Kesalahan Semalam

Kesalahan Semalam

bab 1

Di pagi yang cerah di Bali, sinar matahari perlahan menerobos celah-celah daun kelapa, menciptakan pola cahaya yang menari di tanah berpasir pantai.

Langit biru tanpa awan melukis latar yang sempurna bagi pemandangan tropis tersebut.

Di kejauhan, ombak menggulung dengan lembut, menghantarkan semilir angin laut yang membawa aroma asin yang segar.

Para wisatawan mancanegara berkelompok di tepi pantai, beberapa mengambil foto dengan latar belakang laut yang luas, sementara yang lain terlihat berbincang sambil menikmati kelapa muda.

Kamera-kamera mengklik di setiap sudut, menangkap keindahan alam dan keceriaan yang tercipta di antara mereka. Di sini, di Bali, setiap momen terasa seperti sebuah perayaan kehidupan, dikelilingi oleh keindahan alam yang mempesona dan kehangatan sinar matahari pagi.

Pagi ini, seorang gadis bernama Arfira tengah berjalan-jalan menikmati keindahan alam itu. Arfira menghidu aroma segar alam yang menyegarkan paru-parunya.

Gadis berhijab merah itu tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya, matanya memejam dengan hembusan angin yang tertiup di sana. Bahkan kerudungnya bergerak perlahan seirama dengan angin yang berhembus. Dirinya benar-benar menikmati pemandangan yang ada di sana. Dirinya benar-benar terlena akan keindahan dunia yang fana itu.

"Kesini! Jangan jauh-jauh."

"Astaghfirullah, Kamal, jangan di situ. Di sini dekatan sikit lagi. View-nya bagus banget"

"Di sini udah cantik Barbara..."

"Sekali lagi elo panggil gue Barbara, gue tonjok hidung lo" wanita berhijab maroon itu menatap nyalang ke arah pria yang sedang memegang kamera DSLR-nya.

Arfira membuka kedua matanya, matanya menyipit saat melihat kedua orang temannya yang sedang berdebat.

Itu Kamal dan Birani. Teman Arfira yang di ajak olehnya ke kota Bali ini juga. Keduanya merupakan karyawan di butik milik Arfira...

"Astaghfirullah, jelek banget Komal.... nggak ada astesik-nya." Keluh Birani sambil menatap hasil potret Kamal.

"Astetik goblok! Bukan astesik," Kamal menjitak kepala Birani membuat gadis itu mengaduh.

"Elo ya!!"

"Elo yang salah kenapa gue yang di salahkan, lagian ini bagus, mata elo aja yang rabun."

Birani mencibir. "Bagus dari mana? Masa' gue gambarnya ngeblur gitu. Mana gak nampak mata gue sebelah. Komal!!!" Teriak Birani kesal karena hijabnya sudah di tarik oleh Kamal.

Keduanya memang suka bertengkar, dan itu membuat suasana menjadi ramai.

Arfira terkekeh melihat itu, dirinya tak mempermasalahkan karena kehadiran keduanya mampu membuat dirinya terhibur.

"Komal!! Gue tendang pantat lo!" Teriak Birani cempreng, bahkan beberapa pengunjung di sana mengalihkan atensinya pada keduanya yang asik kejar-kejaran.

"Ampun!!! Gue tobat Bir."

"Awas kalau elo rese' lagi"

"Nggak akan, gue–"

Buuuuk

Semuanya tersentak saat melihat Kamal malah terjatuh karena menabrak seseorang. Lucunya Kamal seorang pria yang di tabrak juga seorang pria, namun bisa-bisanya Kamal yang terpental.

Pria di depannya menggeram. "Punya mata?" Desisnya tajam.

Kamal meneguk ludahnya susah payah, sedangkan Birani langsung menganga lebar saat melihat cowok tampan yang habis di tubruk oleh Kamal.

"Ya ampun, ganteng banget." Namun, setelahnya kekaguman itu berakhir, tergantikan dengan ringisan saat pria tampan itu menginjak tangan Kamal dengan tidak manusiawinya.

"Aaaa" teriak Kamal. "Maaf, maaf, saya minta maaf, mas." Kata Kamal, namun di abaikan oleh pria itu.

Pria tampan berahang tegas itu menatap tajam ke arah pria yang ada di bawahnya. Pria yang telah berani-beraninya mengusik dirinya.

"Aaaa, ampun-ampun."

Bahkan Birani tidak berani menolong temannya itu, dirinya takut, dirinya seorang wanita yang pastinya tenaganya akan kalah.

"Mas, ampun!!!" Kamal masih menjerit kesakitan saat tangannya kembali di injak dengan tidak manusiawi oleh pria itu.

Bugh

Semuanya tersentak, saat dengan tiba-tiba seseorang datang dan langsung menendang kaki pri itu, sampai tendangan itu membuat kaki pria itu lepas menginjak tangan Kamal.

Birani langsung berlari dan menghampiri Kamal, gadis itu meniup-niup tangan Kamal yang sudah memerah.

"Elo nggak apa-apa?"

"Sakit Birani." Sahut Kamal sambil meringis,

Sedangkan pria itu menatap tajam gadis yang sudah berani itu. "Kamu!!!"

"Kenapa?" Arfira mengangkat dagunya tinggi, matanya menatap tajam ke arah pria itu.

Pria itu terkekeh, dan tersenyum sinis. "Berani mengganggu kesenangan saya, hemm?"

"Saya tidak menggangu. Anda yang gila karena sudah mengganggu teman saya. Bahkan anda sudah menyakiti dia." Sahut Arfira tak ada takut-takutnya sama sekali.

Pria itu terkekeh, tapi di mata mereka yang melihatnya kekehan itu sangat menyeramkan.

"Dia yang sudah mengusik saya duluan" desis pria itu, tangannya menunjuk ke arah Kamal.

Kamal ketakutan, langsung meringsut ke tubuh Birani.

"Tapi dia sudah minta maaf, apa anda tidak mendengarnya?"

Pria itu berdecih. "Tidak ada kata maaf di dalam kamus hidup saya! Dia salah, dan dia pantas di hukum"

Perkataan pria itu membuat Arfira kontan mendelik, pria modelan apa yang di temui olehnya ini?

"Gila!" Desis Arfira.

"Ya, saya memang gila. Dan saatnya anda yang akan menanggung akibatnya karena sudah berani melindungi teman anda itu." Kata pria itu dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke atas, membuat semua orang yang melihat itu terbelalak. Tapi, mereka sama sekali tidak berani ikut campur.

Mata Arfira melotot, tidak percaya pria itu berani menyakiti seorang perempuan, namun bisa jadi, kan? Banyak pria yang seperti itu, walaupun tidak semuanya.

Tangan besar itu sudah bersiap ingin mendarat di pipi putih Arfira, namun terhenti saat pria itu dengan tiba-tiba di tarik oleh seseorang dan langsung di ajak pergi dari sana.

Arfira memandang aneh pria itu.

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!