NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

satu pertanda

pov Daniza

"Mengapa bertemu bila tidak berjodoh? tapi bagaimana jika tidak?, itu juga tidak masalah pernah mengenalnya sudah lebih dari cukup"

Ini menyenangkan, dekat dengannya memang begitu tapi juga mengacaukan seluruh debaran jantungku dan tingkah ku. Jadi, jarak juga penting bagiku.

Jarak yang cukup bagus adalah seperti ini saat dia berada diseberang- dirumah Ali, sementara aku diam-diam mencuri pandangan dari rumahku.

"Delia jangan dibuang makanan nya" sambil berdalih mengawasi adik bungsuku sesekali mataku kembali ke rumah Ali.

"Dia belum keluar juga, ngapain yaa?" Ujarku lirih, seraya menyeka keringat di kepala Delia yang asik memainkan plastik cemilan.

"Daniza sambil lihat ikan nya!" Teriak Mama dari teras belakang, aku pun segera bangkit dan cepat-cepat mengerjakan perintah Mama. Lalu kembali lagi ke teras depan, ingin melihat apa Haneul sudah pulang.

Begitu terus, pergi ke dapur menunggu ikan goreng matang lalu kembali lagi ke teras melihat Haneul pulang. Sampai pada waktunya Haneul pun keluar dan Ali mengantar sampai depan teras. Mereka terlibat perbincangan yang menarik sepertinya sampai tertawa-tawa. Dan tanpa disangka Haneul juga melihat ke arah rumahku dan tepat saat itu mata kami pun bertemu. Tidak ada senyuman yang ada hanyalah tatapan datar yang tidak dapat ditafsirkan artinya. Tapi jika saja dia dapat mengerti, dari jendela mataku akan ada banyak yang akan dia temukan. Seperti aku menunggunya karena ingin melihatnya dan aku ingin dia mengerti perasaanku.

"Daniza apa saja yang kamu lakukan, ikan nya gosong" teriakan Mama yang berasal dari dalam mengagetkanku hingga aku segera berlari ke dapur dan memutuskan kontak mata dengan Haneul.

"Aku nggak ngapa- ngapain kok Mama"

"Pantas saja ikan nya gosong kalau begitu, gimana sih kamu kerja nya." Mama mengangkat ikan yang sedikit menghitam itu dari wajan

"Kan masih meletup-letup Ma, kan Mama sendiri yang bilang baliknya nanti tunggu letupannya berhenti biar nggak kena"pelajaran dari Mama yang akhirnya bisa aku gunakan sebagai alasan penyelamat hari ini

"Ngejawab kalau dibilangin" kali ini Mama memberi ku tatapan yang tajam, tetap saja aku yang salah kalau begitu bawa anak kesayangan

"Sambil jaga Delia Mama"

"Ada Vano, jangan banyak alasan kamu. Udah nggak benar kerjaannya, mulutnya seribu bela diri..." dan seterusnya,Mama terus bicara. Dan aku tidak lagi dapat bicara hanya mendengarkan, masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Lalu aku tidak tahu lagi apa yang dikatakan Mama saat perhatianku kini tertuju pada kedatangan Vano yang menggendong Delia, dia hanya diam memperhatikan .

"Itu karena kakak, ngeliatin rumah Kakak Ali terus Mama." Aku terhenyak, tidak ku sangka bocah yang aku sepelekan yang mungkin tidak mengerti apa yang aku alami saat ini malah menjadi musuh nyata yang ternyata mengamatiku tingkahku selama diteras tadi.

Aku menggeleng sambil menatap Mama yang berkerut kening nya, "Kakak pacaran sama kakak Ali" sungguh mulut kecil yang mematikan, tukang ngadu yang ulung.

"Nggak mungkin lah, orang kita tetangga. Pacaran lima langkah dari rumah itu memang mungkin seru buat beberapa orang tapi nggak buat aku Ma"

Karena aku sukanya sama Haneul yang paling mustahil bisa kecapaian !, itu tantangan untuk jiwa yang penuh percaya diri.

"Benar, mana mau si Ali sama kakak kamu yang pemalas, nggak pintar dan nggak terawat ini" Mama malah menghina anaknya sendiri, itu menyakitkan hati tapi masih mendingan karena beliau adalah Mama ku kurang lebih aku seperti beliaukan?.

Itu adalah kebanggaan!

_____________________________

Aku tambahkan kecepatan ku mengayunkan sepeda agar bisa lebih cepat sampai ke sekolah Vano, karena hari ini adalah jadwal bagianku mengantar si mulut ember. Sesuai kesepakatan ku dengan Verrel.

"Kenapa sih kita mesti sekolah" Tanyanya tiba-tiba dibalik punggungku, suaranya lirih bagai menyimpan perasaan sedih.

Apa kira-kira yang dipikirkan anak kelas 5 SD, cinta, sekolah atau apa?.

"Biar ada kewajiban kayaknya" Balas ku ngarang, lalu menurunkan kecepatan sepedaku.

Angin sepoi-sepoi menerbangkan beberapa helai anak rambut yang lolos, dan suara keramaian dari sekolah mulai terdengar.

"Kewajiban belajar?, sama kaya orangtua yang berkewajiban berkerja?"

"Mung..kin...kamu pikirkan sajalah sendiri, kakak sudah repot dengan isi kepala sama hati sendiri." Lalu tidak lagi terdengar suara Vano membalas, kami sama-sama terdiam sampai tiba disekolah nya.

Mulutnya bisa mengadu kejadian kemaren, kenapa sekarang terdiam- tidak bercerita tentang perasaannya atau sebuah peristiwa yang dia alami. Perlukah ku tanya?, si tukang ngadu tapi tidak mau bercerita tentangnya sendiri. Apa itu cocok?. Tidakkah itu aneh dan tidak selaras?.

Aku pun menghentikan sepedaku dengan rem kaki dan badan yang langsung melompat dari sepeda. Vano turun dan mengulurkan tangannya-meminta bersalaman.

"Sekolah aja tiap hari sesuai jadwal, belajar, bermain, lalu pulang kerumah. Tunggu hari libur main, belajar gitu aja terus Vano sampai akhir masa sekolah." Ujarku seraya menyambut salaman nya, tapi dia malah mendongak dengan alis hampir menyantu menatap ku tepat dimata.

"Maksud Kakak? jalani saja, begitu?"

Apa itu..ekspresi dan ucapannya, aku tersinggung. Oh...dia ingin mempermalukan aku, dia kira dia dewasa dan pintar.

"Tepat sekali yang aku lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, kamu jadi ngerti kan?" Dia mengangguk, sama sekali tidak keberatan dengan ucapanku.

"Baiklah.. kalau begitu kakak berangkat dulu, kamu belajar dengan baik untuk memberikan hidup yang lebih baik sama seperti orangtua yang berkerja dengan baik agar punya kehidupan yang lebih baik. Oke.."

Wow aku quotes sekali..

Setelah nya, aku pun berbelok membawa sepeda ku menuju jalan dari mana aku datang. Ditengah jalan mata ku menemukan seseorang yang paling ingin aku lihat-dia Haneul Kamandaka. Kami berpapasan tanpa sengaja di pagi yang cerah ditempat yang tak disangka, apalagi jika tidak pertanda semesta merestui.

Tatapannya datar sekali tanpa senyum saat melihatku, wajar saja kami tidak dekat hingga harus bertegur sapa. Dengan yang lain juga, aku begitu bila bertemu tidak heran jika teman ku sedikit. Tapi..siapa gerangan yang dia gonceng dibelakang nya, bocah seusia Vano. Adik?, keponakan?.

Aku menoleh kebelakang sekilas dan meskipun dia tidak tahu karena memunggungi ku, tapi tidak apa. Aku hanya perlu memberi tahu diriku, sebenarnya itu adalah caraku memberi pertanda bahwa dia ada dalam hatiku.

Dan itu mungkin jadi keputusan yang salah saat aku lakukan untuk kedua kalinya karena sepeda ku nyaris oleng ke pinggir jalan, saat tiba-tiba Haneul juga menoleh kebelakang dan mata kami bertemu walau hanya sekilas.

"Hati-hati toh, bisa membahayakan itu. Jatuh nanti nangis"tegur Ibu-ibu yang mengantar anaknya, aku meringis setengah malu dan merasa bersalah. Jadi aku mengangguk seraya meminta maaf.

Hampir sepanjang jalan aku merutuki diriku sambil memukul-mukul kepala ku pelan ketika melulu mengingat kejadian pagi ini. Lupakan, biarlah..Ibu-ibu itu akan melupakan nya seiring berjalannya waktu walau entah kapan. Aku mencoba menenangkan diriku dengan cara ini.

Lalu...

Tiiit...

1
Abel Peony
Seliar Lalat
Abel Peony
Kacamata/Shhh/
Abel Peony
Awas, bau jigong!
Abel Peony
Jahil Banget, sumpah, deh!
Abel Peony
Jahil, yah!
rina Happy
haruskah aku mnunggu tamat dulu novelmu baru aku baca author?
aaaaaaa aku tak sanggup menungguuuu
Asrar Atma: hehehe sabar yaa, rina.
total 1 replies
Kesini
panas hanul
Kesini
sopan lah begitu
Kesini
wahhhh intens
Abel Peony
Huh/Shhh/
Abel Peony
Daniza itu anak alam
Abel Peony
Gatot, Hanul/Good/
Abel Peony
Masa langsung nanya bawaan orang, sih, Bu?
Kesini
kan benar Gato tau segalanya
Kesini
mertua mu kejam hanul
Kesini
walah Bu Gato itu
Kesini
banyak sekali pertanyaan
Abel Peony
Banyak duit, Si Han, ini. Pantesan Daniza suka.
Abel Peony
Masa, Dim?
Asrar Atma
wah...makasih Rina Happy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!