Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Jingga dikejar Preman.
Alisa dan Kiara pun kini mulai bertekat untuk menyingkirkan Jingga, ia pun berdiskusi bersama Bramantyo.
Ruang kerja Bram.
"Dad, maafkan kami sudah gagal untuk membuat jingga menderita," ucap Kiara.
"Alisa juga minta maaf karena sudah bilang pada Ruben," ucap Alisa.
"Daddy sudah yakin kalian pasti gagal karena Ruben mengancam kalian, tapi tenang saja Daddy punya rencana lain dan Daddy sudah beritahu ke alisa," ucap Bramantyo.
"Rencana apa?" tanya Kiara.
"Nanti juga kalian berdua akan tahu,"ucap Bram.
Di lain sisi,
Ruben mengajak pergi Jingga dari mansion Karindra untuk menuju kerestoran siap saji.
Empat puluh lima menit kemudian, kendaraan roda empat itu tiba. Ruben pun dengan segera menghentikan mobil untuk diperkirakan. Setelah itu Ruben dan Jingga memesan banyak hidangan yang tersedia didalam buku menu.
Setelah makanan disajikan,
Jingga nampak menikmati hidangan yang telah tersaji didepannya. Ada ikan salmon, sayur hijau, dan ada ayam karage yang mampu untuk menggugah selera makannya. Dia merasa bahagia bisa lepas dari rasa haus dan lapar karena sang suami begitu mengerti Jingga.
Ruben Karindra menggelengkan kepala."Sayang, makannya pelan-pelan dong nanti tersedak,"
"Aku lapar banget, sudah seperti tawanan saja aku disana," kata Jingga.
"Maafkan perbuatan Alisa dan Kiara ya, mereka sepertinya tak suka sama kamu juga," ucap Ruben.
"Ya, aku paham mereka tak suka sama aku," ucap Jingga.
"Kamu harus lebih bersabar lagi untuk menghadapi mereka," ucap Ruben.
"Ya, ini demi hubungan kita, aku akan coba bersabar,"ucap Jingga
"Satu lagi aku mohon kamu keluar dari kantor Arga ya," pinta Ruben.
"Memang kenapa aku harus keluar dari kantor?"tanya Jingga.
"Pertama kamu harus menaklukkan hati Daddy, itu artinya lebih baik kamu kerja bareng aku dengan begitu kamu dan Daddy punya waktu untuk sering bertemu," ucap Ruben.
"Hmmm, boleh juga ide kamu. Nanti akan kupikirkan," ucap Jingga.
"Penawaranku ini jangan ditunda karena semakin lama aku yakin alisa dan kiara punya niatan jahat selama aku tidak ada dimansion," ucap Ruben.
"Ish, mas! jangan berburuk sangka sama orang lain. Istigfar mas ...," ucap Jingga.
"Astagfirullah, mas khilaf. Makasih kamu sudah mengingatkan mas," ucap Ruben.
"Kamu tenang ajah selama kamu nggak ada, aku ini cewek kuat bukan cewek lemah. Aku nggak biarin mereka menindas aku kalau kamu nggak ada," ucap Jingga.
"Ya aku tahu, tapi tetap saja penawaranku ini harus segera kamu pertimbangan," ucap Ruben.
"Baiklah, Mas Ruben aku akan pertimbangan semua yang kamu inginkan ini," ucap Jingga sambil menyeruput minuman kuning.
*****
Disisi lain,
Seorang pria paruh baya sedang memperhatikan monitor besar yang terpampang jelas dikacamatanya.
Bram melempar vas bunga."Kurang ajar! kenapa bisa anakku berencana untuk memasukan gadis miskin itu dalam kantorku. Aku tak akan biarkan ini terjadi."
Bram sengaja memasang alat kecil yaitu, penyadap suara didalam tas Ruben. Ia melakukan semua ini untuk memastikan rencana apa yang akan dilakukan oleh Ruben terhadap istri sirihnya.
Pria paruh baya itu, terkesiap untuk merogoh saku jas berwarna biru tua untuk menghubungi anak buahnya.
"Halo, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan! segera bertindak besok," titah Bram dengan nada tegas.
"Baik, bos. Saya akan lakukan,"ucap anak buah.
Tut.. Tut.. Tut..
Keesokan harinya,
Seperti biasa mentari muncul dipagi yang buta, Jingga segera terbangun dari mimpi panjangnya. Ia pun segera bergegas kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu ia pun menggendari sepeda motor untuk pergi ke pasar
membeli bahan makanan yang harus disajikan untuk keluarga Karindra.
Kuda besi itu melaju dengan kecepatan tinggi.
"Dingin," ucap Jingga sambil menghirup udara segar.
Ketika Jingga menikmati hari paginya, tiba-tiba saja dari arah samping terdengar suara klakson yang berdengung keras.
"Hei, gadis cantik minggir sebentar dong," ucap pria berambut panjang.
"Siapa sih kamu, aku nggak kenal,"
"Makanya kenalan dulu dong, cantik," goda pria lain.
Jingga tak mendengarkan lagi perkataan mereka, ia pun segera menekan stir lebih kencang lagi. Berharap para preman itu tak mengikutinya. Namun dua preman itu terus saja mengikuti motor Jingga dari arah belakang, lalu segera menempelkan diri dari sisi kanan.
"Kurang ajar, para preman itu maunya apa sih. Kalian belum tau kan siapa aku," ucap Jingga
Kuda besi itu terus melintasi area jalan besar, lalu dipertigaan ada sebuah tanda bahwa tak boleh dilewati, ada palang besar.
Jingga yang cerdik membawa kuda besi terguling sesaat, sehingga bisa melewati batas palang.
Dua preman itu tercengang meliat aksi brutal yang dilakukan oleh Jingga.
"Dia bukan wanita biasa," ucap preman.
"Sepertinya begitu, dia sama sekali tak takut dengan kita. Ini menarik. Coba sekarang kita putar arah dan cari cara untuk menghadang dia didepan!" ucap kepala preman.
"Oke, bos."
Mereka pun berhasil mencari jalan tembusan dan menghadang Jingga kembali dari arah depan.
"Mau kemana si cantik, buru-buru banget. Abang mau kenalan ini," ucap preman itu sambil mencolek dagu jingga.
Jingga menendang kemaluan sang preman dengan sikit kaki," Rasain."
"Akh ...," pekik preman.
Jingga pun melarikan diri dengan berbalik arah bersama kuda besi.
"Kenapa para preman sepagi buta ini mengangguku, seperti ada yang tak beres. Mereka itu pasti orang bayaran,tapi siapa ya. Apa ini ulah mertuaku, adik ipar, atau alisa?" batin Jingga.
Jingga terus saja bertanya dalam hatinya, namun dia lelah dengan semua prasangka buruk yang tak ada artinya. Ia pun segera melanjutkan perjalanan menuju pasar.
Pasar Tradisional.
"Wah, tumben rame sekali. Mungkin. Karena dua hari lagi puasa kali ya. Jadi pasar ini rame," pikir Jingga.
Jingga menyelusuri jongko-jongko pasar, matanya berbinar melihat sayur berwarna hijau, daging ayam, dan kentang.
"Bang, berapa harga daging ayam satu kilogram?" tanya Jingga.
Pedagang itu melihat penampilan jingga yang nampak lusuh, sehingga pedagang itu kurang tertarik untuk menanggapi pertanyaan Jingga.
"Bang, kok diam saja. Jawab dong berapa harganya aku mau beli," ucap Jingga
"Memangnya situ mampu beli daging ayam yang harganya lagi selangit ini," ucap bang Udin.
"Kok abang jadi menghina aku?" tanya Jingga.
"Bukan menghina neng, tapi saya tahu kalau neng itu hanya bertanya saja tanpa mampu dan niatan untuk membeli dagangan saya," ucap bang Udin.
"Bang, bisa tidak jangan menghina seperti itu. Aku mampu beli kok," seloroh Jingga.
"Saya melihat penampilan neng yang kucel dan lusuh seperti ini. Biasa pelanggan saya itu bajunya mentereng," ucap bang Udin.
"Bang,tolong jangan melihat seseorang itu dari luar saja dong," ucap Jingga.
"Kalau begitu neng tidak perlu tanya harga tinggal pilih saja apa yang neng hendak mau beli, nanti saya totalkan harganya," ucap bang Udin.
"Oke, kalau begitu," ucap Jingga.
TBC.
(To Be Continued)
Tinggalkan jejak berupa like, vote, dan komentar ya. Terima kasih.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh