya, terdengar sangat kesal.

Anita menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit di dadanya yang semakin mengencang.

"Hari ini... ulang tahunku, Pih," ucapnya akhirnya, nyaris berbisik.

Arsen memandangi Anita beberapa detik, ekspresinya datar, tanpa emosi. Lalu ia berkata santai, "Lalu?"

Anita menelan ludah, hatinya terasa seperti diremukkan dari dalam. Ia mencoba tersenyum, meski senyuman itu lebih mirip raut kepedihan.

"Apa Papih tidak mau... mengucapkan selamat ulang tahun padaku?" tanyanya penuh harap, suara kecilnya hampir tenggelam oleh dentingan jarum jam di dinding.

Arsen menarik napas panjang, lalu bangkit sedikit untuk bersandar di kepala ranjang. Tatapannya tajam, suaranya dingin saat berbicara.

"Anita, aku tidak mengerti kenapa kau harus membuat masalah dari hal yang sepele. Ulang tahun itu bukan sesuatu yang perlu dirayakan. Itu cuma pengingat bahwa umurmu makin pendek. Apa yang harus dirayakan dari itu?”

Anita hanya bisa terdiam, merasakan setiap kata suaminya seperti hujan batu yang menghantam tubuh rapuhnya.

"Kalau kau mengharapkan ucapan selamat atau pesta, kau salah besar. Kita bukan anak kecil lagi yang harus merayakan hari-hari seperti itu,"

“Tapi dulu papih selalu merayakan hari ulang tahunku” lirih Anita meremass jarinya, menahan rasa takut setelah berkata demikian.

“Ya, itu adalah salah satu tindakan bodoh yang pernah aku lakukan” lanjut Arsen, lalu tanpa menunggu jawaban dari Anita, ia menarik selimut dan menutup matanya.

"Aku lelah. Mau tidur. Jangan ganggu," katanya tegas, seolah percakapan barusan hanyalah gangguan kecil yang tidak berarti apa-apa.

Anita tetap berdiri di sisi ranjang, menatap tubuh suaminya yang sudah memunggunginya. Ada rasa sesak yang membuncah di dadanya. Sesak itu begitu nyata, menusuk hingga matanya terasa panas dan matanya mulai berkaca-kaca.

Dengan langkah perlahan dan lemah, Anita meninggalkan kamar. Ia turun ke dapur, tempat ia merasa bisa bersembunyi dari dunia. Ia duduk di kursi dekat meja makan yang masih bersih, memandang kosong ke arah dinding putih di hadapannya.

Air matanya akhirnya jatuh tanpa bisa ia tahan. Tangis itu keluar perlahan, membasahi pipinya dalam keheningan malam. Tidak ada suara kecuali isakan pelan yang berusaha ia tahan.

Di sanalah Anita menghabiskan malam ulang tahunnya — sendiri, di sudut dapur yang dingin, dengan tangan gemetar memeluk dirinya sendiri.

Ia memikirkan banyak hal. Betapa ia sudah berusaha keras menjadi istri yang baik. Ia selalu mendukung Arsen dalam segala hal, merawat rumah, mengurus semua kebutuhan suaminya, bahkan berusaha menjadi sahabat terbaik. Tapi semua itu terasa sia-sia malam ini.

Tak peduli berapa banyak orang yang mengucapkan selamat, tak peduli betapa meriahnya kejutan dari pegawai-pegawainya siang tadi, atau betapa berharganya hadiah dari Baim — semua itu tak mampu menutupi luka karena ketidakpedulian orang yang seharusnya menjadi pelindung hatinya.

Malam itu, Anita benar-benar merasakan apa arti kesepian. Ia menyadari bahwa rasa sepi paling menyakitkan bukanlah ketika kita sendiri, melainkan ketika kita bersama seseorang yang seharusnya mencintai kita, tetapi malah membuat kita merasa tidak berarti.

Jam terus berdetak. Pukul menunjukkan dua belas malam lebih sedikit. Tangisan Anita telah reda, tapi matanya sembab. Ia duduk di dapur selama hampir satu jam tanpa bergerak banyak. Pikirannya berputar. Tentang semua yang telah ia lalui. Tentang perhatian dari orang lain yang bahkan bukan keluarganya sendiri. Tentang Baim yang mengingat hari ulang tahunnya, sementara suaminya sendiri bahkan menganggapnya tak layak dirayakan.

“Kenapa rasanya seperti ini…” bisiknya lirih.

Dengan tangan gemetar, Anita menyeka air matanya. Ia menatap sekeliling dapur yang sunyi, lalu berdiri perlahan. Ia mengambil segelas air putih, meminumnya dalam sekali teguk untuk menenangkan diri, lalu berjalan kembali ke kamarnya.

Arsen sudah tertidur pulas, napasnya teratur, seakan tak ada apa-apa yang terjadi malam itu. Anita berbaring perlahan di sisi ranjang, memunggungi suaminya, dan memejamkan mata.

1
Uba Muhammad Al-varo
Anita....kamu wanita kuat, tangguh dan mandiri, saatnya kamu bangkit dan bangun dan lepas kan semua penderitaan, badan mu juga harus sembuh dari penderitaan dan kesakitan
Elen
beri pelajaran tuh lakik.yuk semangat Thor uploadx😆
Uthie
Duhhhh... asli ikutan sesak dan emosi jiwa sy bacanya di part terbongkar nya pengkhianatan si Arsen 👍😁😁

Bagus nya langsung pada keputusan Anita memilih berhenti jadi bodoh..
gak mesti ngasih kesempatan lagii pada si Arsen itu !!! 😏🤨
Silalahi Margakuu_
bagus anita kamu harus mengambil sikap, jangan bertahan dengan laki2 yg sayang hanya terpaksa, saaakiiiit D khianati 😭😭😭😭
Ana_Mar
menangislah sepuasmu Nita...hingga airmata itu kering dan rasa sakitmu akan sedikit berkurang.
pengkhianatan tidak bisa di tolerir, sekali selingkuh pasti akan berulang lagi.
mending jangan satu kamar deh nit,, daripada hatimu terus-terusan terluka, apalagi dengar rengekan Arsen.
Uda tahu salah, masih di terusin. bukan khilaf itu, tapi memang Arsen yang ga tahu di untung punya istri sebaik kamu nit. jadi jangan pernah berpikir kamu kurang apa ke Arsen.
andai ada bima waktu itu, bisa-bisa di tonjok tuuu mukamu sen...
anggel
ayo anita bangkit jangan lemah sma laki2 , kmu bisa sendiri
rachma yunita
sakiit banget jd anita..
mama
penjelasan ap lgi semuanya udah jls,pergi jauh lbih baik drpd sakit hti trs Nit😭
Siti Zaid
Bagus Anita..bangkit lah renung kan lah..kebaikan apa yang Arsen pernah lakukan setelah dia menuduh kamu sengaja mengugurkan janin kamu sendiri....
Rahma Inayah
yg kunanti akhrnya up juga ..betapa sakit hati dan kecewa nya Anita demi menemani wanita lain bercanda ria sambil bergandeng tangan melupakan istri yg mna harus di support pasca keguguran malah tidak ada raut wajah sedih atau rasa bersalah sedikit pun seolah Arsen lp apa yg sdh dia perbuat tadi pagi yg membatalkan menemani Anita control dgn Aslan meeting
dewi: boleh kah aq berharap org tua arsen tau kelakuan atau perselingkuhan nya
total 1 replies
Cookies
lanjut thor, Anita menjauh lbh baik
Arin
Merasa menyesal setelah ketahuan sama Anita, ternyata dirimu lagi jalan sama wanita yang udah bikin nyaman. Lagu lama.....nyesel awal-awal. Nanti juga ngulangin lagi.....

Dari kemarin biasa aja selalu ketemuan, curhat juga. Padahal istri lagi sakit minta di antar cek up sampai lupa sama janjinya....
Heni Fitoria
up lagi donk kak.. .
semoga aja nanda juga kena imbas dr kejadian ini ....
biar kapok, wlupun g suka sm kakak ipar g seharusnya begitu...
Isma Nayla
bercerai sj anita,tata hati dn hidupmu.
up lg thor 🤗
Halimah
Udah lah Nit pergi aja yg jauuuuuuh
anggel
jngan mau percaya apa yg di katakan laki2 bjngan
Silalahi Margakuu_
tambah cepat dong, mulai seru, klu boleh critanya, eeemmm arsen D tinggalkannsecara menyakitkan, lebih sakit dr hati ani5a, 😃cuma hayalan aja
Rahma Inayah
akhrnya kecurigaan Anita tetungkp meeting yg TDK BS di tinggl ternyata meeting dgn jalang yg mencoba merusak rumah tangga mu
𝓡𝓮𝓪¹ 🫒
nah skrg baru terbuka tuh mata hatinya nita kalau lakinya itu seperti bajigurrrr ,saatnya kamu berontak,jangan diem aja huhhhhhh
Rahma Inayah
lebih berpisah dr pada hidup bersama bathin tetsiksa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!