Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Juliette
Di sebuah lorong klinik yang sepi terlihat seorang wanita cantik menawan, dia adalah Juliette Princess Flint. Juli nama panggilannya. Dia berusia dua puluh lima tahun. Wanita dengan wajah cantik yang memiliki senyuman yang manis, bentuk tubuh yang sempurna. Karena itu dia menjadi daya tarik jiwa setiap lelaki yang melihatnya. Selain mempunyai wajah yang cantik jelita, dia memiliki kepintaran. Dia salah satu lulusan kedokteran Universitas Harvard dengan nilai yang sangat memuaskan. Dia dilahirkan dari keluarga terpandang di negara Amerika Serikat.
Ayahnya salah satu pewaris dari keluarga terkaya dan merupakan seorang ilmuwan yang bergerak di bidang Informatika. Ibunya seorang dokter bedah yang terkenal di kota New York. Dia mengikuti jejak ibunya menjadi dokter bedah di sebuah klinik milik keluarganya. Tapi sejak remaja, Juliette tidak pernah melihat ayahnya lagi karena ayahnya meninggal dunia akibat sebuah tragedi kecelakaan. Juliette dibesarkan oleh ibunya dengan rasa kasih sayang yang melimpah sehingga dia menjadi seorang wanita yang cantik, memiliki kepribadian yang baik, penyemangat dan cerdas. Meski dia tidak pernah lagi merasakan kehadiran seorang ayah, dia tidak pernah merasa sedih bahkan putus asa dalam menjalankan kehidupannya.
Langkah kakinya menyusuri lorong dengan mantap menuju ke pintu ruang Instalasi Gawat Darurat. Membuka pintu belakang ruangan itu. Masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat ada dua orang pria yang sedang berbaring di atas brankar. Dia melanjutkan langkah kakinya menghampiri ke seorang pria yang memiliki luka di lengannya sehingga lengannya berlumuran darah. Menghentikan langkah kakinya di sebelah kanan tempat tidur pasien. Memakai sarung tangan yang sudah disiapkan.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Juliette lembut sambil menoleh ke salah satu perawat klinik.
"Dia memiliki luka tembak Dok, " ujar perawat itu.
"Bos saya tertembak. Lakukan apa pun yang diperlukan, tapi harus cepat!" samber pria yang satunya lagi tanpa basa - basi
"Anda harus tenang Tuan," celetuk Juliette tegas sambil mengambil beberapa alat medis yang sudah disterilkan.
Seketika pria yang sedang ditangani oleh Juliette menoleh ke Juliette. Tatapan mata mereka bertemu. Pandangan mereka membeku. Ada desiran lembut di relung hatinya Juliette ketika menatap wajah tampan milik pria itu. Baru pertama kali dia merasakan hal seperti itu. Secepat kilat dia mengalihkan perasaan itu karena dia ingin fokus bekerja. Juliette membungkukan badannya untuk mengambil sebuah peluru. Juliette merasakan hembusan nafas pria itu yang terengah-engah.
"Tahan sedikit, saya akan keluarkan pelurunya," ujar Juliette dengan suara yang tenang namun fokus.
Tangannya Juliette bekerja dengan hati-hati. Berusaha mengeluarkan sebuah peluru yang bersarang di lengan pria itu. Pria itu masih menatap Juliette dengan intens. Pria itu merasakan aura yang kuat dari Juliette. Matanya Juliette yang tajam mencerminkan pengalaman yang luar biasa. Memliki sepasang mata berwarna Hazel, alis yang tertata rapi dan bibir yang masih tersembunyi dibalik masker sehingga membuat dirinya merasa ada sesuatu yang misterius dalam diri Juliette.
Meskipun hanya sebagian wajahnya yang terlihat, ada kecantikan yang memikat. Juliette melakukan pekerjaannya dengan cekatan dan teliti sehingga beberapa menit kemudian peluru itu berhasil dikeluarkan dari lengan pria itu, membuang peluru itu ke tempat sampah, memberikan obat dan menutup luka itu dengan perban. Membuka sarung tangan, lalu membuang sarung tangan itu ke dalam tong sampah. Berjalan ke westafel untuk mencuci tangan.
"Bos tetap di sini, saya akan pergi sebentar karena terlalu beresiko jika mobil kita terparkir di depan klinik ini, " ucap pria yang satunya lagi sambil beranjak dari tempat tidur pasien.
Tak lama kemudian pria itu langsung bergegas melangkahkan kakinya keluar dari ruangan IGD melalui pintu depan ruangan itu. Pria yang ditangani Juliette memandang ke arah pintu depan ruangan IGD dengan tatapan mata yang kosong, seakan dia sedang memikirkan banyak hal. Tanpa pria itu sadari. Juliette memperhatikannya. Juliette terpesona dengan wajah tampan pria itu.
"Sudah selesai, apakah masih sakit?" ucap Juliette ramah sambil berjalan menuju pria itu.
"Tidak," jawab pria itu.
"Bagus, Anda harus tetap berada di sini, karena kondisi Anda sedang kami pantau. Kalau begitu saya keluar dulu. Kalau ada apa-apa, Anda bisa panggil perawat atau saya," ujar Juliette sambil berbalik, siap meninggalkan ruangan.
"Tutup klinik malam ini. Aku akan membayar kerugiannya," ucap pria itu dingin yang membuat Juliette menolehnya.
"Kenapa aku harus menutupnya?" tanya Juliette kaget.
"Karena aku sedang diburu," jawab pria itu dengan tegas.
Setelah mendengar jawaban pria itu, spontan Juliette membesarkan kedua matanya dan terdiam beberapa detik. Dia mencerna makna dari ucapan pria itu. Pria itu menatap Juliette dengan intens. Wajahnya Juliette yang hanya terlihat separuh karena masker nampak semakin serius. Tanpa berkata lagi, Juliette berbalik dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan lewat pintu belakang dengan langkah cepat. Setelah keluar dari ruangan itu, Juliette berjalan ke bagian administrasi dengan pikiran yang masih berputar karena pria itu.
Tadi ketika dia berada di ruang IGD, dia sempat merasakan keterangan. Ada sesuatu yang tidak biasa tentang pria itu, meskipun tampaknya dia berusaha menyembunyikan semuanya di balik sikap dinginnya. Juliette menghentikan langkah kakinya di depan meja resepsionis. Juliette menarik nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Juliette menatap seorang perawat yang tadi membantunya di ruang IGD.
"Bagaimana keadaan pria tadi, Dokter?" kata perawat itu.
"Aman. Sudah selesai diobati, tapi kita masih tetap melakukan observasi luka di lengannya," jawab Juliette tenang, tapi ada sedikit kelelahan di dirinya Juliette.
Perawat itu menganggukkan kepalanya, namun bertanya lagi, "Tapi mereka belum isi administrasi, Dok?"
"Biarkan dulu. Lagian, temannya masih pergi. Kita bisa urus administrasi nanti," ucap Juliette sambil melirik ke pintu utama klinik itu dengan khawatir, seakan merasakan sesuatu yang tak beres. "Oh ya, kalau ada yang mencurigakan yang datang dan ada beberapa orang yang menanyakan pria itu, dan dokter klinik ini, bilang pria itu tidak ke sini. Karena pria itu sedang diburu."
Perawat itu tampak bingung sebentar, lalu menganggukkan kepalanya sambil berucap, "Siap, Dokter Juliette."
Juliette memutar tubuhnya dan menatap sekelilingnya sejenak, perasaan gelisah mulai merayap. Ada banyak yang belum dia ketahui tentang pria itu dan siapa yang mungkin mengincarnya. Tapi satu hal yang dia tahu, dia harus tetap waspada. Membuka pintu belakang ruang IGD, lalu masuk ke dalam dengan langkah kaki yang tergesa-gesa. Menghentikan langkah kakinya di samping kanan pria itu.
"Maaf Tuan, klinik ini tidak bisa ditutup seenaknya, tapi aku pastikan Anda aman di sini. Nama Anda siapa Tuan?"
"Ronald, nama Anda siapa Bu Dokter?" ucap Ronald datar.
"Juliette."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Terima kasih banyak para reader budiman yang telah sudah membaca cerita novel ini, jangan lupa
Di like ☺
Dikasih hadiah 😊
Komentar, kritik dan saran 😊