Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.
Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.
Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#12
Cukup lama setelah semua orang di ruangan itu menempati posisinya masing-masing, dari balik pintu sana kembali muncul seorang pria dengan setelan rapi yang didominasi warna abu-abu.
Kaki yang jenjang itu tampak gagah terbalut sepatu pantofel dengan dasar solnya yang berwarna merah. Selain kedatangannya yang mengubah atmosfer ruangan itu, sebuah kotak bertuliskan nama toko kue yang terkenal juga menarik perhatian sejumlah orang yang berada di sana.
Para pria yang telah sampai lebih dulu kompak berdiri untuk menyambut kedatangan pria jangkung itu.
“Gak apa-apa, duduk aja…” ucap pria itu sambil menyeret kursi yang memang telah disediakan untuk tempatnya duduk. “Maaf, saya terlambat. Makasih udah nunggu Saya. Jadi, bisa langsung dimulai saja rapatnya?” katanya lagi sambil memperbaiki posisi duduknya.
Sementara kotak makanan yang tadi dibawanya itu terlebih dulu disimpannya pada nakas yang berada di sudut ruangan.
“Oh, baik Pak. Kita mulai ya rapat hari ini” jawab seorang pria.
Kemudian, pria itu mengoperasikan laptop yang telah terhubung dengan proyektor.
‘Rayn?’ batin Sora tanpa mengalihkan pandangannya dari pria yang duduk dengan tegap itu.
Menyadari tingkah aneh rekannya itu, Frank yang kebetulan duduk bersebelahan dengan Sora akhirnya menepuk punggung tangan gadis itu untuk mengalihkan perhatiannya.
Sora tersentak dan kini Ia buru-buru mengoperasikan laptop di hadapannya dengan sembarang.
Dari sudut pandang Sora, sosok pria yang katanya adalah seorang CEO perusahaan itu tampak serupa dengan sosok pria yang pernah beberapa kali bertemu dengannya.
Namun, Sora merasa aura yang dipancarkan Rayn begitu berbeda sejak terakhir mereka bertemu. Rayn tampak begitu dingin dan asing. Sora merasa Rayn bertingkah seolah mereka tak pernah bertemu. Atau, memang itu adalah pilihan Rayn untuk bersikap profesional?
Meski sejumlah pertanyaan besar terus menggelayuti pikirannya, namun pada akhirnya rapat yang dihadiri Sora berjalan dengan lancar.
Rapat itu selesai hanya beberapa menit saja sebelum waktu makan siang tiba. Karena itu, Sora langsung bergegas menuju kantin setelah menaruh berkas-berkas yang digunakan ketika rapat.
Ketika lift yang sedari tadi ditunggunya akhirnya terbuka, Sora sempat tercengang dan mematung untuk beberapa saat.
Kedua matanya melebar. Ia seperti tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya sendiri.
Bagaimana tidak. Selain melihat keberadaan Yasmin di dalam lift yang baru saja terbuka itu, Sora melihat seekor ikan dengan ukuran cukup besar terus melayang di sekitar Yasmin.
Yap. Kalian tidak salah membaca. Sora benar-benar melihat seekor ikan yang melayang. Namun, ikan besar bersirip lebar dan menjuntai dengan indah itu terlihat transparan. Mirip seperti hantu yang tembus pandang dan tak bisa disentuh manusia.
Sora tentu tak pernah membayangkan dirinya akan bisa melihat hantu, apalagi hantu ikan disiang bolong seperti saat itu.
“Ra! Kok bengong? Ayo sini...” suara Yasmin dari dalam lift akhirnya membuat Sora memberanikan diri memasuki lift itu.
“Tadi gimana rapatnya, lancar?” tanya Yasmin pada Sora.
Sebenarnya, sudah menjadi kebiasaan Sora untuk selalu penuh percaya diri menatap lawan bicaranya, siapapun itu. Namun, kehadiran makhluk asing yang melayang itu sejenak mengubah sikap Sora pada Yasmin.
Sora hanya melirik Yasmin untuk beberapa saat Ketika menjawab pertanyaan Yasmin. “Iya Bu, lancar…” Sora lalu kembali menundukkan kepalanya.
“Mmm... Baguslah. Semoga proyeknya juga lancar ya, Ra” balas Yasmin tenang.
“Iya Bu. Mudah-mudahan…” balas Sora sambil tersenyum simpul.
Dari yang Sora lihat, Yasmin seperti terus digerayangi oleh hantu ikan itu dan sesekali hantu ikan itu melayang mendekati Sora.
Gadis itu benar-benar merinding. Sora bahkan beberapa kali meremas jemarinya yang terus terasa menjadi semakin dingin.
Padahal waktu yang dihabiskan Sora dari ruangannya menuju kantin tak sampai sepuluh menit. Tapi berada satu lift bersama hantu ikan itu seperti menghentikan waktu selama berjam-jam lamanya.
Segera setelah lift itu akhirnya terbuka, Sora membiarkan Yasmin untuk berjalan terlebih dahulu supaya makhluk melayang itu pun bisa menjauh dari pandangannya. Namun, rencana Sora tak berjalan lancar. Yasmin justru tak mengubah jarak mereka berdua.
Yasmin bahkan mengajak Sora untuk duduk bersama dan menyantap makan siang mereka.
“Oiya, Ra. Tadi katanya CEO Astra ikut rapat juga, ya?” tanya Yasmin seraya melahap potongan kentang balado.
“Iya, Bu. Aku baru pertama kali lihat CEO langsung ikut rapat. Biasanya kan cuma sekelas manajer, paling mentok direktur bagian.” Sora sangat memperhatikan ucapannya.
Untungnya, saat itu Sora ingat Yasmin masih berkerabat dengan Rayn. Jika tidak, mungkin Sora akan terus berbicara sesuka hatinya dan membeberkan kegusarannya ketika berada di sekitar Rayn.
“Masa? Terus, menurut kamu itu bagus apa gak bagus?” Yasmin menatap Sora seperti guru yang tengah menguji anak didiknya.
Hantu ikan menyebalkan itu lagi-lagi membuat nyali Sora ciut. Jauh dalam hatinya, Sora berpikir bahwa Yasmin mungkin mengira dirinya telah kehilangan semangat bersosialisasi.
“Gak buruk…” Sora menjawab sesingkat yang Ia bisa. Terlebih lagi hantu ikan itu kini melayang tepat di depan wajah Sora.
“Bu. Aku ke toilet dulu ya.” Sora kemudian beringsut meninggalkan Yasmin yang saat itu terus menatapnya keheranan.
Merinding. Itulah apa yang dirasakan oleh Sora selama dirinya melangkahkan kakinya ke toilet.
“Sebenernya yang tadi itu apa, sih?” Sora menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin lebar di depan wastafel.
Bayangan tentang hantu ikan itu seperti tak mau lepas dari ingatannya. Keran air lalu dinyalakannya dan Sora segera membasuh wajahnya.
“Enggak. Gue pasti salah lihat. Itu pasti cuma halusinasi gue.” Sora berusaha berpikir positif semampu yang Ia bisa.
Sora telah mantap untuk kembali melanjutkan kegiatannya menikmati makan siang. Namun, dari kejauhan saja Sora masih melihat makhluk itu terus berada di sekitar Yasmin.
“Hah?” Sora tercengang. Ia langsung berbalik memasuki toilet dan mulai terduduk karena kakinya terasa semakin lemas.
“Apa-apaan…” Kedua tangan Sora memegangi kepalanya. Ia benar-benar tak mengerti dengan situasi yang dihadapinya saat itu.
#
Beberapa jam sebelumnya…
Rayn telah selesai mempersiapkan dirinya untuk mengikuti rapat pada pagi itu. Materi yang akan dibahas pun telah diterima dan Ia pelajari dengan baik.
Tepat ketika Rayn menutup pintu bertuliskan Griya Tawang yang ditinggalinya, Rayn mendapat sebuah pesan yang berisi sejumlah nama yang kelak akan menghadiri rapat bersamanya.
Rayn membaca satu-persatu nama itu dan sebuah garis senyum kemudian muncul dari bibirnya. Langkah kakinya Ia percepat menuju lift yang berada beberapa meter saja dari pintu masuk tempat unit huniannya itu.
Apa-apaan? Rayn turun dari lantai 101? Sebenarnya, bangunan seperti apa yang memiliki seratus lantai itu? Dan Rayn tinggal di unit Griya Tawang? Menakjubkan. Betapa kaya rayanya pria itu.
Meski menggunakan lift, namun jika turun dari lantai 101 menuju lobi utama tentu akan tetap menyita waktu yang tidak sebentar.
Setelah bersabar untuk terus berada di dalam lift, Rayn akhirnya tiba di lobi utama yang menjadi tujuannya. Namun, alih-alih segera berangkat menghadiri rapat, Rayn justru tampak berjalan menghampiri resepsionis dengan terburu-buru.
“Jia, tolong pinjamkan saya kunci Gudang Quwintala. Segera.” Rayn tampak telah mengenal wanita yang berdiri di belakang meja resepsionis itu.
Dan wanita yang dipanggil ‘Jia’ itu pun terlihat segera menuruti permintaan Rayn. Tanpa mengatakan apapun, Jia terlihat membuka laci paling bawah dan berisi sangat banyak sekali anak kunci dengan berbagai bentuk dan ukuran.
Kemudian, Jia mengambil sebuah anak kunci berwarna silver yang terlilit ornamen daun berhias batu zamrud yang menambah keunikan tampilannya.
“Silakan…” Jia mengulurkan kunci itu pada Rayn.
“Terima kasih, Jia.” Jawab Rayn sambil meraih kunci itu. Rayn memutar tubuhnya dan melangkah cepat menuju sisi lain lobi utama.
Rayn terus berjalan menuju pintu yang berada di dekat lift. Tak ada yang aneh sebab pintu itu adalah jalan untuk menuju tangga darurat dan bisa diakses oleh semua orang. Dan Rayn menuruni tangga itu hingga dirinya tiba di ruangan basement yang terdapat beberapa kendaraan terparkir di sana.
Langkah kaki Rayn masih berlanjut menuju sebuah ruangan yang tampak kurang terawat. Debu tebal menempel di banyak bagian pintunya.
Pintunya saja hanya terkunci menggunakan grendel sederhana tanpa tambahan gembok atau pengaman yang lain.
Mulanya, setelah Rayn membuka pintu penuh debu itu, hal yang dilihatnya hanyalah sebuah ruangan yang gelap gulita, tanpa penerangan.
Namun, sebuah hal ajaib terjadi ketika Rayn telah menutup kembali pintu itu rapat-rapat.
Salah satu sisi dinding ruangan itu terlihat memancarkan cahaya berwarna kebiruan yang tak begitu terang. Cahaya temaram itu berbentuk kotak sempurna dan berukuran seperti selayaknya pintu.
Dan hal menarik selanjutnya adalah, Rayn benar-benar bisa membuka dinding bercahaya itu menggunakan kunci zamrud pemberian Jia tadi.
Kalian masih ingat dengan sebuah pintu yang cara membukanya harus menggunakan energi Rayn dan membawa Rayn menuju taman di dalam kubah?
Kejadiannya begitu mirip dan kembali terulang pada pintu itu. Rayn seperti terlihat memasuki dimensi lain setelah dinding dengan kotak cahaya tadi berubah menjadi portal ajaib yang membuat tubuh Rayn seolah menghilang dari ruangan itu.
Kemudian, saat itu Rayn tampak berada di dalam ruangan dengan banyak sekali kotak yang memiliki ukuran dan rupa beragam tersusun rapi di sana. Jika dilihat sekilas, ruangan itu tampak seperti loker penyimpanan barang namun terlihat begitu indah sekaligus misterius.
Dan mungkin hal itu memang benar adanya. Sebab, Rayn tampak menelusuri deretan kotak yang rupanya telah disusun secara alfabetis. Sangat efektif dan efisien.
Dari ribuan kotak yang diawali huruf A, akhirnya Rayn meraih sebuah kotak bertuliskan apricus at tenebris yang berada di barisan paling bawah.
“Ketemu!” ucap Rayn sambil meraih kotak kaca transparan yang terlihat diselimuti asap tipis berwarna ungu kebiruan.
Karena terbuat dari kaca, kotak itu memperlihatkan dengan jelas isinya yang berupa serbuk berwarna ungu kebiruan. Serupa dengan asap tipis yang melingkupi kotak itu.
Rayn mengambil sedikit saja bubuk itu dan kemudian dimasukkannya ke dalam sebuah kapsul. Serbuk itu kini tampak seperti obat yang umum ditemukan di apotek.
Setelah selesai dengan serbuk itu, Rayn membereskan semuanya seperti semula dan mengembalikan kunci zamrud itu pada Jia.
Sebentar. Rayn tampak keluar dari bangunan yang tempo hari pernah dikunjunginya diantar Bintang. Ah, benar. Asteria Hotel. Jadi Rayn tinggal di sana? Pantaslah malam itu Ia tampak begitu percaya diri memasuki bangunan megah itu bahkan hingga disambut dengan baik oleh mereka yang berada di sana.
Kemudian, Rayn memacu sedan hitam menuju ramainya jalanan Ibu Kota. Namun, Rayn tampak singgah di sebuah toko kue dan membeli sebuah roll cake utuh berhiaskan krim coklat dan potongan buah stroberi.
Namun, ketika Rayn kembali memasuki mobilnya, Rayn tampak menaburkan kapsul berisi bubuk biru itu pada seluruh permukaan kue yang dibelinya tadi.
Apa-apaan Rayn ini? Apa yang baru saja Ia taburkan? Kenapa Rayn melakukan hal itu?