NovelToon NovelToon
Sandiwara Cinta Sang Presma (Presiden Mahasiswa)

Sandiwara Cinta Sang Presma (Presiden Mahasiswa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Dilarang memplagiat karya!

"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"

"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."

"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."

Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.

Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.

Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.

Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 2 Setangkai Mawar

Happy reading

Mobil sporty berwarna putih melesat di bawah guyuran air langit yang masih setia membasahi bumi--membelah kepadatan kota tak berterik. Membawa Ryuga dan Aluna ke tempat tujuan--rumah minimalis yang dihuni oleh Ayu dan keluarga kecilnya sejak dua tahun lalu.

Lampu merah menyala, menghentikan laju kendaraan besi. Memandu Ryuga untuk menoleh sekilas ke samping kemudi--tempat Aluna merebahkan tubuhnya.

Wajah gadis itu terlihat sembab. Tersirat sendu yang terlukis jelas.

Rasa empati singgah. Namun tak ada niatan untuk menyeka jejak air mata, apalagi mendekap tubuh dingin Aluna.

Tanya tercetus di dalam benak. 'Kenapa Aluna bisa nekat bunuh diri?'

Senyap.

Hanya terdengar helaan napas samar dan detik mesin waktu yang melingkar di pergelangan tangan.

Atmosfer hening yang menyelimuti seisi mobil tiba-tiba terpecahkan oleh suara ketukan jendela. Memaksa Ryuga untuk mengalihkan atensi dan membuka jendela samping.

"Kak, tolong beli bunga mawar saya. Dari tadi pagi ... ibu dan adik saya belum makan." Seorang gadis kecil mengulurkan setangkai bunga mawar merah dan memasang raut wajah iba.

Ingin mengabaikan dan menolak. Namun rasa tak tega menuntun Ryuga untuk membeli bunga mawar yang dijajakan oleh gadis kecil itu.

"Berapa harganya?"

"Satu tangkai sepuluh ribu, Kak."

"Tinggal berapa tangkai bunga mawar yang kamu bawa?"

Si gadis kecil tidak langsung menjawab. Ia alihkan pandangan matanya ke arah keranjang bunga yang dibawa dan mulai menghitung bunga mawar yang masih tersisa.

"Tinggal sepuluh tangkai, Kak --" jawabnya kemudian.

"Kakak beli semua," cetus Ryuga sambil mengeluarkan dompet dari tas selempang dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan untuk diberikan pada gadis kecil penjaja bunga.

Melati, nama gadis kecil itu. Usianya masih sepuluh tahun. Ujian hidup memaksa dirinya menjelma jadi tulang punggung, menggantikan posisi sang ayah yang sudah tiada sejak satu tahun lalu.

"Beneran, Kak?" tanya yang terlontar diiringi tatapan tak percaya.

"Iya, beneran." Ryuga menerbitkan seutas senyum dan mengulurkan sejumlah uang.

"Itu ... kebanyakan, Kak --" Melati ragu untuk menerima lima lembar uang seratus ribuan yang diulurkan oleh Ryuga.

"Nggak. Uang ini nggak kebanyakan. Tolong diterima ya. Buat kamu, adik, dan ibu."

"Tapi, Kak --"

Ryuga meraih tangan mungil Melati, lantas menaruh lembaran uang ke dalam genggaman gadis penjaja bunga itu.

"Jangan ditolak. Karena uang ini rejeki dari Allah," tutur Ryuga.

Melati mengulas senyum. Sepasang manik matanya berkaca saat menerima uang pemberian Ryuga. Benaknya melafazkan syukur pada Zat Yang Maha Kasih, karena limpahan rejeki yang diberi.

"Alhamdulillah, terimakasih banyak, Kak. Semoga Allah mengganti dengan rejeki yang berlipat dan kakak ... berjodoh sama kakak cantik yang duduk di samping --" ucap Melati.

Kalimat sederhana yang terselip doa tulus dan mungkin akan segera diijabah oleh Sang Maha Cinta. Semoga.

Melati buru-buru menyerahkan sepuluh tangkai bunga mawar pada Ryuga dan kembali mengucap kata 'terimakasih' sebelum melangkah pergi, sebab lampu lalu lintas sudah berganti hijau.

Suara klakson dari pengendara lain terdengar. Memaksa Ryuga untuk segera melajukan kendaraan besi dan melanjutkan perjalanan yang sesaat terjeda.

"Bunga mawar itu ... mau Kak Ryu kasih buat siapa?" Aluna memberanikan diri bertanya. Lirih dan ragu.

"Kalau lo mau, ambil aja." Ryuga menanggapi pertanyaan Aluna, tanpa menatap lawan bicara dan fokus melihat jalanan di depan.

"A-aku ambil satu, Kak."

"Ambil semua nggak pa-pa. Jangan cuma satu. Nanggung."

Aluna mengangguk samar, lantas mengambil sepuluh tangkai bunga mawar yang tergeletak di atas center console car.

"Makasih --" ucapnya pelan.

Aroma wangi khas mawar merah menguar, menghadirkan rasa damai dan mendorong Aluna untuk terus menghirupnya.

Setengah jam berlalu.

Roda mobil yang dikendarai oleh Ryuga menginjak halaman rumah yang dituju.

Rumah minimalis berwarna hijau sage--lembut.

"Welcome to our home." Ayu menyapa begitu Aluna dan Ryuga keluar dari dalam mobil. Senyum tersemat di bibir disertai rentangan tangan yang telah bersiap menyambut Aluna.

"Kak Ayu --" Aluna menghambur ke dalam pelukan Ayu. Luapkan buncahan rasa dengan tangisan.

"Nangis aja, Lun. Nggak pa-pa," tutur Ayu--berbisik. Tangannya mengusap lembut punggung Aluna yang bergetar. Beri afeksi dan hadirkan rasa damai.

Lega.

Itu yang dirasa Aluna setelah beberapa saat berada dalam pelukan Ayu dan menumpahkan tangis.

"Makasih, Kak --" bisiknya lirih sambil perlahan mengurai peluk.

Ayu tersenyum dan menyeka wajah Aluna dengan jemari tangan.

Sebentuk perhatian kecil yang diberikan oleh Ayu menghadirkan rasa hangat, mengikis lara yang semula meraja.

"Masuk yuk! Kita ngobrol sambil minum teh." Ayu menarik pelan lengan Aluna, lantas memandu kedua tamunya untuk masuk ke dalam rumah.

Meski rumah yang dihuni oleh Ayu dan keluarga kecilnya terbilang minimalis jika dilihat dari luar, tetapi interior yang tersuguh memiliki nilai estetik dan pastinya ... mahal.

Atensi Ryuga terkunci pada satu titik. Pajangan yang tertata rapi di almari kaca. Berbagai macam miniatur yang terbuat dari 'bahan' tembaga dan kuningan. Klasik dan artistik.

"Apa kabar, Ryu?" Arjuna menepuk pelan bahu Ryuga, tanpa terlupa memperlihatkan sebaris senyum--tulus.

"Baik, Bang." Ryuga membalas. Bibirnya melengkung--membentuk seutas senyum.

Meski pernah menjadi rival, namun hubungan mereka kini membaik. Bahkan bisa dibilang 'sangat baik'. Selayaknya hubungan kerabat--kakak dan adik.

"Aruna mana?" sambungnya sambil lingak-linguk, mencari keberadaan Aruna. Gadis kecil berusia tiga tahun, buah cinta Ayu dan Arjuna.

"Lagi mainan puzzle di kamar."

"Sendiri?"

"Iya."

"Gue boleh nemenin Aruna nggak, Bang? Kangen sama comel-nya."

"Boleh. Yuk kita ke kamar Aruna. Biar Aluna dan istriku bisa leluasa berbincang."

"Ogeh, Bang."

"Eitss, tunggu!" Ayu menginterupsi--mencegah dua pria yang ingin berlalu pergi tanpa pamit.

"Kalian temenin Aluna dulu. Aku mau ke dapur bentar--bikin teh hangat," lanjutnya.

"Aku saja yang membuatkan teh, Yang. Kamu bawa Aluna ke ruang keluarga atau ke taman belakang. Nanti aku antar teh nya." Arjuna menyahut.

"Nggak usah repot-repot. Aku nggak terlalu suka teh, Kak." Aluna turut bersuara--menimpali interaksi kedua tuan rumah.

"Orange juice mau?"

Aluna menanggapi pertanyaan yang tercetus dari bibir Ayu dengan gelengan pelan. Bukannya tidak suka dengan minuman menyegarkan itu, Aluna hanya tidak ingin merepotkan Ayu dan Arjuna.

"Aku ... air mineral saja, Kak," ucapnya.

"Okay." Ayu mengejapkan mata, lalu berjalan ke arah dapur untuk mengambil empat botol air mineral yang tersimpan di dalam kulkas.

Tanpa membutuhkan waktu lama, wanita bergelar 'mama muda' itu kembali dengan membawa empat botol air mineral berukuran 330ml. Kemudian memberikannya pada Arjuna, Ryuga, dan Aluna. Sementara satu botol untuk dirinya sendiri.

Sebelum membawa Aluna ke taman belakang, Ayu meminta Aluna untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan pakaian miliknya.

Tak ada penolakan. Aluna menuruti permintaan Ayu, karena pakaian yang dikenakannya basah dan memang harus segera diganti.

Hawa dingin menyapa begitu Ayu dan Aluna menginjakkan kaki di taman belakang. Aroma khas tanah basah menguar, mencipta damai dan menjadikan pikiran serasa lebih tenang.

"Duduk, Lun." Ayu mempersilahkan Aluna untuk duduk di gazebo.

"Iya, Kak." Aluna mengangguk, lantas duduk di hadapan Ayu dengan posisi kaki bersila.

Decakan kagum terdengar ketika pandangan mata Aluna jatuh pada ornamen yang terlukis indah di tiang-tiang gazebo. Gambar Pandawa dan Srikandi. Para tokoh pewayangan yang terkenal karena sifat kesatria dan pemberani.

Sepasang manik indah Aluna berbinar saat mendapati ukiran sosok 'Arjuna' yang sedang membawa Panah Pasopati. Tampak berwibawa dan gagah. Rikma diikat rapi dan sorot matanya terlihat tenang. Tampan serta berkharisma, sangat mirip dengan gambaran seorang 'Arjuna Tsaqif', suami Ayu.

"Amazing!"

Satu kata itu terucap pelan dari bibir Aluna.

Pandangan mata Aluna lalu berpindah pada ornamen yang menggambarkan sosok 'Srikandi'.

Bukan sekedar indah. Sosok Srikandi yang terukir di sisi Arjuna juga menyiratkan kekuatan dan ketangguhan seorang wanita. Pemanah hebat dan tak gentar menghadapi musuh.

"Bagus banget ornamen nya, Kak --" puji Aluna.

"Makasih, Lun. Ornamen itu hasil karya Bang Sandi, salah satu relawan yang mengabdikan diri di 'The Story House' sebagai pendidik."

"The Story House, bangunan yang dulu dikenal sebagai Rumah Singgah. Tempat bernaung anak-anak jalanan yang Kak Ayu tolong dan bebasin dari cengkraman para preman kan?"

"Betul. Dari mana kamu tau?"

"Dari Kak Karina. Dulu, dia sering bercerita tentang Kak Ayu, Geng Srikandi, dan Rumah Singgah. Sayang, sudah tiga tahun Kak Karina nggak pulang. Katanya, mau fokus kuliah di Inggris. Tapi, aku tau alasan yang sebenarnya. Bukan semata karena itu."

"Karena Daniel?" tebak Ayu.

Aluna mengangguk, kemudian menghela napas dalam. "Iya, Kak. Sejak memergoki Kak Daniel selingkuh sama Kak Maya, Kak Karina memilih untuk pergi jauh dan enggan pulang ke Indonesia. Hari ini ... aku gantian mengalami kepahitan yang pernah dialami Kak Karina. Memergoki Baskara selingkuh sama Tifany--sahabatku sendiri."

Setetes kristal bening jatuh membasahi pipi ketika Aluna menuturkan rangkaian kata itu.

Sesak kembali hadir, penuhi rongga dada.

Sungguh, ia tidak pernah menyangka ... kekasih yang teramat dicinta dan sahabat yang dikasihi tega menorehkan luka.

Sakit, tapi tak berdarah.

🍁🍁🍁

Bersambung

Ctt: Kisah Ayu dan Arjuna tertulis di novel 'Istri Bar-Bar Kesayangan Pak Guru'.

1
Najwa Aini
Bumi wakanda, Negara konoha...
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
Ayuwidia: Betoel sekali
total 1 replies
Najwa Aini
Gue nyimak ya. gak jadi goleran, sambil duduk aja..biar seriusnya dapat
Najwa Aini
wuiihhh...salam sapa seorang announcer...
Najwa Aini
interupsi Tor. Nichol ini cewek apa cowok ya
Ayuwidia: cowok, next dech aku kasih gambarannya 😆
total 1 replies
Najwa Aini
Aku kasih vote biar ngebahasnya makin semangat dan ...panas...
aku nyimak ya..sambil goleran
Ayuwidia: Wkkkk makasih, Kak. Dahal bahasanya udah dicicil chat an sama Nyai 🤣
total 1 replies
Najwa Aini
Nah bagus. babat habis ini topik. kan emang lagi hangat ...sambil ngopi tentu saja..
Najwa Aini
makin dalam ceritanya....
Najwa Aini
mulai membuka diri
Najwa Aini
ini kafe tempat Arjuna ketemua sama pak Winata itu ya
Ayuwidia: Betul. Tempat Nofiya nemenin Ryuga ngobrol juga. Istri Pak Win ingatannya tajam 😄
total 1 replies
Najwa Aini
ngapain, buang gas?
Ayuwidia: boker, Kak
total 1 replies
Najwa Aini
sweet di depan orang aja itu mah...
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
Ayuwidia: Wkkk hiyaaa
total 1 replies
Najwa Aini
Emangnya Aluna Ryu udah go publik??
Ayuwidia: bentar lagi
total 1 replies
Najwa Aini
Main perintah. tadi ke bininya, sekarang ke bini orang. 😆😆😆 alasannya satu. cemburu. tapi gak nyadar. parah lo pak Ketu..Garvi habis ini mah
Ayuwidia: Kan fans nya Garvi
total 1 replies
Najwa Aini
ngakak aku...
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
Najwa Aini
kayak Garvi nih orang main paksa jemput aja
Ayuwidia: adeknya Garvi dia
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
cowok emang gitu kebanyakan.....egonya tinggi 😄
Shofiah
bagus lanjut
Najwa Aini
Nah kan benar...😄
Najwa Aini
Aksara.
ada sesuatu nih dgn nama ini
Ayuwidia: Uhuk, Aksara Angka
total 1 replies
Najwa Aini
jiaahh main ancam²an. bilang aja mang ingin
Ayuwidia: Malu malu meong
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!