NovelToon NovelToon
Sayap-Sayap Bisu

Sayap-Sayap Bisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Novel romantis yang bercerita tentang seorang mahasiswi bernama Fly. Suatu hari ia diminta oleh dosennya untuk membawakan beberapa lembar kertas berisi data perkuliahan. Fly membawa lembaran itu dari lantai atas. Namun, tiba-tiba angin kencang menerpa dan membuat kerudung Fly tersingkap sehingga membuatnya reflek melepaskan kertas-kertas itu untuk menghalangi angin yang mengganggu kerudungnya. Alhasil, beberapa kertas terbang dan terjatuh ke tanah.

Fly segera turun dan dengan panik mencari lembaran kertas. Tiba-tiba seorang mahasiswa yang termasuk terkenal di kampus lantaran wibawa ditambah kakaknya yang seorang artis muncul dan menyodorkan lembaran kertas pada Fly. Namanya Gentala.

Dari sanalah kisah ini bermulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 2

“Fly, sore ini sibuk, nggak?”

Fly yang sedang mengetik di laptopnya menoleh. Didapatinya prempuan bernama Vio yang merupakan teman sekamarnya di kos, sekaligus tetangganya di kampong halaman. Vio setahun lebih tua dibanding Fly. Saat ini, Vio hanya tinggal bersantai di kos-nya karena tahun ini ia akan wisuda. Ia sudah menyelesaikan seluruh tugas akhir.

“Nggak, sih. Kenapa?”

“Nanti ke masjid Al-Fatihah, yuk.”

“Mau jamaah di sana? Kenapa harus di sana? Di sini ‘kan ada masjid yang lebih dekat.”

“Bukan sekadar jamaah, Fly. Di sana ada pengajian. Dimulai hari ini dan akan terus diisi sebanyak dua kali seminggu. Lumayan nambah-nambah ilmu. Apalagi aku yang udah nggak ada kerjaan. Belum wisuda udah berasa pengangguran. Mau, ya. biar kalau kamu pulang kuliah kemaleman dan nggak sempat ngaji nggak bikin ayah kamu marah.”

“Iya, Vio. Ayo kita ke sana!” ujar Fly dengan nada agak tinggi karena seolah dari ucapan Vio ia adalah seseorang yang sulit diajak pada kegiatan keagamaan.

Fly dan Vio berangkat ke masjid Al-Fatihah, dua menit sebelum azan berkumandang. Mereka menaiki sepeda motor dengan Vio yang menyetir. Awan menampakkan keabu-abuannya. Pertanda hujan akan turun. Ini memang sedang musim hujan. Namun suasana mendung di atas sepeda motor begitu nikmat. Terlebih mereka melewati jalan kecil yang tidak dilintasi banyak kendaraan. Lebih banyak pepohonan pendek yang berjajar rapi. Sesekali tiupan angin menyebabkan luruh yang estetik. Tentu saja suasana mendung di atas sepeda motor menyenangkan, selama rintik-rintiknya belum menyapa. Beberapa meter dari arah masjid Al-Fatihah, gerimis turun. Mereka sempat merasakan air itu sedikit.

Tidak terlalu banyak orang yang datang. Di shaff perempuan hanya berisi tujuh orang, termasuk Fly dan Vio. Itupun ibu-ibu sekitar kepala empat semua.

Saat hendak memakai mukena, Fly menjatuhkan ikat rambutnya. Ia langsung menengok ke belakang dan mendapati seseorang terlihat dari jendela. Tengah berjalan sembari memgang sebuah payung berwarna putih. Gen. Dia lagi.

“Heh, udah iqomah. Ngapain masih ngelamun hadap belakang!” tegas Vio sambil menepuk bahu Fly.

“Aku lihat Gen. kayaknya dia juga mau ikut pengajian. Ternyata, adik artis yang belum berhijab dan sering memakai pakaian terbuka juga bisa punya keinginan memahami agamanya,” ujar Fly, setengah berbisik.

“Husttt. Nggak boleh melihat orang berdasarkan pribadi orang lain. walaupun itu merupakan saudara kandungnya.”

“Mbak, ngobrolnya ditahan dulu, dong. Imam udah mulai. Saya jadi nggak konsentrasi. Ditambah di luar suara hujan,” seru ibu-ibu di sebelah Vio dengan tatapan tajam.

Fly dan Vio mengangguk pelan. Mereka memang bersalah.

___ ___ ___

Dia bukan saudara artis yang sekadar ingin mengenal agamanya. Ia bukan seseorang yang tampak ingin mengikuti jejak saudarinya. Bukan pula seseorang yang ingin dikenal banyak manusia. Serta tak tampah raut wajah angkuh dan tukang pamer.

“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hadirin, Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang dimuliakan Allah.”

Ia adalah seseorang mengisi pengajian tersebut. Yang seketika membuat Fly terpantau menganga lebar hingga ia tidak menyadari bahwa Vio sedang menahan tawa sambil merekam tingkah konyolnya itu.

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,” sambut para jamaah di masjid tersebut.

“Aku harap kakaknya segera mendapat hidayah dari seorang adik yang taat seperti Gen,” ucap Vio.

Ekspresi konyol Fly luruh sudah setelah mendengar tuturan Vio. Sekaligus menyadari kamera HP Vio yang mengarah kepadanya.

“Vio! Apaan, sih!” tegas Fly sambil mencoba merebut Hp Vio namun gagal.

“Heh, bocah! Kalian kalau cuma mau bikin rusuh mending keluar aja. Orang-orang yang beneran mau ikut pengajian jadi nggak fokus!” tegas ibu-ibu tadi dengan wajah galak.

Untuk yang kedua kalinya, Fly dan Vio mengangguk pelan.

Fly menarik napas panjang. Ia tak bisa berbuat banyak selama di sana. Selain ibu-ibu galak itu, masih ada empat ibu-ibu lainnya yang sempat melirik tak ramah kepada mereka berdua. Sehingga, ia harus menahan diri terhadap rasa kesalnya dengan Vio sampai nanti setelah mereka kembali ke kos.

“Di antara kebaikan seorang muslim, ialah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Hal yang tidak bermanfaat di sini tentunya hal-hal yang tidak berguna bagi kebaikan akhirat kita. Seperti halnya membicarakan orang lain. dilihat dari manapun, kegiatan semacam itu sama sekali tidak mendatangkan manfaat bagi kita. Secara otomatis, itu termasuk ke dalam hal yang perlu kita tinggalkan. Contoh yang lebih sederhana saja. melamun tanpa melakukan apapun. Tanpa zikir, doa dan sejenisnya. Hanya melamun dengan pikiran kosong. Atau yang lebih parahnya ma’udzubillah, memikirkan hal-hal yang jorok. Jika di hadits tersebut aja konteksnya memerintahkan kita untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Otomatis kita juga harus meninggalkan hal-hal yang mendatangkan mudharat,” tutur Gen dengan postur tegapnya.

Ia tampak berbeda dengan peci putih dan jubah yang juga putih. Bukan lagi kemeja putih yang basah bekas memperbaiki pipa air. Mungkin saja Gen memang suka memakai pakaian warna putih. Tapi itu sangat cocok untuk kulit kuning langsatnya yang tampak bercahaya itu.

“Ustadz, mau nanya!” ucap Vio sambil mengangkat tangan setelah sesi tanya-jawab dibuka.

“Iya, silakan.” Gen mempersilakan.

Lelaki itu tampak melirik Fly sejenak. Baru beberapa hari yang lalu mereka bertemu karena kertas yang jatuh terbawa angin itu.

“Kalau nonton film itu apakah hal yang tidak bermanfaat juga?”

Hampir seluruh jamaah menengok ke Vio. Hanya ibu-ibu yang dua kali mengomel itu yang tidak tertarik. Mungkin sudah terlalu muak dengan Vio.

“Nonton film. Sebenarnya tergantung filmnya apa dulu. Kalau filmnya mengandung edukasi yang bisa menambah wawasan. Atau yang mengandung motivasi. Atau manfaat lainnya.

Dalam artian ada manfaatnya, maka saya rasa itu tidak apa-apa. Yang penting bukan film aneh-aneh yang bisa menggoyahkan iman dan mendatangkan dosa. Karena, terkadang kita memang butuh hiburan untuk sekadar melepas penat. Juga selama tidak berlebihan hingga membuat kita lupa hari dan meninggalkan kewajiban-kewajiban serta kerjaan-kerjaan.” Gen menjawab yang diakhiri dengan senyuman.

Sebuah senyuman yang tidak pernah dilihat Fly.

“Kalau film Sebilah Rindu yang dibintangi Krista itu gimana, Ustadz?” tambah Vio.

Fly segera menyenggol Vio dengan keras karena yang disebutkan Vio adalah film yang dibintangi oleh kakaknya Gen. Itu adalah film terbaru yang sedang tayang di bioskop.

Para jamaah tampak saling pandang. Mereka tidak mengenal Gen sebagai adik dari seorang aktris terkenal. Mereka hanya tahu Gen adalah seorang ustadz yang sedang ceramah di hadapan mereka.

“Film roman, ya. film roman Indonesia itu biasanya ya, gitu-gitu aja. Ketemu tanpa disengaja. Terus pegang-pegangan tangan. Pacaran. Itu ‘kan sudah melanggar syari’at, ya. kecuali kalau roman religi. Yang padanya kita bisa belajar agama. Jadi, kalau mau nonton di bioskop, mending tonton Anugerah Syuhada. Film itu bisa membuka mata kita tentang apa yang terjadi dengan saudara kita di Palestina.”

Bahkan untuk seorang adik aktris terkenal, ia lebih memilih mempromosikan film lain yang tidak dibintangi saudarinya.

Sampai waktu pengajian habis, Fly tetap tersenyum seperti sebuah patung. Tampa mengubah lengkung bibirnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!