NovelToon NovelToon
Kebohongan Pertama : Tunangan Palsu

Kebohongan Pertama : Tunangan Palsu

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Fantasi Wanita / Gadis Amnesia
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.

Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.

Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Mansion keluarga Zhao.

Di ruang tamu bergaya klasik Eropa itu, Vincent duduk dengan elegan di sofa kulit berwarna cokelat tua. Di hadapannya, Samantha—ibunya yang selalu tampak anggun dan tegas—dan Anita, kakak perempuannya yang ceria dan penuh rasa ingin tahu.

Samantha menatap putranya sambil menyilangkan tangan di dada. Nada suaranya lembut, namun mengandung tekanan khas seorang ibu bangsawan.

"Vincent, usiamu sudah tidak muda, kapan kau akan membawa pulang pacarmu? Keluarga kita masih merasa kurang tanpa anak darimu," tanyanya sambil menyesap teh hangat dari cangkir porselen bergambar phoenix.

Vincent tidak langsung menjawab. Ia memutar cangkir kristalnya yang berisi anggur merah, lalu meneguknya perlahan seolah sedang menimbang sesuatu yang berat di dalam pikirannya.

"Belum waktunya," jawab Vincent datar, namun nada suaranya terdengar mantap.

"Vincent, Mama sudah tidak sabar ingin menggendong cucu. Selama jauh di luar negeri, apakah kau tidak menemukan seorang wanita yang kau sukai?" tanyanya sambil mengedipkan mata iseng.

Samantha menimpali, nada suaranya lebih mendesak.

"Kalau masih belum ada, bagaimana kalau kita kenalkan dengan putri teman ayahmu? Gadis itu baru saja kembali dari Inggris, latar belakangnya baik, dan—"

Vincent meletakkan cangkirnya dengan sedikit keras di atas meja kaca, membuat kedua wanita itu sedikit terkejut. Sorot matanya kini tajam dan tegas.

"Tidak perlu! Aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai. Jadi tidak perlu kenalkan aku dengan siapa pun," jawabnya mantap.

Anita tersenyum lebar, merasa tergelitik oleh perubahan ekspresi adiknya yang jarang terlihat emosional.

"Siapa orang itu? Cepat ceritakan pada aku!" tanyanya penuh semangat.

"Kalian akan tahu suatu hari nanti," jawabnya, pandangannya menerawang jauh seolah melihat bayangan gadis itu di dalam benaknya.

Samantha mengernyit, tak puas dengan jawaban samar Vincent.

"Vincent, dia berasal dari keluarga mana? Apakah setara denganmu? Kau serius atau hanya main-main?" tanya ibunya dengan nada penuh penilaian.

Vincent menatap ibunya dengan tegas.

"Aku tidak pernah bermain dalam sebuah hubungan. Dia akan menjadi istriku di masa depan," ucapnya lirih namun penuh keyakinan.

"Kakak penasaran... gadis seperti apa yang mampu menarik perhatianmu? Dan sudah berapa lama kau mengenalnya?"

Vincent menoleh perlahan ke arah kakaknya, lalu menjawab tanpa ragu.

"Lima bulan aku mengenalnya."

Kemudian, bibirnya melengkung pelan. Tatapannya hangat, namun misterius.

"Pertemuan pertama sangat sulit dilupakan," batinnya, membiarkan kenangan itu menyelimuti pikirannya sejenak—sebuah pertemuan yang mengubah hidupnya tanpa ia duga.

Flashback – Lima bulan yang lalu.

Di pusat kota, berdiri sebuah night club eksklusif yang hanya bisa dimasuki oleh kalangan elit. Musik menghentak dari dalam, namun suasana di lorong VIP justru sunyi, diselimuti cahaya biru remang-remang dari lampu-lampu neon yang menghiasi dinding.

Valentine, seorang gadis muda berambut panjang dan mengenakan pakaian kasual. melangkah cepat menyusuri lorong. Tangannya menempel di ponsel, telinganya fokus mendengarkan suara di ujung sana.

"Jacky, kau ada di kamar yang mana?" tanyanya dengan nada pelan.

"Aku di ruangan karaoke ujung. Ruang nomor tujuh," jawab Jacky dari seberang telepon.

Namun sebelum Valentine bisa membalas, sebuah suara erangan pelan terdengar dari arah depannya.

Matanya langsung menatap ke depan. Pintu salah satu ruangan terbuka kasar. Seorang wanita merangkak keluar dengan kondisi mengenaskan—darah mengucur dari pelipisnya, gaunnya robek di beberapa bagian, dan wajahnya penuh luka memar.

Valentine terdiam sejenak, matanya membulat melihat pemandangan mengerikan itu.

Langkahnya terhenti ketika dari balik pintu, muncullah sosok pria bertubuh tinggi, berpakaian serba hitam, dengan sorot mata dingin bagaikan binatang buas. Di tangannya, sebuah botol kaca—masih basah oleh darah—diayunkan perlahan. Wajahnya tak lain adalah Vincent Zhao.

Semua orang yang berada di dalam ruangan karaoke itu membeku. Tidak satu pun berani menegur, apalagi menghentikan Vincent.

Wanita malang itu berlutut, menangis, tangannya terangkat memohon ampun.

"Tuan, tolong... maafkan aku!" suaranya parau, tubuhnya bergetar hebat.

Namun Vincent tidak tampak tersentuh. Rahangnya mengeras, matanya menyipit tajam.

"Hanya wanita rendahan... berani menyentuhku," katanya dingin, penuh jijik. Dengan satu gerakan cepat, ia kembali mengayunkan botol kaca ke arah kepala wanita itu.

Crak!

Suara pecahan kaca nyaris terdengar di udara—tapi botol itu tak pernah sampai ke tujuan.

Tangan mungil Valentine menahan gerakan Vincent dengan tegas.

"Dia akan mati kalau kau melakukannya lagi," ucapnya lantang, meskipun nadanya sedikit bergetar. Ia menatap Vincent lurus, menyembunyikan rasa takut yang mulai menjalari tubuhnya.

Vincent memicingkan mata, menatap tangan gadis asing yang berani menyentuhnya. Sorot matanya berubah.

"Lepaskan tanganmu. Dia... temanmu?" tanyanya dengan nada mengancam. Suaranya serak, seperti bara api yang siap membakar apa pun di sekitarnya.

Valentine menggeleng cepat, lalu menarik tangannya perlahan, meski tubuhnya mulai gemetar.

"Bukan... Aku hanya tidak ingin dia mati," jawabnya lirih, namun cukup tegas untuk membuat pria itu tidak segera meledak.

Sesaat, suasana menjadi hening. Hanya suara napas terengah wanita malang itu yang terdengar.

Vincent masih memandang Valentine. Gadis itu tak tahu, bahwa keberaniannya malam itu—di depan amarah seorang iblis bermata tajam—adalah awal dari kisah yang akan mengubah takdir mereka berdua.

"Aku paling tidak suka ada yang ikut campur," ujar Vincent dingin. Tatapan matanya menusuk, penuh kemarahan dan dominasi. Tanpa peringatan, ia menarik tangan Valentine dengan kasar, menyeretnya masuk ke dalam ruangan karaoke yang pengap dan masih dipenuhi aroma alkohol dan parfum mahal.

Valentine hampir tersandung saat pintu tertutup di belakangnya. Musik dihentikan. Semua orang di dalam ruangan menatap mereka dengan mata membelalak, tak percaya pada apa yang baru saja mereka lihat.

Vincent melepaskan genggamannya, lalu mengambil sebotol bir dari meja, membuka tutupnya dengan sekali sentakan kasar, lalu meletakkannya di depan wajah Valentine dengan suara keras “tak!”.

"Kau ingin menjadi pahlawan? Melindungi wanita itu?" ucap Vincent sambil menyeringai sinis. "Kalau begitu, habiskan minuman ini."

Valentine menatap botol bir di hadapannya, lalu kembali menatap Vincent—pria yang aura kelamnya lebih menakutkan dari malam itu sendiri.

"Seorang pria menindas wanita... kau pengecut," jawabnya tajam. Matanya tidak goyah, walau jelas terlihat bahwa jantungnya berdetak lebih cepat.

Semua teman Vincent yang duduk di sekeliling langsung saling memandang dengan cemas. Mereka yang mengenal Vincent tahu: pria itu paling tidak tahan disinggung egonya. Mereka menggeleng pelan, sebagian bahkan sudah siap bangkit untuk berjaga kalau-kalau Vincent kehilangan kendali.

"Habiskan, dan kau bisa membawanya pulang. Tapi kalau kau gagal..." ucapnya pelan, penuh tekanan, "Bukan hanya dia, kau juga akan menerima akibatnya."

"Kau bukan manusia..." ucapnya lirih, namun jelas.

Vincent menyeringai. Senyum dingin yang mengandung kegilaan dan ancaman.

"Tepat sekali... aku bukan manusia, dan karena itu, kau harus habiskan minuman itu demi nyawamu." Ia mendekat, membisikkan kalimat selanjutnya di telinga Valentine. "Kalau tidak... kau akan melayani semua anggotaku malam ini."

Suara itu menggema seperti dentang neraka di telinga Valentine.

1
Isnanun
sudahlah Jacky gak usah dendam dan iri malah ngerugikan dirimu sendiri
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Naufal Affiq
aku suka gaya mu bos,
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Bu Kus
semakin seru aja lanjut lg dong thro
Isnanun
aaaah gak bisavkomentar lajut thor banyak" ya
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Isnanun
lanjut lanjut lanjut
Isnanun
yg gak bisa nahan godaan itu kamu Jacky
Naufal Affiq
ada aja masalah yang datang
Akai Kakazain
duh thor dikit amat😑 lnjut thor chyo
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Bu Kus
lanjut lg dong thro
Bu Kus
lha emang nya kamu Jacky .Vincent orang setia
Lydia
Bagus
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Isnanun
mau ngelawan paman mu sendiri siap" kalah
Kamriah Kanang
bab 21 dan seterusnya nya dong
Bu Kus
jangan mau valentine jak juga jahat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!