Sweet Marriage Revenge

"Ada banyak sekali skandal dalam keluarga calon istriku. Apa kau ingin aku memberitahu fakta yang mengejutkan, Tuan Andi?" tanya Ransom. Ia siap memberitahu fakta yang pasti mengejutkan semua orang.

"Apa yang kau tahu?" Andi balik bertanya.

"Sebenarnya kau itu sudah menikahi perempuan yang salah. Kau tidak menyelidiki siapa istrimu ini yang sebenarnya." Ransom tersenyum licik.

"Apa maksudmu? Jangan mentang-mentang kau berkuasa, maka kau bisa bicara seenaknya." Anna berucap marah.

"Nyonya Anna, kau lah yang paling tahu apa yang terjadi di sini. Termasuk asisten Tuan Andi. Kau tahu betul siapa beliau sebenarnya."

"Apa?!" Andi memandang Juni. "Ada apa ini?" tanyanya.

Mungkin ini bisa menjadi peluang, begitulah pikiran William. Jika ia bisa membocorkan rahasia Anna, maka Andi maupun Sydney akan menerimanya kembali sebagai calon menantu keluarga ini.

"Tuan Andi, aku tahu siapa mereka," ucap William dengan tiba-tiba.

"Kau tahu?" Ini sungguh kejutan bila William saja sampai tahu.

"Juni adalah mantan suami Nyonya Anna. Dia itu ayah kandung Manda."

"Apa?!" Andi dan lainnya kaget, kecuali Sydney serta Ransom, yang baru tahu setelah Sydney membisikkannya.

"Apa itu benar, Juni?!" Andi kembali emosi. Sebenarnya apa yang terjadi pada keluarganya? Ada banyak hal yang tidak ia ketahui.

"Itu semua bohong, Tuan. Saya tidak punya hubungan apa pun dengan Nyonya Anna dan Manda. Tuan William, Anda sudah memfitnah saya," ucap Juni.

"Itu kenyataan. Kau dan mantan istrimu itu ingin menguasai perusahaan," ucap William.

"Kalian ... aku tidak akan memaafkan kalian semua!" Andi memegang dadanya.

"Tenang, Ayah." Sydney mengusap punggung Andi. "Kalian semua dipecat!"

"Nona Sydney, Anda bukan seorang pemimpin perusahaan," ucap Juni.

"Perkataan putriku adalah perkataanku juga. Kalian semua kupecat, termasuk Anna, pergi dari rumahku ini."

"Sayang, aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengan Juni. Dia hanya mantanku saja," ucap Anna.

"Kau pikir aku percaya dengan ucapanmu itu?!" Andi berang. Melihat wajah Anna saja sudah ingin membuatnya menghabisi wanita itu.

"William!" Manda menampar wajah kekasih gelapnya itu. "Lancang! Kau memfitnah keluarga kami, padahal kau yang datang menggodaku. Kau lakukan itu karena kau tidak bisa meniduri Sydney."

"Kau ... itu semua bohong." William kembali berkelit.

"Cukup!" Andi menggebrak meja. "Kalian semua sudah melewati batas. Aku ceraikan kau sekarang juga, Anna. Pergi dari rumahku. Bawa serta putrimu itu. Lalu kau, William. Pertunanganmu dan Sydney, batal."

"Apa? Tidak, aku tidak mau." William tidak bisa membiarkan ini.

"Kau bisa merebutnya dariku," ucap Ransom.

Mencari gara-gara pada Ransom sangat tidak menguntungkan. Sial! Ini semua gara-gara Manda.

"Sydney, kau mencintaiku, kan?"

"Aku tidak pernah mencintai pria sepertimu." Sydney memalingkan wajahnya.

"Pergi kalian!" usir David.

"Sayang, aku mohon maaf. Ini semua tidak benar," kata Anna.

"Aku tidak mau melihat mereka lagi." Andi sudah muak dan ingin segera pergi.

"Tugas di sini, aku serahkan padamu," ucap Sydney pada calon suaminya.

"Tenang saja, Sayang." Ransom tersenyum penuh arti.

Sydney membawa Andi naik ke lantai atas. Ayahnya harus segera istirahat. Syukurlah semuanya jadi terbuka lebih cepat sekarang. Setidaknya, Sydney menghalangi kematian dari kakak dan ayahnya.

"Nak, kau pasti menderita. Kau telah hidup bersama orang-orang itu. Ini salahku." Andi bersedih.

"Ayah, ini bukan apa-apa. Jangan salahkan diri ayah sendiri."

"Aku terlalu larut dengan kesedihanku."

"Mereka semua sudah diusir. Aku dan David baik-baik saja. Jangan dipikirkan."

"Lalu, bagaimana dengan Ransom? Kau sungguh setuju menikah dengannya?"

"Janji harus ditepati."

"Ayah bisa membatalkan pernikahan ini kalau kau tidak menginginkannya. Kita bisa menjual perusahaan, lalu pindah ke luar negeri."

"Tidak perlu, Ayah. Aku akan menikahi Ransom." Karena Sydney masih belum puas dengan dendam ini. Anna, Manda dan William harus mati menderita.

Pintu kamar diketuk dari luar. Sydney berjalan ke arah depan, membuka pintu dan menemukan David.

"Mereka sudah pergi?" tanya Sydney.

"Bawahan Ransom mengurusnya, tapi pria itu ingin menemuimu."

"Kau jaga ayah. Oh, ya, dia akan menjadi adik iparmu."

"Kau sungguh ingin menikah dengannya?"

"Ayah sudah berjanji, kan?" Sydney keluar dari kamar. Sekarang David tidak tahu apa yang direncanakan oleh adiknya ini. Meski begitu, rencana Sydney telah berhasil mengusir Anna dan anteknya.

Sydney menemui Ransom yang masih berada di rumah ini. "Kenapa kau tidak pulang?"

"Besok, aku akan menjemputmu. Kita harus mengukur baju pernikahan dan mengurus segalanya."

"Hmm, aku akan ikut besok." Dengan malasnya Sydney menjawab.

"Berikan nomormu."

"Catat, aku akan mengejanya."

Leo sampai kaget karena satu-satunya wanita yang berani pada Ransom hanya Sydney seorang. Leo yang ditugaskan mencatat, lebih memilih merekam suara Sydney.

"Kau sudah kutolong, tapi masih saja bersikap dingin."

"Aku juga menolongmu."

"Kuperhatikan, wajah Nona Sydney mirip dengan gadis itu." Leo mencoba mengingat gadis yang ditawarkan oleh William.

"Jangan kau pikirkan, Leo. Dia memang wanita itu."

"Apa? Jadi, kau dan Nona Sydney sudah ...."

"Jangan diteruskan!" Sydney memandang Ransom dan Leo dengan wajah cemberutnya.

"Jodohmu tidak jauh rupanya," kata Leo.

"Pulanglah. Ini sudah malam."

"Aku akan kirimkan pelayan untuk membantumu di sini." Ransom mengerti karena semua pelayan di rumah ini sudah diusir.

"Terima kasih atas pengertianmu. Aku memang membutuhkannya."

"Aku pulang dulu. Sampai jumpa besok." Ransom mengajak semua bawahannya untuk pergi.

Sydney dapat bernapas lega setelah semuanya pergi. Rumah ini jadi sepi, tetapi menjadi tenang setelah parasit yang sekian lama menempel terlepas dari kediaman keluarga Forest. Tinggal menikah saja dengan Ransom. Mendapatkan anak, lalu bercerai darinya.

"Kau sungguh ingin menikah dengan putri dari Tuan Andi Forest? Banyak wanita disekelilingmu, dan mereka juga dari keluarga ternama," ucap Leo.

"Kau pikirkan saja jika aku menikah dengan gadis dari keluarga lain. Apa yang akan mereka minta dariku? Kau bisa membedakannya. Tuan Forest itu lebih memilih kebahagian putrinya daripada dirinya sendiri. Apa kau tidak ingat saat dia memohon padaku? Dia tidak mau anak-anaknya susah apabila dia kehilangan perusahaan."

"Benar juga. Keluarga lain pasti meminta kerja sama."

"Satu lagi, wanita itu pasti tidak mau ketahuan jika dia adalah istriku."

"Kenapa?" tanya Leo.

"Aku sendiri tidak tahu. Tapi, coba kau pikirkan, mana ada gadis di negeri ini yang tidak tahu siapa itu Ransom Alexander. Hanya dia saja. Entah di dunia mana dia hidup."

"Jadi, kau kesal karena dia tidak tahu siapa dirimu?"

"Aku hanya kaget." Ini karena keengganan Sydney padanya saat malam itu.

"Ngomong-ngomong, dia sungguh masih perawan?"

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Dia punya tunangan."

"Dia masih perawan saat tidur denganku."