Lola Anggraini siswi SMA Kumbang cewek paling terkenal karena sifat bar-bar dan cuek nya. pertemuan dengan Angga cinta pertama Lola dari sejak masih kelas 6 SD membuat hati nya berbunga dan menganggap Angga masih pacar nya.
Tapi Angga yang dulu bukan lah yang sekarang, Di cuekin digalakin dijutekin ditolak oleh Angga adalah hal yang sudah biasa dengan mental pedenya seperti Om Tukul Arwana Lola mengacuhkan semua hal itu.
Sampai suatu malam Angga dengan kata-kata kasar meminta agar Lola menjauh dari hidup nya, sehingga membuat Lola berjanji pada dirinya sendiri untuk off bucin terhadap Angga.
Daren cowok badboy yang selalu mengejar Lola memberikan warna tersendiri mengisi hari-hari Lola dengan perhatian dan tulus nya cinta dan persahabatan.
Bagaimana kisah selanjutnya Apakah Lola benar-benar bisa off jadi seorang bucin baca ya guys biar gak kepo
jadiin favorit ya kalau udah baca.
Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampa
Lola kembali bersama Palupi ke kelas saat waktu istirahat masih 30 menit lagi, wajah innocent nya dengan tatapan mata yang selalu berkeliling, berjalan dengan langkah santai menyusuri koridor. Di pintu masuk kelas dia berpapasan dengan Angga, seketika senyum Lola langsung mengembang dengan mata tulusnya yang berbinar.
"Hii Ucup, mau ke kantin ya?"sapa Lola dengan ramah tanpa dibuat- buat.
Angga tidak menjawab Dia hanya melirik sekilas lalu bergerak minggir untuk memberi jalan kepada Lola masuk ke dalam kelas. Lola tidak masuk kelas tapi malah berdiri berhadapan dengan Angga hingga pintu kelas tertutup oleh mereka berdua.
"Ngapain masih di situ? mau masuk atau keluar lo?" tanya Angga dengan nada sewot.
"Mau ikut lo Cup, hehehe," jawab Lola dengan senyum.
Mata Angga langsung melotot tajam.
"Beneran gila nih cewek udah cupu gak modis, bodoh tapi pd-nya setinggi gunung. Nyebelin tapi kalau gue tolak gue dah makan martabak telurnya. Bomatlah," batin Angga pergi berlalu keluar dari ruang kelas.
"Ucup! Tunggu!" teriak Lola membuat beberapa siswa siswi yang ada di koridor menoleh ke arah Angga.
Angga mempercepat langkahnya dia tidak ingin berdebat di depan siswa yang lain.
"Sialan pake manggil Ucup segala, bikin malu aja tuh sih dawet item," batin Angga.
Angga dengan wajah tetap tenang berjalan menyusuri koridor gedung sekolah tujuannya satu yaitu halaman samping gedung kelas sepuluh dekat gudang, tempat pertama kali bertemu dengan Lola.
"Cup! cepet banget sih jalannya kayak mau ngajak lomba sprint aja." protes Lola terengah mengikuti langkah Angga.
Angga tak menggubris omongan Lola, dia malah semakin mempercepat jalannya dan Lola makin jauh tertinggal di belakang Angga.
"Aseeem tuh doi malah makin menghindari gue. Lihat aja, semakin lu jauh semakin gue dekat. Kukejar kau hap lalu ketangkap wkwk," seloroh Lola tertawa sendiri.
Angga duduk di bangku panjang sambil bersandar. melipat tangan di dada.
"Gue harus ngomong ma si Cendol kalau antara dia dan gue end," gumam Angga mendengus.
Lola terengah begitu sampai di tempat Angga duduk dengan wajah jutek dan dingin menatap ke arah Lola.
"Ucup bengek gue ngikutin Lo, dah kek siluman aja lu jalan," keluh Lola masih dengan nafas terengah.
"nggak ada yang suruh lu ngikutin gue," saut Angga dingin dengan tatapan tajam.
"Ngomongnya gitu amat sih lo, nggak bisa apa lembut dikit aja ama gue. Lagian sejak pertama kali ketemu kemarin sampai kini lu sama gue jutek banget sih. Harusnya kalau gue salah sama Lo, lu bisa kan kasih tau gue tanpa harus bersikap kayak gini,"kata Lola dengan serius mengkritik sikap Angga terhadapnya.
Lola menatap manik mata Angga yang dingin dengan tatapan datar.
"Gue mau lu ngejauhin gue! Anggap aja kita nggak saling kenal. Dan gue minta lu jangan ganggu gue lagi, diantara kita nggak ada hubungan apapun." tandas Angga membuat hati Lola tersentak.
Lola menelan ludahnya, dia merasa dadanya bergemuruh mendengar kata-kata yang Angga ucapkan keluar dari mulutnya.
'Kasih tau gue apa alasan nya?" tanya Lola berusaha tenang padahal hatinya sedang tercabik dan terluka dengan keputusan Angga.
"Gue enggak ada perasaan apapun sama lu, janji yang pernah kita ucapkan dulu itu cuman janji monyet. dan semuanya udah berakhir," kata Angga tegas tanpa mempedulikan perasaan Lola.
Lola tak mampu menyahut lidahnya menjadi kelu, pikirannya menjadi bingung, mulutnya tidak bisa bicara kecuali diam. Penantiannya selama 5 tahun untuk cinta masa kecilnya serasa terhempas dan terampas dengan paksa oleh keputusan yang Angga buat saat ini.
Lola sekuat tenaga menahan air mata agar tidak jatuh di pipinya.
"Gue nggak boleh nangis di depan Ucup, gue harus kuat. Gue Lola punya hati yang terbuat dari besi punya malu yang terbuat dari tembok, gue nggak akan ngaruh sama semua yang lu bilang sekarang ini Cup." batin Lola menyemangati hatinya.
"Nggak boleh baper gak boleh galon, gak boleh baper, gak boleh galon. Baper hempas!" batin Lola menyakinkan dirinya untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh apapun dengan kata-kata Angga.
"Gue harap lu ngerti," kata Angga lalu pergi meninggalkan Lola yang masih diam terpaku.
Di halaman tengah anak-anak yang tergabung dalam kelompok Padus atau paduan suara sedang melakukan latihan untuk upacara memperingati hari nasional besok. Saat melihat Angga berjalan melewati mereka, semua langsung tersenyum menatap kearah Angga yang berjalan dengan cool nya.
"Omegot! lihat tampilannya Cogan baru kece badai. Gengs," puji salah satu siswa dengan wajah terpesona sambil memegang kedua pipinya.
Begitu juga dengan beberapa siswa yang berpapasan di koridor memuji dan menyapanya. Bahkan ada seorang siswi yang pura-pura menjatuhkan pulpennya tepat di depan Angga hingga Angga menghentikan langkahnya. Cewek itu berjongkok untuk mengambil pulpen sambil tersenyum manis ke arah Angga.
"Minggir." perintah Angga jutek tanpa melihat ke arah si cewek.
Melihat tampang Angga yang jutek dan dingin membuat cewek menyingkir itu lalu berdiri dan menatap kepergian Angga.
"Ganteng nya selangit tapi seremnya kek kuburan," ucap cewek itu lalu berjalan berlawanan arah dengan wajah masam.
Lola duduk di kursi dengan tatapan kosong, hatinya terasa kacau balau. Ingin teriak, marah dan menangis tapi semuanya tak ada yang bisa dia lakukan. Lola menyenderkan tubuhnya di dinding.
Netra nya menatap sinar matahari yang menembus sela-sela ranting yang rimbun dengan dedaunan juga buah mangga yang bergelantungan. Wajahnya terasa hangat tapi hatinya hampa tanpa rasa.
"Air mata kenapa lu gak keluar, demo gue kek biar ada yang hilang dari hati gue," protes Lola pada diri sendiri.
Lola memejamkan matanya berharap bisa menangis. Lola mengingat setiap kenangan bersama Angga di waktu kecil dengan harapan bisa menangis agar ada yang dia rasakan saat ini.
Nyesss
Sesuatu yang dingin di pipinya membuatnya tersentak hingga Lola membuka matanya membulat.
"Njiir, sialan Lo bikin kaget aja," dengus Lola kesal mengambil yogurt leci kesukaan nya dari tangan Daren.
Sruupppp
"Makasih," ucap Lola setelah meneguk yogurt leci hingga tersisa tinggal sepertinya.
"Hmmm," Daren berdeham.
Daren mengeluarkan sebungkus rokok dan mengambil Sebatang lalu menyelipkan diantara jari telunjuk dan tengahnya.Lola beranjak dari duduknya tanpa melihat ke arah Daren yang siap menyalakan rokok di mulutnya.
"Temani gue." tangan Daren memegang pergelangan tangan Lola yang terbungkus kemeja panjang batik motif warna biru sekolah mereka.
"Lepas atau gue-!" geram Lola tanpa menatap ke arah Daren.
"Atau apa?" tantang Daren tanpa melepaskan cekalan tangannya.
Daren berdiri mendekat ke arah Lola, manik matanya menatap dalam ke manik mata Lola.
"Nihh!" bentak Lola menghentak kan kakinya sekuat tenaga menginjak kaki Daren.
"AAAAAWWWW! Anjirrr Lo!" teriak Daren mengusap kaki nya sambil meringis kesakitan.
"SOKOORRR!" teriak Lola pergi meninggalkan Daren.
"Liat aja, suatu hari nanti gue pasti bakal dapatin Lo," senyum smrik tersungging di bibir Daren.
..."Kata orang, patah hati itu hampa rasanya. Kosong. Malas melakukan apapun termasuk tidur"...