NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.

Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.

Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Rafa masih duduk di atas sajadah dengan memetik tasbih di tangan ketika kepingan perasaan aneh tiba-tiba menyergap ke hatinya tanpa sebab.

Sebuah perasaan aneh yang entah berasal dari mana. Dadanya terasa sesak, bahkan membuyarkan konsentrasinya dalam bertasbih.

"Astaghfirullah." Ia bergumam dalam hati.

Pikirannya tiba-tiba tertuju pada Mia, berikut pesan Om Gilang untuk menjaga dan mengawasi putrinya selama berada di sana.

Lelaki itu menghembus napas pelan demi mengurangi perasaan anehnya, lalu bangkit dan segera keluar dari masjid.

Pandangannya mengedar ke sekeliling, mulai dari dalam masjid hingga ke halaman.

Tampak beberapa mahasiswa mulai berdatangan, sebab akan digelar doa bersama yang akan dilanjutkan dengan shalat isya dan tarawih.

"Lihat Mia tidak?" tanya Rafa pada seorang mahasiswi.

"Tadi masih di pos, makan dengan Wina, Kak," jawab gadis itu.

"Oh ya sudah, terima kasih, ya."

Gadis itu hanya mengangguk, lalu bergegas masuk ke masjid.

Mengambil sandal yang berjejer di rak, Rafa segera melangkah. Berjalan menuju pos tempat mereka berbuka puasa tadi.

Benar, Mia masih di sana bersama dua temannya, sedang membersihkan sisa makanan setelah berbuka puasa bersama.

Melihat Mia di sana membuat Rafa bernapas lega. Ia berjalan ke arah gadis itu.

"Kok belum ke masjid?"

Mia berbalik dan tersenyum. Senyum yang selalu berhasil menghangatkan hati seorang Rafa Bagaskara.

Memandang wajah Mia walau hanya beberapa detik saja selalu mampu menggetarkan jiwanya.

Mia memiliki mata yang indah dengan bulu mata lentik alami, dagu lancip dan hidung mungil yang tegak lurus meruncing ke bawah, layaknya hidung hasil operasi plastik yang kerap dilakukan para wanita untuk mempercantik diri.

Tapi, Rafa tahu bahwa wajah cantik di hadapannya itu alami pemberian Sang Pencipta.

Wajah perpaduan antara Airin dan Gilang itu seakan sanggup menghipnotis siapapun yang memandangnya.

"Hijab bagi perempuan adalah pakaiannya, sementara hijab bagi laki-laki adalah menundukkan pandangan dari perhiasan dunia yang menyesatkan. Perempuan yang bukan mahram misalnya." Petuah Brayn tiba-tiba terngiang di telinga.

"Astaghfirullah, bukan mahram." Rafa langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.

Salah tingkah sedikit gugup. Aneh, saat dengan gadis lain, ia bisa sedingin salju, tapi dengan Mia ia meleleh bak cokelat yang dihangatkan.

"Kamu tidak ke masjid?" tanya Rafa.

"Ini baru mau ke masjid. Oh iya, Kak Rafa belum makan, kan? Ini aku simpan satu nasi kotak untuk Kak Rafa," ucap Mia lembut, sembari menyerahkan sekotak makanan.

Perhatian sekecil itu saja sudah mampu membuat hati Rafa melayang ke angkasa.

"Iya, belum. Terima kasih, Mia."

"Sama-sama, Kak."

Rafa melirik cup jus jeruk di tangan gadis itu. Tampak sangat segar dengan warna orange keemasan.

"Tidak sekalian jus jeruknya?"

"Tapi ini sisa aku. Sudah aku minum setengahnya," balas gadis itu sambil menunjukkan cup jus di tangannya yang tersisa separuh.

"Tidak apa-aра."

"Ya sudah, ini, Kak." Mia kembali mengulas senyum memberikan sisa jus jeruk miliknya.

"Syukron, Mia Aurora Hadiwijaya."

Mia terkekeh mendengar Rafa menyebutkan nama lengkapnya dengan manis.

Lelaki itu duduk di kursi dan meletakkan kotak makanan ke meja.

"Cepat ke masjid," ucap Rafa ketika Mia masih berdiri di sana.

"Iya, Kak. Mau ambil mukena di vila dulu."

Mia pun hendak melangkah, namun seketika pandangannya tertuju kepada dua temannya yang sedang memandangi Rafa.

Bibir gadis itu mengerucut dengan wajah menekuk, dua teman gadisnya bahkan memandang Rafa tanpa berkedip.

"Kalian duluan ke masjid saja, nanti aku menyusul!"

Keduanya tersentak dan mengalihkan pandangan.

"Oh oke. Jangan lama-lama, ya."

"He-em."

Setelah kepergian dua temannya, Mia segera kembali ke vila untuk mengambil mukena di kamar.

Sebelum keluar, ia lebih dulu masuk ke kamar mandi untuk wudhu. Namun, tiba-tiba saja perutnya terasa aneh.

"Aduh, kenapa ini?"

**

**

"Loh memang kenapa, Sayang?" tanya Gilang heran dengan permintaan sang istri yang baginya sedikit berlebihan.

"Perasaanku tidak enak, Mas. Aku merasa Mia sedang tidak baik-baik saja," balas wanita itu cemas.

Hembusan napas pelan terdengar dari ujung telepon.

"Beberapa menit lalu dia membalas pesanku dan bilang sedang buka puasa bersama teman-temannya. Jadi, tenang saja, Mia dalam keadaan baik. Jangan terlalu berpikir buruk. Di sana juga ada Rafa yang menjaganya,"

"Tapi mereka tinggal di vila yang berbeda, Mas."

"Mia ada di vila khusus mahasiswi, kan? Dia bergabung dengan teman perempuannya, bukankah itu lebih aman?"

Namun, bujukan itu rupanya tak berhasil. Airin tetap bersikeras ingin menyusul putrinya.

Setiap kali memikirkan Mia, hatinya terasa sakit, seperti ditusuk ribuan jarum.

"Tolong izinkan aku ke sana, Mas. Aku hanya mau menjemput anakku dan memastikan dia tidak apa-apa," ucap Airin penuh permohonan.

"Tapi, aku tidak bisa mengantar kamu, Sayang. Aku masih ada pekerjaan. Ini saja tidak bisa makan masakan kamu untuk buka puasa dan malah buka puasa di kantor."

Setidaknya, alasan itu dirasa mampu mengurungkan niat Airin untuk menyusul, sebab Gilang yakin ada Rafa yang menjaga putrinya.

"Aku bisa pergi dengan sopir."

Gilang menyerah. Ia tahu seperti apa Airin jika sudah berbicara tentang anak-anaknya.

Jangankan Mia yang merupakan anak perempuan, Rino dan Adam yang anak laki-laki pun dijaga dengan sangat baik oleh sang bunda.

"Ya sudah, Sayang. Kamu boleh menyusul."

"Aku akan minta diantar sopir." Airin hendak menutup panggilan.

"Tunggu! Aku akan hubungi Brayn atau Zayn, siapa tahu salah satu dari mereka bisa menemani kamu," ujarnya. "Oh iya, Rino dan Adam ke mana?"

"Mereka ikut pesantren kilat di sekolahnya, dengan Bima."

Ya, anak-anak di keluarga Hadiwijaya bersekolah di tempat yang sama.

Usia Bima satu tahun di atas Rino yang merupakan anak ke-2 Airin dan Gilang.

"Ya sudah kalau begitu. Aku hubungi Brayn dulu."

Panggilan berakhir, Gilang segera menghubungi Brayn dan meminta tolong untuk menemani Airin menyusul keluar kota.

Beruntung, saat dihubungi, Brayn sedang dalam keadaan tidak sibuk.

Ia sedang di rumah menghabiskan waktu bermain dengan adik barunya yang masih bayi, Bastian.

"Kalau tidak sibuk, apa kamu bisa mengantar Bunda ke lokasi kegiatan kampusnya Mia?" tanya Gilang.

"Bunda mau apa ke sana?" tanya Brayn dengan alis berkerut.

"Katanya mau jemput Mia. Biasa ... kamu tahulah seperti apa Bunda kalau pada adik-adikmu," ucap Gilang santai, membuat Brayn terkekeh.

"Iya, aku paham. Kebetulan aku sedang kosong. Bisa mengantar Bunda, kok."

"Terima kasih, Nak."

"Bunda mau berangkat sekarang?" tanya Brayn, sambil memainkan pipi mungil adiknya.

"Kalau bisa, sih."

"Bisa. Aku siap-siap dulu."

"Hati-hati ya, Nak. Jangan ngebut."

"Insyaallah."

Setelah panggilan berakhir, Brayn meletakkan ponselnya.

Meraih tubuh mungil Bastian dan menggendongnya ke ruang keluarga.

Di sana Pak Vino dan Bu Resha sedang duduk bersama, sepasang suami istri yang selalu terlihat romantis meskipun tidak muda lagi.

"Halo, jagoan Papa, ayo sini!" Tangan Pak Vino mengulur, meraih tubuh Bastian dari gendongan sang putra sulung.

"Pakai baju koko semakin terlihat gantengnya anak Mama ini," puji Bu Resha membelai punggung sang bayi.

Brayn mengulas senyum memandang kedua orang tuanya dalam mengasuh Bastian.

Sangat lembut dan perhatian meski bukan anak sendiri.

Lelaki itu kemudian bercerita tentang Gilang yang baru saja menghubungi dirinya dan meminta tolong mengantar Airin ke lokasi kegiatan kampus putri mereka.

Pak Vino dan Bu Resha yang sudah paham tentang Airin pun memberi izin.

Sedangkan Airin dapat bernapas lega setelah mendapat kabar dari sang suami bahwa Brayn yang akan mengantarnya.

**

**

"Astaghfirullah, telat." Mia melirik angka yang tertera pada layar ponselnya.

Waktu sudah menunjuk ke angka 19.05 yang berarti doa bersama di masjid sudah mulai sejak lima menit lalu.

Namun, ia masih berada di kamar, sebab perutnya terasa kram dan sedikit aneh.

Setelah merasa lebih baik, ia menarik tas kecil berisi mukena miliknya, lalu meninggalkan vila yang sudah kosong sebab teman-teman lain sudah lebih dulu ke masjid.

"Kenapa tiba-tiba pusing, sih? Padahal tadi tidak," gumam Mia sambil sesekali menyentuh kepala.

Ketika melewati taman kecil, langkahnya terhenti oleh seorang lelaki yang tiba-tiba berada tepat di hadapannya.

Mia sempat terkejut, kemudian menghela napas panjang saat mengetahui bahwa orang itu adalah Leon.

"Kak Leon?"

***********

***********

1
Endang 💖
aduh Mia kami bakalan nyesel kalok tau bahwa Rafa itu sangat tulus sama kamu.
jangan mudah terhasut mia
Endang 💖
ada yang ngadu domba Rafa dan mia
Ninik
wah ada bibit pelakor yg udah mulai ugat uget kaya ulat bulu
Endang 💖
di rayu dong Rafa biar GX ngambek lagi,dia hanya kecewa aja tu
Ninik
kalau Mia membenci Rafa Yo salah yg jahat Leon tp otak Mia dah lemot makanya dia membenci org yg salah
Endang 💖
tambah lagi thor...
apa Mia GX tinggal bareng Rafa, terus Rafa gmana
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
semangat rafa
julia anggana
Luar biasa
Endang 💖
kasian ternyata kisah hidup Rafa..
tambah lagi thor..🙏😁🫣
Yasmin Natasya
double up dong thor...
Endang 💖
ayo cepat Rafa dan Mia butuh bantuan itu
olip
bagus dan menarik
olip
lnjut
Endang 💖
waduh mia dalam bahaya, semoga Rafa cepat menolong Mia...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!