Nicholas Alistair adalah definisi dari bahaya yang memikat. Seorang Boss Mafia kelas kakap dengan kerajaan yang dibangun di atas ketakutan dan baja. la dingin, kejam, dan memiliki segalanya-kecuali hati. Hidupnya sempurna di bawah kendali, hingga ia harus melakukan perjalanan ke pelosok desa terpencil untuk menyelesaikan urusan bisnis yang berdarah.
Di sanalah ia bertemu Rania
Rania, si gadis desa dengan pesona alami yang polos dan lugu, memiliki keindahan yang memabukkan. Postur tubuhnya yang ideal bak gitar spanyol adalah magnet yang tak terhindarkan, membuat mata Sang Don tertuju padanya. la adalah bunga liar yang tumbuh di tempat yang salah, dan Nico, Sang Penguasa Kota, memutuskan ia harus memilikinya.
Apa yang dimulai sebagai obsesi, perlahan berubah menjadi hasrat yang membara. Nico menarik Rania dari kehidupan sederhananya, memaksanya
masuk ke dalam sangkar emas yang penuh intrik, kekayaan, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 Cinta Bukan Jaminan
Pagi di mansion terasa dingin dan sunyi, berbeda dari kegilaan semalam.
Nicholas Alistair berada di ruang kerianya. Dia tidak mengenakan setelan mahal, hanya kaus hitam dan celana training, tampilan yang menunjukkan kekacauan mentalnya. Jendela ruang kerjanya yang besar menghadap ke taman, tetapi Nicholas hanya melihat bayangannya yang frustrasi. Dia menyalahkan dirinya sendiri.
"Aku harusnya tahu, " gumam Nicholas.
"Aku harusnya tahu dia tidak akan bisa melihat itu"
Pintu diketuk dua kali. Marco masuk Wajahnya serius. Dia tidak datang sebagai bodyguard, tetapi sebagai tangan kanan tepercaya yang mengenal Nicholas sejak lama.
"Don, kita sudah bersihkan kekacauan di ballroom. Polisi sudah diurus". Lapor Marco singkat.
"Aku tidak peduli dengan polisi, Marco, ” potong Nicholas tajam.
"Aku hanya peduli dengan Rania."
Marco mengambil posisi duduk tanpa dizinkan —sebuah keberanian yang hanya bisa dilakukan oleh Marco
"Saya tahu, Don. Justru itu masalahnya, ” kata Marco, nadanya tenang dan bijak.
"Anda menuntut cinta, dan Anda mendapatkannya. Tapi Anda meninggalkannya setelah dia mengaku. Anda takut"
Nicholas menatap Marco dengan tatapan yang bisa membunuh.
"Kau tidak tahu apa yang kau bicarakan."
"Saya tahu, Don. Saya ada di sana saat Anda melindunginya. Saya melihat wajah Anda saat dia pinsan". balas Marco tidak gentar
"Anda mencintainya. Anda tidak lagi menganggapnya sebagai jaminan tanah sengketa. Dia adalah kelemahan Anda".
Marco melanjutkan, nadanya kini lebih mendalam:
"Anda memaksanya melihat kekejaman Anda, menyeretnya ke dunia ini, bukan karena dia harus tahu, tapi karena Anda ingin mengukur batasan kekuatannya. Nicholas, Rania tidak menuntut kemewahan. Dia tidak menuntut Anda berhenti
menjadi Don. Dia hanya menuntut satu hal: cinta yang tulus. Dan Anda menolaknya semalam karena Anda takut cinta itu akan menghancurkan
dirinya, atau lebih buruk, menghancurkan Anda."
Saran Marco mengenai tepat sasaran. Nicholas menutup matanya. Dia tahu Marco benar.
"Dia melihatku membunuh, Marco, ” kata Nicholas, suaranya pelan dan penuh penderitaan.
"Dia melihat darah di tanganku. Dan dia masih bilang dia mencintaiku. Itu cinta yang gila. Aku tidak bisa membiarkan dia jatuh lebih dalam ke sini. Aku tidak bisa menghancurkannya seperti yang terjadi pada. ibuku."
Nicholas akhirnya mengakui kebenaran pahit itu.
"Anda tidak perlu menghancurkannya, Don. Anda hanya perlu jujur, " tugas Marco.
"Rania adalah wanita terkuat yang pernah saya lihat. Trauma akan sembuh. Tapi pengkhianatan emosional tidak. Anda meninggalkannya
semalam, dan itu adalah pengkhianatan emosional terbesar yang bisa Anda lakukan."
Marco berdiri.
"Saya keluar. Tapi pikirkan ini, Don. Cinta bukan jaminan yang bisa ditahan di kamar mewah. Jika Anda mencintainya, Anda harus siap kehilangannya demi keselamatannya"
Nicholas ditinggalkan sendirian, didera rasa bersalah. Dia menyadari dia telah menghancurkan Rania bukan dengan kekejaman, tetapi dengan
penolakannya terhadap cinta yang ia minta.
...****************...
Di kamarnya, Rania telah membuat kesimpulan. Nicholas telah pergi dan meninggalkannya tanpa kata setelah pengakuan cintanya. Itu membuktikan
bahwa cinta Nicholas hanyalah omong kosong dan manipulasi-cara Nicholas mengikatnya, bukan cara dia mencintainya.
Rania tidak lagi melawan dengan kemarahan. Rasa trauma yang ia rasakan semalam digantikan oleh rasa kecewa yang dingin. Dia menjadi tenang, dingin, dan diam. Dia menarik dirinya dari Nicholas secara emosional.
Dia mengenakan pakaian yang lebih sederhana, bukan gaun malam yang mahal. Dia tidak lagi menghindari Ny. Eleanor. Dia hanya diam dan patuh pada aturan rumah, tetapi matanya kosong. Dia telah menyerah pada Nicholas, tetapi bukan dalam perlawanan. Dia menyerah pada harapan bahwa Nicholas adalah pria yang bisa mencintainya dengan tulus.
Siang hari, Rania akhirnya menemui Nicholas di ruang tamu. Nicholas terlihat lelah, tetapi mencoba bersikap dingin.
"Kau terlihat lebih baik " kata Nicholas, mencoba memulai percakapan seperti biasa.
Rania tidak membalas. Dia duduk tegak di sofa.
"Aku ingin pulang ke desaku, " kata Rania, suaranya tenang dan datar. Tidak ada kemarahan, tidak ada tangisan. Itu adalah permintaan yang dingin dan logis
Wajah Nicholas langsung berubah.
"Tidak bisa. kau tahu aturannya!"
"Aturannya sudah terpenuhi, " balas Rania, menatapnya lurus.
"Kau menuntut cinta. Aku memberikannya. Aku mencintaimu, Nicholas. Dan kau
meninggalkanku. Itu adalah jawabanmu."
Rania melanjutkan, matanya tajam
"Aku sudah memenuhi tuntutanmu, jadi sekarang aku menuntut milikku. Aku tidak minta kebebasan permanen. Aku hanya minta izin untuk pulang, menemui Ayah dan Ibuku. Aku butuh tahu mereka baik baik saja. Kau tahu kau bisa mengawalku. Kau bisa membawaku kembali. Tapi aku tidak bisa
bertahan di sini, Nicholas. Tidak setelah pengakuan itu hanya menjadi omong belaka bagimu."
Nicholas benar benar dibuat frustrasi. Rania menyerangnya dari titik terlemahnya, pengakuan cintanya yang ia sia siakan.
"Aku tidak bilang omong belaka!" Nicholas berseru, berdiri.
"Aku bilang cinta itu akan menghancurkanmu!"
"Dan dengan menolakku, kau sudah menghancurkanku,' potong Rania dingin.
"Kau menghancurkan harapan bahwa cinta itu nyata, bukan jaminan."
Nicholas berialan mondar mandir di ruangan itu, rambutnya ia acak acak.Dia frustrasi, marah, dan menyalahkan dirinya sendiri.Bahkan sudah lama tidak pergi ke kantor semenjak kehadiran Rania.
Rania diam diam telah membalikkan keadaan. Jika dia menahan Rania sekarang, itu murni penculikan, bukan jaminan, karena jaminan itu sudah ia terima.
Nicholas berhenti di depan Rania, matanya penuh keputusasaan.
"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi, " bisik Nicholas.
"Aku tidak bisa mengambil risiko kau tidak kembali. Aku mencintaimu, Rania. Aku tidak bisa
hidup tanpamu."
"Maka biarkan aku melihat mereka, Nicholas, " Rania mendesak, suaranya tetap tenang.
"Buktikan padaku bahwa cintamu bukan hanya retorika. Beri aku satu hari. Aku akan kembali."
Nicholas tahu dia harus melakukan sesuatu. Dia harus memperbaiki kerusakan emosionalnya, atau dia akan kehilangan Rania selamanya.
"Baik". kata Nicholas akhirnya, suaranya penuh kekalahan.
"Kau boleh pulang ke desamu. Satu hari. Tapi ada satu syarat yang tidak bisa kau tolak."
Nicholas mendekat, meraih tangan Rania, dan menatap matanya.
"Aku akan menemanimu. Aku akan ikut denganmu ke desamu. Kau akan kembali ke masa lalumu, tapi kau akan kembali sebagai wanitaku. Dan aku akan melihat tatapan ayahmu ketika dia tahu kau
mencintaiku."
Rania tercekat. Nicholas akan menemaninya ke Desa Harapan? Rania akan kembali, tetapi dengan Sang Don Mafia di sisinya, memperkenalkan
kekejamannya ke dunia masa lalunya. Ini adalah ancaman dan janji yang menakutkan.
