NovelToon NovelToon
Something About You

Something About You

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:161
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ela Safitri

Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selalu bersama

Arjuna tengah berkutat di dapur merapikan beberapa peralatan rumah tangga yang di masih tersisa disana, milik sang pemilik rumah, sedangkan Renjana duduk berpikir tanpa melakukan apapun.

“Bisakah kamu membantuku wahai Istriku?.” Sindir Arjuna yang membuat Renjana menoleh.

“Kita ga mungkin kan bertahan dengan uang yang kamu punya, lama kelamaan bakal habis.”

“Kita pikirkan besok soal itu, bantu aku membersihkan ini sebelum malam.”

“Hahh...” Renjana beranjak dari duduknya menghampiri Arjuna “Aku lapar.” Rengek Renjana dengan wajah polosnya, gadis itu selalu menunjukkan raut apa adanya membuat Arjuna tidak bisa menolak.

“Ada singkong disini, setelah membersihkan dapur aku akan memasaknya.”

“Di bakar aja biar cepet, toh sama aja kan rasa nya tetap singkong.”

“Kalau gitu lanjutkan ini, aku akan menyalakan api.”

Renjana melanjutkan pekerjaan Arjuna yang membersihkan peralatan dapur, sedangkan pria itu mulai menyalakan api di tungku batu bata untuk memasak. Hanya ada beberapa biji korek api yang tersisa untuk menyalakan apinya, dia juga butuh korek api untuk menyalakan lampu minyak.

“Aku memikirkan untuk menanam beberapa sayuran di halaman sebelah, bagaimana menurutmu?.” Pertanyaan Arjuna membuat Renjana menoleh.

“Ide yang bagus, lumayan untuk menekan pengeluaran juga.”

“Kita juga bisa menjualnya, karena tidak bisa meninggalkan nama di tahun ini, kita harus mencari uang dengan jalur tanpa identitas.”

“Toh kita juga ga punya identitas.”

Setelah membersihkan dapur dan menyiapkan makanan, mereka berdua masuk kedalam rumah, mengunci seluruh lubang pintu dan jendela yang tersisa. Seperti yang dikatakan oleh Pak Djoko dan Bu Mirah kalau di area ini masih banyak tukang kapak, bukan pande besi, melainkan sejenis kejahatan rampok. Parahnya lagi kadang bukan hanya merampok tapi juga memperkosa.

Renjana dan Arjuna duduk di kursi ruang tamu, singkong yang mereka bakar siap untuk di santap. “Di perempatan itu ada warung, kenapa nggak nyari biji di sana saja?.”

“Tidak ada, belum di jual di sana. Kita bisa menemukan di pasar besar.” Jawab Renjana sambil menyantap singkongnya yang masih panas, “Ah panas.”

“Hati-hati.” Arjuna mengambil singkong bakar yang ada di atas meja dan mengupasnya kemudian meniupnya perlahan lalu memberikan pada Renjana.

“Thanks.”

“Kamu memang tipe orang yang sembarangan melakukan apapun?.”

“Apa?.” Renjana menatap Arjuna dengan wajah polosnya.

“ehm tidak.” Arjuna berdiri dari duduknya dan masuk kedalam kamar, pria itu mengambil jaketnya dan memberikan pada Renjana.

“Pakai, jangan sampai kamu sakit karena kedinginan, di luar kayaknya hujan.”

“Nggak dingin tuh.”

“Ya udah sih pake aja.”

Malam itu udara memang lebih dingin dari biasanya, hujan semakin deras. Baik Renjana maupun Arjuna tidak ada yang beranjak dari tempat duduknya, di temani secangkir minuman hangat yang Arjuna buat tadi serta lampu minyak satu-satunya yang mereka punya.

Glederr!!

Suara petir mengejutkan Renjana, gadis itu menutup telinganya sambil memejamkan mata. Kakinya sudah terangkat ke atas kursi tempatnya duduk, Arjuna hanya memperhatikannya tanpa henti, memastikan jika Renjana memang takut dengan suara petir.

“Kamu baik-baik saja?.” Pertanyaan Arjuna mendapatkan anggukan kecil dari Renjana walaupun matanya masih terpejam. “Sekarang sudah mulai tengah malam, tidurlah, aku akan berjaga disini.”

Renjana membuka matanya, mata gadis itu bertemu langsung dengan tatapan hangat Arjuna. “Bisakah kamu menemaniku malam ini, hanya sampai hujannya reda. Toh sama aja kan kalau kamu berjaga dari kamarku.” Arjuna tahu kalau Renjana tidak ada maksud lain selain karena takut dengan suara petir.

“Kamu takut petir?.”

Renjana mengangguk, “Bukannya aku takut, tapi aku tidak nyaman kalau hujan dalam keadaan gelap.”

“Aku akan menemanimu, jadi ayo masuk kamar.”

“Terimakasih Juna.”

Sambil membawa lampu minyak, Renjana dan Arjuna masuk kedalam kamar Renjana.

Arjuna meletakkan lampu minyaknya di atas meja, kemudian pria itu menarik kursi untuk duduk. Sedangkan Renjana berada di ranjang, menarik selimut untuk menutupi setengah tubuhnya karena dingin. Sambil merebahkan tubuh, Renjana melihat kearah Arjuna. Pria itu tidak melakukan apapun selain melihat sekitar kamar, dan beberapa kali juga pandangan mereka bertemu.

“Kalau kamu lelah, kamu bisa tidur disini. Biasanya juga gitu kan.” Renjana menggeser tubuhnya, memberikan tempat untuk Arjuna.

“Tidak, aku akan kembali ke kamar setelah kamu tidur.” Arjuna juga lelah, tapi dia tidak bisa lagi tidur di sebelah Renjana. Bahkan sekarang pun jantungnya berdetak lebih cepat, kepalanya pening karena banyaknya kupu-kupu beterbangan di dalam perut.

Jatuh cinta, sesungguhnya Arjuna pernah menyukai Renjana kali pertama pria itu melihat  Renjana. Secara fisik Renjana adalah tipe nya, cantik, postur tubuh dan wajahnya adalah idaman Arjuna. Tapi makin jauh mengenal Renjana, gadis itu lebih cocok menjadi adiknya, sifat Renjana jauh dari kata idamannya lagi. Kalau boleh mengatakan, wanita idamannya lebih seperti Sendu, penyayang, lembut, sopan, dan terlihat sangat menyukai anak-anak.

“Juna.” Panggilan Renjana membuyarkan lamunan Arjuna, gadis itu melihat memperhatikan Arjuna dengan mata cantiknya.

“Kenapa?.”

“Jika kita tidak bisa pulang, bagaimana?.”

“Kalau kita datang berarti kita bisa pergi, tandanya bagaimanapun caranya jika sudah waktunya pulang, kita akan pulang.”

Renjana menganggukkan kepala paham, “Menurutmu yang terjadi dengan kita tidak masuk akal kan?.”

“Iya buat kita, tapi di dunia ini cukup luas, mungkin kejadian seperti ini bukan hanya kita aja.”

“Aku memikirkan banyak hal, kenapa kita di ada disini, kenapa kita harus berada di tahun ini. Tapi semakin aku pikirkan, aku tidak mengerti.”

“Mungkin ada sesuatu yang harus kita lakukan.”

Renjana kembali melihat Arjuna setelah sebelumnya gadis itu menatap langit-langit kamar, “Bagaimana menurutmu tentang ayah dan ibuku? Apa mereka akan bersama? Seharusnya mereka bersama kan?.”

“Karena kita datang dari masa dimana kamu lahir di keluarga mereka, maka seharusnya mereka akan menikah.”

“Kamu yakin?.”

“Iya.”

“Bagaimana jika mereka tidak menikah, bagaimana jika sejarah bisa berubah? Ayahku hampir mati jika aku tidak datang membantunya.”

“Jangan pikirkan hal tidak-tidak. walaupun kamu tidak ada disini, orang lain tetap akan menyelamatkannya. Walaupun ayahmu dirumorkan akan menikahi calon kakaknya yang meninggal, pasti ada cara yang membuat mereka tidak menikah.”

“Kamu benar.”

“Ren.” Arjuna memutar matanya berusaha ingin bertanya,

“Apa?.”

“Jika kamu datang kesini sendirian? Apa yang akan kamu lakukan?.” Pertanyaan yang Arjuna lontarkan entah kenapa membuat hati Arjuna sendiri teriris, dia seakan tidak rela membiarkan Renjana sendirian. Apalagi dengan sifat Renjana yang seperti itu, dia mungkin akan berakhir buruk tanpa Arjuna.

“Itu-.” Renjana berpikir lama, “Aku tidak tahu, aku akan menyerah. Toh pada akhirnya niatku sejak awal mati.”

“Kenapa kamu harus mati?.”

“Entahlah, aku lelah.” Renjana tersenyum tipis.

“Kamu pernah beristirahat? Kenapa kamu ga nyoba buat istirahat kalau lelah?.”

Renjana bangun dari posisi tidurnya dan mulai menyandarkan punggung di sandaran ranjang.

“Aku sendiri tidak ada waktu istirahat.” Renjana mulai berpikir, “ada banyak hal yang aku lakukan selama berada di rumah, ibuku tinggal sendiri, dia hanya punya aku yang menemaninya sejak ayah pergi. Semua keluh kesahnya, aku yang mendengarkan. Tapi aku tidak punya tempat untuk membagikan kekhawatiranku soal hidup, aku takut tidak jadi apapun dan tidak bisa membuat kedua orang tuaku bangga melahirkanku. Itu terdengar menggelikan hahaha.”

“No, I feel you.”

Renjana tersenyum, “Aku berusaha sangat keras untuk mendapatkan pekerjaan, banyak melakukan tes, wawancara, dan lain sebagainya. Aku tidak berpikir salah jurusan tapi ternyata aku tidak mampu di bidang itu, aku selalu gagal dan gagal. Tapi orang lain tidak membutuhkan proses yang aku lakukan untuk tetap hidup. Aku menyerah dan aku sudah mulai lelah.”

Arjuna terdiam, tidak ada yang bisa dia katakan pada Renjana. Posisi yang hampir bisa menimpa siapapun, bahkan dirinya sendiri. Arjuna mengerti keputusan Renjana adalah keputusan bodoh, tapi dia tidak bisa menyalahkan semuanya pada gadis itu. Ada kalanya manusia berada pada titik terendah hingga apapun yang dilakukan sudah tidak mampu menopang kesedihannya.

“Saat aku percaya Tuhan berada di pihakku, aku gagal lagi.” Renjana tersenyum, “Aku hanya manusia dan setiap manusia punya batasnya sendiri-sendiri, saat aku memutuskan mengakhiri hidup, batasku telah habis.”

Renjana mengusap air matanya yang tanpa sengaja merembes keluar membasahi pipi, “Maaf.” Renjana menutup wajahnya menggunakan kedua tangan.

Arjuna mulai beranjak dari duduknya dan menghampiri Renjana, tidak mengatakan apapun selain membawanya ke dalam pelukan dan mengusap punggungnya lembut.

“Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Arjuna lembut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!