NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:429
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Gus abid, tengah berdiri di dekat pagar balkon kamarnya, dari sini dia melihat aktivitas lalu lalang para santriwati yang ada dibawah sana. Didepan sana, bangunan berlantai empat yang sedang menampung beratus -ratus santriwati.

"mas abi lama gak kuliahnya, nanti harsa sama siapa di pesantren?."

"masih ada umma dan abah..."

"tapi gak asikkk..."

gadis berusia sebelas tahun itu memberengut.

"jangan kuliah jauh-jauh kenapa? disini saja..."

"itu cita-cita mas, harsa..."

"lama..."

"enggak."

"berapa bulan?"

Gus abid tersenyum mendengar pertanyaan gadis kecil yang ngambekan itu.

"bertahun-tahun harsa, bukan cuma sebulan dua bulan."

"itukan lama..., mas jangan pergi ya.."

rengek harsa.

"kenapa?."

"harsa takut mas abi lupa."

"kan kamu bisa ingatkan mas dek."

"tapi,..."

gadis kecil itu ingin protes lagi, namun mulutnya kembali tertutup.

"ada apa?."

Gus abid menatap harsa yang menunduk.

"gak papa mas. harsa akan ingatkan mas abi jika lupa."

gadis kecil itu terpaksa senyum, meski matanya tidak bisa membohongi, mata coklat terang itu berkaca-kaca.

Indah...

itu kata yang tersirat dari otak gus abid, remaja sembilan belas yang tahun yang tiba-tiba menyukai adik angkatnya.

akhirnya gadis kecil itu luluh.

"harsa ikhlas mas abi berangkat, tapi ada satu syarat, mas abi harus janji sama harsa."

"iya, kamu minta mas janji apa?."

"apa aja."

Tanpa pikir panjang, pemuda yang baru merasakan jatuh cinta itu menjanjikan sesuatu yang tak seharusnya. Harsa hanyalah anak perempuan yang belum banyak mengerti mengenai dunia.

"mari kita menikah harsa, setelah mas pulang dari kairo..."

gadis kecil itu membulat.

"apakah boleh mas?, kita kan saudara .."

"kelak kamu akan mengerti dek. tapi jangan bilang abah dan umma tentang ucapan ku hari ini."

Gadis itu tersenyum kecil bagaikan mendapatkan janji membeli lolipop di festival pasar malam.

"janji. harsa gak akan bilang umma abah."

"good girl!"

Pria yang baru saja menginjak umur dua puluh tujuh tahun itu menghela nafas kecil. setelah pulang dari asrama putra dia tak sengaja melihat ibu-nya dan seorang santriwati tengah duduk di ruang keluarga. pembicaraan santai kedua wanita itu begitu akrab. tanpa menebak, gus abid pun sudah tahu siapa wanita muda yang tengah duduk di samping sang ibu-nya.

Harsa, siapa lagi kalau buka dia, tidak ada perempuan sedekat itu pada umma halimah selain anak perempuan angkatnya. Gus abid tak langsung menyapa, pria itu lebih memilih diam dan mengamati percakapan mereka sampai selesai, hingga harsa pergi dari ruang keluarga. barulah dia menghampiri ibunya.

"kamu sudah pulang.."

"baru saja umma."

"tadi adikmu datang, sayang sekali kalian tidak bertemu."

ucap umma halimah, entah mengandung kekecewaan atau kelegaan, tapi yang jelas itu salah satunya.

."aku ke kamar umma."

umma halimah mengangguk.

Setelah keluar dari ndalem harsa mampir ke dapur untuk mengambil lauk yang dijanjikan mbok darmi barulah dia melanjutkan ke kamar pengurus.

Hari ini harsa harus menyelesaikan powerpoint yang akan digunakan kelompoknya presentasi besok.

"ada perlu apa neng?."

Tanya pengurus keamanan ketika harsa datang ke arahnya.

"ambil laptop mbak."

"oh, sebentar ya.."

Harsa duduk di kursi depan kamar pengurus keamanan sambil menunggu laptop nya diambilkan.

"ciye, calon bu nyai, tuh ada calon adik ipar kamu neng diluar, samperin apa. bosa -basi biar lebih akrab."

Suara gurauan dari dalam kamar pengurus yang masih didengar harsa. harsa hanya mengerutkan alis, entah siapa yang sedang digoda itu harsa tak begitu tertarik.

"ini neng."

Harsa segera menerima laptop miliknya.

"makasih mbak."

***

"Axel!!!!."

Disebuah ruangan elit di rumah sakit ternama di ibu kota seorang pria tua mengamuk pada cucu satu-satunya.

Pria yang disebutkan namannya hanya berdiri, sesekali melirik kakeknya dengan lirikan dingin.

"aku akan ke kantor, jika memerlukan sesuatu hubungi max."

Ucapan dingin, namun itu sebenarnya sebuah perhatian yang bisa dia berikan.

"Menikahlah!!! berikan aku cucu menantu, biar ada yang mengurus kita berdua."

"kakek, menikahlah sendiri. aku tidak ada waktu untu mencari wanita. wanita muda juga tidak masalah jika kamu membutuhkan kasih sayang, tapi jangan suruh aku menikah."

Axel, pria yang sudah menduda selama lima tahun itu sangat muak dengan kata pernikahan.

"Bocah, pulang saja kau!!! aku tidak membutuhkanmu."

teriak sebastian, dia cukup emosi dengan cucunya. Pria tua berusia tujuh puluh satu itu hanya memiliki satu anak laki-laki dan cucu laki-laki. Namun putra dan istrinya sudah lama meninggal, begitupun dengan ibu axel.

Pria dewasa yang keras kepalanya sama dengan dirinya. membuat sebastian sering mengalami darah tinggi.

Sebastian mulai memikirkan cucunya. Dia takut jika Axel tidak memiliki hasrat menikah setelah dikhianati oleh mantan istrinya. hingga dia tidak ada hentinya mengenalkan putri dari koleganya. namun selalu gagal, Axel selalu meninggalkan wanita ditengah kencan yang disiapkan sebastian.

"wanita manalagi yang harus aku sodorkan. huh apa cucuku sudah tidak normal lagi, bagaimana nasib perusahan ku tanpa pewaris."

keluh Sebastian. kemudian dia melirik perawat cantik yang sedang mengurusnya.

"apa kamu mau menikah dengan cucuku?"

pertanyaan Absurd itu membuat perawat muda itu menyunggingkan senyum kaku.

"maaf tuan, saya baru saja menikah."

Sebastian menghela nafas. dia cukup lelah untuk mencarikan pasangan untuk axel.

"assalamualaikum..."

Suara teduh itu sudah membuat sebastian hafal.

"Waalaikumsalam, masuk saja halimah."

"Om bas. bagaimana kondisinya? apa sudah membaik?."

tanya umma halimah, dia bergegas menyalami tangan Sebastian diikuti sang putra dibelakang.

"Ya beginilah."

Umma halimah meletakkan sebuah rantang kecil.

"aku dengar tekanan darah om bas tinggi, jadi tadi sempetin masak soup brokoli."

"terimakasih halimah, kamu sangat repot-repot. siapa pemuda dibelakang mu?."

"ini abidzar om."

"ah ternyata putramu sudah cukup dewasa ya."

Sebastian menatap gus abid dengan senyum.

Gus abid berjalan mendekat, dia mencium sebastian.

"bagaimana kabarmu bi?."

"alhamdulillah baik opa."

"yah, sudah sangat terlihat jelas."

sebastian terkekeh.

"sebentar lagi abid juga akan menikah om."

"oh ya."

Sebastian terkejut, tapi dia juga sangat excited mendengar kabar cucu dari adiknya itu akan menikah.

"kapan? kenapa baru sekarang kamu memberikan kabar pada ku halimah."

"maaf om, tapi ini memang sangat mendadak."

"ah, andai si Axel itu juga mau menikah?."

curhat sebastian. dia kini menatap keponakannya dengan dalam.

"apakah kamu punya saran halimah?."

Umma halimah paham. pembicaraan mengenai Axel itu sudah sering dia dengar.

"bagaiman jika Axel ikut dalam pernikahan masal yang diadakan lima tahun sekalih di pesantren om. siapa tahu axel tertarik."

Gus abid mengernyit. Meski lama dia tidak bertemu dengan sepupunya itu, dia cukup mengenal sifat axel.

"umma.."

Gus abid mengingat ibunya untuk tidak bicara sembarangan.

"abid. siapa tahu axel mau?."

"ck,tapi sepertinya itu mustahil."

jawab sebastian.

"gini saja halimah. carikan salah satu santriwati di pesantren milik suamimu itu. nanti kirimkan fotonya, biar ku perlihatkan ke axel. siapa tahu dia tertarik dengan gadis berjilbab."

umma halimah hanya tersenyum.

"tapi aku gak janji om."

sebastian mengangguk.

***

Pukul dua belas malam harsa baru saja menyelesaikan tugasnya. dia segera merapikan barangnya dan bergegas untuk tidur.

ceklek...

suara pintu terbuka. talita yang menggunakan sweater itu nongol dari balik pintu.

Harsa melirik.

"udah kayak maling takut ketahuan aja lo ta."

Ucap harsa pelan. talita hanya tersenyum simpul. dia meletakkan tas dan laptop-nya diatas meja.

"nugas dimana?."

"biasanya."

"loe gak ada takutnya."

"enggak lah."

Harsa tahu betul tempat yang sering dikunjungi talita.

"loe masih ketemuan sama cowok itu?."

Talita tak menjawab, dia hanya cengengesan gak jelas.

Talita mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. sebuah botol kecil dari kaca. lebih tepatnya seperti botol bekas ekstrak vanili namun didalamnya terdapat gulungan kertas.

Talita meletakkan pada telapak tangan harsa.

"apa ini?."

harsa mengernyit bingung sekaligus curiga.

"surat dari santri putra. gue gak tahu tapi itu titipan..."

Harsa menghela nafas.

"loe udah baca?."

"enggak lah, modelnya aja gitu. takut kalau ada guna-gunanya."

ucap talita dengan ekspresi merinding. harsa jadi ikutan merinding.

Namun akhirnya dia membuka botok kaca itu, mengeluarkan gulungan kertas yang ternyata berisi surat cinta.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!