NovelToon NovelToon
Heera. Siapakah Aku?

Heera. Siapakah Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Putri asli/palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Fauziah

Heera Zanita. Besar disebuah panti asuhan di mana dia tidak tahu siapa orang tuanya. Nama hanya satu-satunya identitas yang dia miliki saat ini. Dengan riwayat sekolah sekedarnya, Heera bekerja disebuah perusahaan jasa bersih-bersih rumah.
Disaat teman-teman senasibnya bahagia karena di adopsi oleh keluarga. Heera sama sekali tidak menginginkannya, dia hanya ingin fokus pada hidupnya.
Mencari orang tua kandungnya. Heera tidak meminta keluarga yang utuh. Dia hanya ingin tahu alasannya dibuang dan tidak diinginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Fauziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Draft

Langit yang awalnya terang perlahan mulai gelap. Waktu berjalan begitu cepat, di mana hari-hari terasa cukup melelahkan. Di mana aku harus tetap bertahan di segala kondisi. Tidak ada yang mau mengerti aku, tidak ada yang peduli padaku. Bahkan mungkin tidak ada yang mengingat diriku.

Bagaimana aku tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua. Bermodalkan kasih sayang dari seorang donatur di panti asuhan yang membuat aku bisa mendapat pendidikan yang layak. Sampai dititik aku berani keluar dari zona nyaman itu. Mencari tentang diriku sendiri.

Siapa aku? Dari mana aku? Bagaimana orang tuaku? Aku tidak tahu semua itu. Aku hanya tahu namaku Heera Zanita. Bahkan dikartu keluarga tidak ada nama lain selain namaku itu.

Jika melihat keluarga lengkap di luar sana, ada rasa mengganjal di dalam hatiku. Hanya saja aku tidak tahu apa. Bukan karena aku menginginkannya, tapi karena kenapa harus aku yang bernasib seperti ini.

Usiaku bukan lagi seorang gadis. Aku adalah wanita berumur dua puluh lima tahun sekarang. Di mana sudah seharusnya aku bisa menjalin kasih. Sayangnya, kasih sayang juga tidak bisa aku dapatkan. Hampir semua orang memandang hina padaku saat tahu aku anak panti tanpa keluarga.

Sampai di detik ini tujuanku masih sama. Mencari siapa aku.

Sebuah rumah sederhana mulai terlihat. Ya, seharian ini sangat lelah bekerja membuatku ingin segera beristirahat. Meski hanya rumah kecil tapi memiliki banyak arti untukku. Di mana aku harus melupakan rasa lelah agar mendapatkannya. Mendapatkan tempat di mana aku bisa pulang dengan tenang dan aman.

Rasa lelah benar-benar membuat aku malas melalukan apapun. Aku meletakkan tas dan langsung merebahkan diriku di atas tempat tidur. Tempat ternyaman bagiku saat ini.

Ddrrtt. Ddrrtt. Ddrrtt.

Baru saja ingin menikmati waktu untuk istirahat. Sebuah pesan masuk ke dalam ponselku. Pesan dari admin perusahaan di mana aku harus pergi bekerja. Membersihkan rumah di mana pemiliknya tidak ingin repot sendiri.

[ Apartemen Cendana lantai 4 nomor 9 ]

Pekerjaanku di bayar dari jam kerja jadi meski lelah aku akan menerimanya. Semuanya untuk uang agar tujuanku semakin dekat. Bukankah mencari bantuan orang lain membutuhkan uang untuk bayar. Aku melakukan semua ini untuk diriku sendiri.

[ Bagaimana? Apa kau bisa? ]

Pesan itu kembali masuk dari admin kantor.

[ Tentu. Aku sedang bersiap. ]

Ojek online menjadi jalan ninjaku di saat seperti ini. Jika berjalan tentu tidak akan sempat untuk sampai. Motor atau mobil aku masih belum punya. Jadi ojek online adalah solusi terbaik saat ini.

*.*.*.*

Gedung tinggi bertingkat. Mewah dengan beberapa keamanan yang sangat ketat. Aku baru tahu jika ada tempat semacam ini. Ini pertama kalinya aku datang ke apartemen dengan fasilitas yang wow bagiku.

"Hei. Sedang apa kau di sini?"

Seorang satpam mendekat padaku. Dia terlihat tidak senang karena sejak tadi aku hanya diam menatap gedung itu. Mungkin aku dikira orang gila atau pengemis di sini.

"Maaf." Aku mengeluarkan ID pekerjaanku. Baru setelah itu satpam mengarahkan aku kesebuah lift untuk tamu.

"Jika sudah selesai cepatlah keluar," kata Satpam itu yang hanya bisa aku jawab dengan anggukan.

Selesai membersihkan apa lagi yang mau aku lakukan. Aku pasti akan memilih pulang dan istirahat. Sampai di apartemen yang dimaksud. Pintu jelas terkunci, aku hanya bisa menekan bel beberapa kali.

Sepuluh menit berlalu. Tidak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka. Jadi aku meminta admin kantor untuk mengkonfirmasi kembali. Waktu adalah hal yang berharga, aku tidak ingin membuangnya di sini dengan sia-sia.

Belum sempat pesan aku kirim. Pintu sudah terbuka. Seorang pria dengan bathrobe mandinya terlihat. Dia terlihat acuh saat melihatku, baru saat aku menunjukkan ID kerjaku dia memintaku masuk. Bukan dengan kata, tapi isyarat mata agar aku segera melakukannya.

Rumah itu terlihat bersih dan rapi. Bahkan ruangan itu penuh dengan aroma terapi yang sangat menenangkan. Jelas aku datang bukan untuk membersihkan rumah ini. Lalu apa?

"Masak. Aku sangat lapar." Nada suara datar tanpa menoleh padaku. Seakan aku pembantu yang sudah biasa dia suruh-suruh.

"Maaf tapi aku ..."

Aku berniat menolak tapi pria itu mengeluarkan beberapa lembar uang yang membuat aku langsung mengangguk. Mungkin setelah ini pria itu akan mengira aku wanita yang gila akan uang. Hanya saja aku tidak peduli, aku memang berniat mencari uang. Bagiku asal jangan jual diri aku masih siap melakukannya.

Tanpa sadar aku menatapnya cukup lama. Memang terlihat datar dan dingin, tapi wajahnya benar-benar tampan. Sebelum pria itu sadar aku menggelengkan kepala. Tidak baik rasanya berpikiran hal yang tidak seharusnya.

"Aku lapar." Kembali pria itu bicara. Kali ini dia menoleh padaku yang masih berdiri di tempat yang sama.

Baru saja masuk ke dapur, aku sudah dibuat kaget dengan dapur yang luas dan bersih. Meja makan dengan beberapa kursi yang tertata rapi. Vas bunga dengan bunga yang masih segar. Peralatan masak yang serba canggih. Semuanya jelas pernah aku lihat namun hanya bisa melihatnya saja. Tidak disangka hari ini aku bisa mencobanya di sini.

Belum juga selesai aku takjub dengan semuanya. Aku melihat isi kulkas yang penuh dengan bahan makanan. Semuanya bermerek dan tentu saja memiliki harga yang mahal. Jika aku hitung, sekali makan dengan bahan seperti ini akan menghabiskan beberapa ratus ribu. Sayang sekali.

Tanpa menunggu lama aku mulai memasak. Ini bukan keahlianku, tapi karena sejak kecil sudah diajari mandiri membuat aku belajar. Bahkan setelah tinggal sendiri aku mulai mencari beberapa menu untuk makan setiap hari. Meski sederhana tapi setidaknya aku tidak harus beli di luar.

Ayam goreng kremes dan sayur sop menjadi pilihanku. Aku tidak peduli apa pria itu suka atau tidak. Lagi pula ini bukan pekerjaanku yang sesungguhnya. Bahkan uang tip itu akan hangus juka aku tidak peduli karena memang aku tidak bisa masak seperti di restoran. Datang ke restoran juga belum pernah.

Selesai dengan menu itu. Aku membersihkan kembali dapur yang sudah aku pakai. Tidak lama pria yang tadi memakai bathrobe itu kini sudah berpakaian rapi dengan setelan jas juga dasi yang terlihat sangat serasi. Kembali aku merasa terpesona, namun aku sadar jika aku tidak setara dengannya.

"Maaf, aku hanya bisa memasak ini. Aku ..."

"Terima kasih."

Hanya kalimat terima kasih tapi sudah berhasil membuat aku tersenyum senang. Aku berniat mengambil uang yang di atas meja kemudian pergi tapi pria itu meminta aku duduk untuk menemaninya makan. Aku setuju saja, lagi pula hanya duduk.

"Besok datang lagi di jam yang sama."

"Apa?" Aku kaget saat mendengar kalimat yang dia katakan.

"Aku bisa membayarmu lebih dari ini. Jadi, datanglah di jam yang sama dan masak untukku."

"Saya tidak ahli masak. Saya biasanya hanya membersihkan rumah."

Pria itu meletakkan sendoknya. Di mana makanan di piring sudah habis semua. Padahal beberapa menit lalu aku masih melihat piring itu penuh makanan.

"Tiga kali lipat bayaranmu di Home Clean. Setuju?"

"Itu terlalu banyak."

"Tidak apa. Kau setuju?"

Sesaat aku berpikir sampai aku teringat kembali kenapa aku begitu ingin uang. Tanpa berpikir kembali aku langsung mengangguk setuju. Kami berjabat tangan, tangannya terasa dingin dan kaku.

"Surat kontrak bisa kau tanda tangani besok. Kau bisa pergi sekarang."

"Baik. Terima kasih."

Pria itu mengangguk dan aku bisa keluar dari apartemen itu dengan hati senang. Jika aku bisa mendapat uang tiga kali lipat aku pasti akan mudah meminta detektif untuk mencari orang tua kandungku.

1
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
ehhh blm ada yg ketemu novel ini kah aku izin baca ya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!