Lima tahun telah berlalu sejak Edeline putus dengan kekasihnya. Namun wanita itu masih belum mampu melupakan mantan kekasihnya itu. Setelah sekian lama kehilangan kontak dengan mantan kekasih, waktu akhirnya mempertemukan mereka kembali. Takdir keduanya pun telah berubah. Edeline kehilangan harapannya. Namun tanpa dirinya sadari ada seseorang yang selama ini diam-diam mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eriza Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#12 Seperti Bunga Edelweis
...Bab. 12...
...SEPERTI BUNGA EDELWEIS...
Kembali pada rutinitas harian. Aku datang ke toko lebih awal. Hanya beberapa hari ku tinggal tapi rasanya sudah lama sekali. Keadaan di dalam toko bunga tetap rapi seperti biasanya. Semerbak aroma bunga segar langsung menggelitik indera penciuman. Aku berjalan ke sudut jendela. Tanaman kaktus dalam pot-pot kecil tumbuh dengan subur. Aku berjalan ke mejaku. Bunga layu yang selalu Keith taruh di dalam vas mulai menguning. Aku mengambilnya. Membuang bunga lama dan mengambil beberapa tangkai bunga baru. Iseng-iseng aku coba merangkainya. Merangkai bunga meja memang bukan keahlian ku. Hasilnya sangat berantakan. Keith datang.
"Edeline!" seru Keith begitu melihatku.
Aku beralih menatapnya, wajah Keith berseri-seri dengan senyum ceria yang selalu menghiasi.
"Kenapa? Merindukanku?" tanyaku dengan penuh percaya diri.
"Mm ... Rasanya sepi sekali kalau kamu tidak ada di sini," ujar Keith dengan malu-malu. Ia melihat hasil bunga yang kurangkai sambil menahan tawa.
"Kamu mau menertawakan hasil karyaku? Aku memang tidak pandai merangkai bunga tapi kalau aku terus belajar juga pasti hasilnya tidak akan kalah dari punyamu," kataku agak cemberut.
"Ya, kamu benar. Sini ku ajari," ujar Keith.
Ia memperbaiki rangkaian bunga meja ku sambil menjelaskan bagaimana seharusnya letak tiap tangkai bunga itu serta ukuran dan komposisi bunganya.
"Bagaimana liburanmu?" tanya Keith.
"Menyenangkan," jawabku.
"Syukurlah! Jadi, aku tidak akan mendapatimu sedang tertawa sendiri lagi," ejek Keith sambil tertawa. Aku memukulnya dengan ranting bunga sisa.
Siang ini cukup ramai pembeli. Mereka yang memesan bunga rangkai sampai harus antri menunggu Keith menyelesaikannya satu persatu. Aku hanya bisa membungkus buket untuk satu jenis bunga saja. Aku pikir aku harus mulai belajar dari Keith.
Hari mulai sore toko kembali sepi. Tak disangka Ariana datang. Hari ini lebih awal dari waktu biasanya.
"Hai, Keith. Hai, Edeline."
"Hai ...," jawabku dan Keith berbarengan.
"Tumben kamu datang lebih cepat. Biasanya toko sudah hampir tutup," kataku pada Ariana.
"Iya, pekerjaanku lebih cepat selesai jadi aku bisa datang lebih cepat," jawab Ariana. Ia kemudian beralih ke Keith.
"Keith, yang seperti biasa, ya!" katanya.
"Oke!" jawab Keith dan mulai bekerja.
Ariana sesekali menunjuk untuk memberitahu Keith. Aku perhatikan mereka dari tempat duduk. Ariana terus menatap wajah Keith yang sedang serius merangkai bunga. Senyum di bibir Ariana tak pernah hilang saat berhadapan dengan Keith. Aku bisa menyimpulkan satu kemungkinan.
Keith memberikan bunga yang sudah selesai terbungkus cantik kepada Ariana. Keith menunjuk ke arahku mengisyaratkan Ariana untuk bayar denganku saja. Namun Ariana nampak masih enggan beranjak dari hadapan Keith.
"Apa aku boleh menunggumu di sini?" tanya Ariana.
"Menunggu untuk apa?" Keith balik bertanya.
"Pulang bersama," jawab Ariana dengan senyum manis mengembang.
"Bukankah kamu mau ke kuil?" tanya Keith.
Ariana mengangguk. "Kita bisa pergi bersama! Aku terbiasa pergi denganmu. Rasanya jadi ada yang kurang kalau aku ke sana sendiri," jawab Ariana dengan wajah memohon.
Keith mengangkat sebelah alisnya. Ia memeriksa jam tangannya sebentar.
"Tidak apa kalau menunggu sejam lagi?" tanya Keith.
"Tidak apa-apa!" jawab Ariana.
"Ya, sudah," kata Keith. Ia tidak berani menatap Ariana yang tersenyum padanya. Ia mulai merasa ada yang aneh dengan gadis itu.
Aku masih terus memperhatikan mereka. Sesekali menahan tawa dengan menyembunyikan wajahku di balik majalah. Berpura-pura sedang membaca. Perasaan Ariana memang sangat jelas terlihat. Entah apa Keith menyadarinya atau tidak. Ia pun tak segan-segan membantu Keith saat ada pelanggan yang datang. Atau saat Keith sibuk dengan pekerjaannya.
Masih ada lima belas menit lebih waktu untuk tutup toko. Aku tak mau menunggu, karena pasti tak ada yang datang lagi. Aku menyuruh Keith berkemas. Keith merasa heran aku tutup lebih cepat tapi dia tidak berani bertanya. Toko tutup. Keith pergi bersama Ariana. Aku pulang sendiri, tidak langsung pulang tapi ke rumah Celine. Sudah lama tidak main ke rumahnya.
...🌼🌼🌼...
Langit sudah gelap. Matahari baru saja pulang ke tempatnya. Keith dan Ariana baru selesai dari kuil. Mereka berjalan pulang. Keith tidak banyak bicara. Ariana berjalan di sampingnya sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya.
"Ariana," panggil Keith. Ia tidak tahu bagaimana mengatakannya dengan halus.
"Eng?" jawab Ariana dengan gumaman.
"Aku hanya ingin bilang, mungkin lain hari aku tidak bisa menemanimu ke kuil lagi. Maksudku ... toko sudah mulai ramai dan pekerjaan juga lebih banyak. Aku tidak tega menolak ajakanmu," tutur Keith dengan hati-hati. Meski itu bukan alasan sebenarnya.
"Tidak apa-apa. Seharusnya kamu mengatakannya kalau tidak bisa, Keith," balas Ariana dengan penuh pengertian.
"Aku merasa tidak enak, juga kasihan melihatmu pergi sendiri," ujar Keith.
"Kamu tidak harus merasa tidak enak. Aku yang mestinya minta maaf karena suka merepotkanmu," tutur Ariana tetap dengan senyumnya.
"Keith, dulu kamu pernah bilang kamu menyukai seseorang. Apa aku boleh tahu siapa orang itu?" tanya Ariana tiba-tiba.
Keith agak heran kenapa Ariana tiba-tiba membahas hal itu. Keith menggeleng pelan.
"Kalau begitu bolehkah berikan aku sedikit petunjuk?" tanya Ariana dengan tatapan memohon. Keith tak bisa mengelak dengan tatapan Ariana yang seperti itu.
"Dia ... Agak berbeda dengan wanita lainnya. Aku melihatnya setiap hari, bertemu dengannya setiap hari. Tapi, aku tidak pernah bisa menebak apa yang ada di pikirannya. Kadang dia begitu serius, kadang wajahnya terlihat muram, kadang dia juga tersenyum. Dia selalu terlihat kuat padahal sebenarnya dia sedang menyembunyikan kelemahannya." Keith menjelaskan sambil membayangkan seseorang.
"Apa yang membuatmu menyukainya?" tanya Ariana.
"Kalau kamu bertanya seperti itu, terus terang aku tidak tahu kenapa. Tapi yang aku tahu dia orang yang tegar namun hatinya lembut. Dia seperti bunga Edelweis yang selalu mekar. Setiap orang bisa melihat keindahannya tapi tidak semua orang bisa memilikinya. Bagiku dia sangat istimewa," terang Keith terkagum sendiri.
"Oh ...." Ariana hanya menggumam.
"Apa kita masih bisa berteman?" tanya Ariana pelan.
Keith lagi-lagi merasa heran. "Bukankah kita memang berteman?!" sahutnya.
"Oh iya, kamu benar! Aduh, kenapa aku jadi linglung begini?!" kata Ariana sambil menepuk kepalanya dengan pelan.
Keith tertawa. "Kamu ini sangat lucu!" pujinya pada Ariana. Ariana ikut tertawa meskipun dalam hatinya tersimpan kekecewaan.
"Ariana, bagiku kamu seperti seorang adik. Kita menjalani hidup sendiri, tidak memiliki saudara kandung untuk berbagi. Kalau kamu mau kita bisa jadi saudara angkat. Aku juga ingin jadi kakakmu. Kamu mau tidak jadi adikku?" Keith mengusulkan.
"Hah?" Ariana melongo.
"Memang dari awal aku sudah menganggapmu seperti adikku. Sikapmu yang lucu kadang membuatku gemas," kata Keith dengan geram.
Ariana tertawa dengan aneh. Ia merasa ini memang agak lucu. Tapi dia juga setuju. Setidaknya kekecewaan di hatinya sedikit terobati.
"Yah, baiklah kalau itu maumu. Jadi, mulai sekarang aku harus memanggilmu kakak?!" goda Ariana.
"Tidak usah, panggil namaku saja!" sahut Keith sambil tersenyum. Ariana masih tertawa. Tidak menyangka akhirnya justru malah seperti ini.
^^^bersambung....^^^
karna buka kisah baru itu perlu tenaga jga hirup udara yg pas😌 utk qm edeline semangat ya buat kisah baru nya lgi😌
ga segampang itu menjalani kisah baru dan melupakan yg lama
cari kerjaan baru mngkn akan berubah kehidupan baru dan pastinya akan bertemu dgn org yg baru
semangat
masih nyangkut masa lalu jgn mulai buka halaman baru
bisa aja qm yg selanjutnya menyakiti perasaan nya 🙄 pahamkan itu jgn asal hdup aja🙄
basa basi