Komedi receh bikin ngakak tentang 10 X terapi untuk menyembuhkan impotensi yang di alami Raja akibat totok yang di sematkan Gadis.
Apa dan bagaimana terapi anu itu yuk baca terapinya di novel kedua author receh ini
yang mau senyum dan ketawa jadiin favorit jan lupa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sawan Pengantin
Gadis memandang layar HP nya, ini malam terakhir statusnya menjadi lajang.
"Iihh... sebel sebel sebel," ucapnya sambil memukul jidatnya dengan hpnya sendiri.
'Auuu, sakit," teriaknya sambil mengusap jidatnya.
"Apa ya yang harus aku tulis, aku harus chat apa? pusiiiiing!!" teriak Gadis hingga terdengar sampai luar kamar membuat Hayati yang sedang membuat kue bersama ibu-ibu Tetangga kaget.
"Teh Yati itu si Eneng Kenapa mane teriak gitu?" tanya salah satu tetangga yang kepo, biasa emak-emak kalau lagi ngumpul ada yang menarik perhatian langsung heboh.
"Nggak tahu juga itu si Eneng kunaon nyak?" Hayati yang ditanya malah balik bertanya.
"Coba Teteh dilihat, takutnya kena sawan pengantin," kata salah seorang tetangga yang nakut-nakutin dengan klenik.
"Ehh Nyai mah ada-ada bae, mana ada atuh zaman sekarang yang kayak begituan," Hayati menjawab sambil tertawa kecil.
"Hayati zaman mah boleh aja modern, tapi yang kayak gitu mah biasanya suka ngikutin zaman," celetuk salah seorang di antara mereka.
"Iya Hayati, kamu Ingat nggak dulu waktu Si Ena mau nikah, eh malamnya dia mah kesurupan teriak-teriak nggak jelas itu karena dia kena sawan pengantin," ucap Bu gendut yang menjadi sesepuh di antara ibu-ibu di lingkungan mereka membumbui.
"Masa sih Bu Endut, kok saya baru tahu ya ceritanya. Ya udah coba lihat dulu sebentar. Semoga aja bukan kena sawan pengantin si Eneng teriak tapi karena kejepit pintu lemari," Hayati terucap sambil beranjak dari duduknya menuju kamar Gadis.
Tok tok tok
"Geulis, buka pintunya Neng!" Panggil Hayati dari luar kamar Gadis.
"Iya Mah tunggu bentar!" Gadis menyahut dari dalam kamar.
Begitu kamar dibuka Hayati langsung menerobos masuk ke dalam.
"Ada apa Geulis pakai teriak-teriak segala?" Hayati bertanya dengan wajah tampak sedikit cemas.
"Maaf mah spontan," Gadis menjawab sambil memegang kepalanya.
"Iya Mama tahu, tapi emangnya ada apa?" kembali Hayati bertanya.
"Gadis bingung harus ngomong apa sama Kak Haris tentang pernikahan Gadis," gadis menjawab dengan suara pelan dan tertunduk.
"Hmmm, Jawab aja apa adanya. Lebih baik jujur, kalau dia masih mau menunggu Neng mungkin bisa saja suatu hari nanti jodoh tapi jangan saling mengasih harapan satu sama lain," ucap Hayati bijak.
"Iya Mah, Neng akan coba untuk kirim chat aja. Kalau VC rasanya Gadis nggak akan sangggup deh Mah," ucap gadis dengan nada sedih
Buat Gadis berat rasanya untuk putus dengan Haris, apalagi hubungan mereka selama ini sangat baik. Tapi apa yang terjadi saat ini membuat Gadis mau enggak mau untuk menjauh dari Harris karena dia juga tidak ingin menjadi seorang pembohong dalam hubungan percintaannya.
"Ya udah sekarang kamu chat dia, terus jangan teriak lagi Malu nanti jadi gosip ibu di luar," ucap Hayati sambil membelai rambut Gadis.
"Iya Mah, doain yang terbaik buat gadis Mah," ucap Gadis.
Hayati mengangguk dan keluar dari kamar.
***
Di apartemen Radja.
Waktu menunjukkan pukul 20.00 saat Radja mulai bersiap keluar dari apartemennya. Dengan mengenakan pakaian kasual dan membawa sebuah koper kecil Raja langsung bergegas masuk ke sebuah mobil taksi online yang sudah dipesan.
Malam ini Raja akan ke kampung gadis untuk melangsungkan pernikahan dengan gadis besok pagi. Dia sengaja tidak mengajak siapapun atau membawa mobil sendiri ia lebih memilih memesan taksi online.
Hal ini dikarenakan Radja ingin pernikahan ini menjadi rahasia dan tidak diketahui siapapun bahkan Pras pun yang biasanya selalu setia di sampingnya tidak diikutsertakan.
"Masih jauh Pak?" tanya Radja kepada sopir online yang duduk di sampingnya.
"Kalau liat dari google map kurang lebih sekitar setengah jam lagi sampai Bos," jawab sang sopir.
"Hmm," Radja berdeham tampak sekali kelelahan di wajahnya.
Bagaimana tidak dibilang lelah, perjalanan dari jakarta menuju kampung gadis sudah memakan waktu 7 jam dengan jalan yang berliku liku turun naik gunung dan juga melewati hutan dan persawahan.
"Benar-benar cocok rumah seorang dukun," Radja bergumam sinis.
"Bos ini mau ke dukun ya," pertanyaan kepo tiba-tiba terlontar dari mulut Pak sopir.
Radja tidak merespon dia hanya diam saja. melihat reaksi Radja yang acuh membuat Pak sopir menelan ludahnya dan memusatkan perhatiannya pada jalan desa yang sempit dan curam.
"Sepertinya kita sudah sampai Bos, itu Bos lihat rumah yang di depan yang ada tenda di depan rumahnya," kata sopir memberitahu dengan menunjuk ke arah rumah yang cukup besar di pinggir jalan dengan tenda terpasang di depannya.
Radja menundukkan kepalanya memandang rumah itu "Akhirnya," itulah yang ada di benaknya.
"Oh ya seperti perjanjian kita Anda harus tetap stay di sini sampai acara saya kelar dan kita kembali lagi ke Jakarta," pesan Raja Sebelum turun dari mobil
"Siap bos!" sahut Pak sopir sambil mencibir.
"Sombong amat. Untung aja bayarnya dua kali lipat kalau gak males Gue nganterin orang kayak gitu," gerutu sang sopir.
Waktu masih menunjukkan pukul 3 pagi saat Raja sampai di rumah yang dalam keadaan sepi ada beberapa orang orang pria yang tertidur di kursi di teras yang disusun terbungkus sarung.
Udara di kampung ini benar-benar dingin dan juga berkabut tebal embun tanpa terlihat di setiap benda yang ada di luar rumah.
Radja berjalan menuju pintu depan yang tertutup tapi sepertinya tidak terkunci karena masih terlihat terbuka sedikit.
"Mau maling ya?" tiba-tiba terdengar suara lelaki dari belakang Radja, membuat Radja tersentak dan langsung membalikkan badan.
Mereka pun saling berhadapan lelaki yang masih terlihat muda dengan perawatan jangkung dan juga sedikit kurus ada di depan Radja.
Kata-kata barusan yang keluar dari mulutnya memancing emosi Radja.
"Maksud Lu apa? hati-hati kalau ngomong!" Radja berkata dengan nada kesal.
Penatnya selama dalam perjalanan seakan mendapatkan tempat untuk menampung kekesalannya.
"Gue kan mau tanya sama Lu, Lu siapa mau maling? wajar kan karena kalau Gue perhatiin Lu bukan orang Kampung sini!" ucap laki-laki itu dengan nada agak tinggi sehingga membuat beberapa orang yang tidur di teras terbangun.
"Cuih, kurang ajar banget Lu! harusnya Lu tanya dulu baik-baik Gue, bukan kayak gitu!" hardik Radja, kali ini emosinya sudah terpancing dan siap meledak.
Radja meletakkan kopernya di kursi kosong dan dia mulai memasang kuda-kuda siap untuk pertarungan.
"Brengsek Lu nantang Gue? Lu pikir Gue takut?" lelaki Jangkung itu tak mau kalah dia pun lalu mulai bersiap untuk menyerang Radja.
Keributan di pagi buta itu menyita perhatian beberapa orang yang sedang tertidur hingga mereka terbangun. Begitu juga dengan beberapa penghuni rumah yang tidur di dalam.
Bersambung..
Terima kasih buat yang mampir maat ya lama upnya 🤭🙏
Jangan lupa tinggalkan jejak kakak yang baik hati.