Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 2
"kok bisa?" tanya Shafa menghadap David. "sebentar lagi kita kelas 3 lho..harus banget ikut bokap dinas? Kan masih ada Abang Lo disini, dia bisa jagain Lo kan. Lo juga udah gede. Apa apa bisa sendiri." cecar Shafa.
David adalah teman Shafa sewaktu di SMP. Mereka dekat karena Shafa yang cuek dan David yang tertekan karena dikejar cewek yang naksir dia. Maklum saja, David memang mempunyai paras yang tampan, walaupun kulitnya berwarna sawo matang, tapi itu yang membuatnya menjadi lebih charming. Shafa menolong David bersembunyi sewaktu dia sedang beristirahat di UKS karena sedang malas dengan pelajaran matematika. Shafa pintar tapi dia tidak pintar menghafal rumus.
"sssttt ssstt..Lo sakit?" David mencolek lengan Shafa yang waktu itu sedang berbaring di kasur UKS menghadap tembok.
"nggak" jawab Shafa cuek. Memandang David yang berkeringat dan ngos ngosan, Shafa berdecak "tidur aja. pake selimutnya. Gak bakal gue kasih tau cewek cewek itu klo Lo disini" lanjutnya sambil menonton lagi HP yang sedang memutar lagu Green Day.
"Lo gak tau gue?" tanya David penasaran pasalnya tiap cewek yang dekat dengannya pasti merasa senang atau salting karena ketampanannya.
"tau" jawab Shafa seadanya masih sambil melihat HP nya.
Merasa diabaikan, David hanya mengangkat bahunya dan mulai berbaring sambil ikut membuka HP nya.
"gue David..eh Lo udah tau kan ya?" tanya nya sambil menjawab pertanyaannya sendiri. "nama Lo?"
"Shafa" dari situlah kedekatan keduanya terjalin. Juna yang waktu itu bersekolah di SMP yang berbeda mulai kenal David ketika masuk SMA yang sama dengan Shafa.
"ya gimana lagi Shaf, Lo tau sendiri bokap gue kerasnya gimana. Katanya, harus mulai dari sekarang gue belajar gimana cara kerja bokap bangun perusahaannya. Abang gue...yaaa entahlah, belum akur juga mereka. Jadi gue deh yang harus nurut" cerita David.
Shafa masih diam, bingung harus menjawab apa sedangkan Maya mulai berkaca kaca. Maya menyukai David, Shafa tau itu. Tapi David belum mengetahui perasaan Maya terhadapnya. Juna menatap Shafa sambil tersenyum menenangkan. Mengusap bahunya perlahan, Juna ikut bersuara "kapan berangkatnya?"
"lusa kayanya..sorry guys" sesal David.
"baik baik Lo disana" usap Shafa pada lengan David yang dibalas anggukan.
"hhhhh sedih gue..tp ya gimana lagi? Gapapa deh, masih ada Juna yang bisa gue suruh suruh buat kerjain tugas gue..hehe" canda Shafa mencairkan suasana.
"gue anter Lo pulang" Juna menggenggam tangan Shafa. "ga usah Jun, biasanya juga gue pulang sendiri. Lo pulang aja sama David dan Maya." tolak Shafa karena hanya dia yang arah rumahnya berbeda dengan ketiga temannya. Namun seolah tidak mendengar penolakan dari Shafa, Juna tetap menyeret Shafa ke parkiran motor. "duluan ya Dav, jagain Maya." ucap Juna sebelum berlalu bersama Shafa yang sudah dipaksa duduk di jok motornya.
Hanya anggukan yang David berikan pada Juna. Berjalan bersama ke halte bus terdekat, Maya memberanikan diri menahan tangan David. "bentar Dav, kamu..kamu sampai kapan perginya?" tanya Maya yang masih tampak ragu. David menatap Maya dengan seulas senyum "belum pasti, mungkin sampai lulus kuliah." Menghela nafas dengan berat "tolong jaga Shafa ya May, dia orang yang berharga bagi gue." lanjutnya menggenggam tangan Maya. Menahan nafas sesaat, Maya tersenyum dan mengangguk "pasti..Lo tenang aja. Ada gue, Juna juga pasti bakalan jagain terus itu anak." senyum cerah Maya berikan untuk David yang di balas dengan usapan lembut ditangan Maya. Maya sempat berjengkit kaget karena usapannya, namun sebisa mungkin mempertahankan senyumnya.
"Lo gak apa apa kan?" tanya Juna ketika mereka sampai di rumah Shafa. Duduk di atas jok motor dengan posisi menyamping dan menggenggam helmnya, Juna menatap Shafa yang berusaha tersenyum. "kalo gue yang pergi, Lo juga bakalan sedih?" lanjutnya yang membuat alis Shafa mengerut.
"hahaha bercanda gue " ucapnya lagi sambil mengacak pelan rambut sebahu Shafa yang hari ini ia ikat setengah dengan poni yang tersampir rapi.
"apaan sih Lo..awas aja kalo sampai ikut ikutan David pergi mendadak." ucapnya dengan bibir mengerucut lucu. Juna menanggapinya dengan tertawa pelan. Dia juga ikut merasa kehilangan, namun Juna tidak ingin menunjukannya di depan Shafa. Bagaimanapun Juna dan David sudah berteman baik selama 2 tahun ini dan menjadi teman akrab Juna selain Shafa.
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya