NovelToon NovelToon
Misteri Ikat Rambut Berdarah

Misteri Ikat Rambut Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Horror Thriller-Horror / Cinta Beda Dunia / Hantu / Si Mujur / Tumbal
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Niat hati Parto pergi ke kampung untuk menagih hutang pada kawannya, justru mempertemukan dia dengan arwah Jumini, mantan cinta pertamanya.

Berbagai kejadian aneh dan tak masuk akal terus dialaminya selama menginap di kampung itu.

"Ja-jadi, kamu beneran Jumini? Jumini yang dulu ...." Parto membungkam mulutnya, antara percaya dan tak percaya, ia masih berusaha menjaga kewarasannya.

"Iya, dulu kamu sangat mencintaiku, tapi kenapa kamu pergi ke kota tanpa pamit, Mas!" tangis Jumini pun pecah.

"Dan sekarang kita bertemu saat aku sudah menjadi hantu! Dunia ini sungguh tak adil! Pokoknya nggak mau tahu, kamu harus mencari siapa yang tega melakukan ini padaku, Mas! Kalau tidak, aku yang akan menghantui seumur hidupmu!" ujar Jumini berapi-api. Sungguh sekujur roh itu mengeluarkan nyala api, membuat Parto semakin ketakutan.

Benarkah Jumini sudah mati? Lalu siapakah yang tega membunuh janda beranak satu itu? simak kisah kompleks Parto-Jumini ya.
"Semoga Semua Berbahagia"🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wanita Kusut

“Duh! Hampir Maghrib!” seru Parto seraya melirik jam tangannya setelah turun dari bus antarkota yang ditumpanginya hampir selama delapan jam perjalanan.

Seorang pria paruh baya menghampiri Parto dengan senyum penawaran disertai tatapan harap. “Ojek, Mas! Mau kemana?”

“Nggak Pak, anu … mau nyari angkot atau bus yang ke arah kampung Kalibaru, apa masih ada, ya?”

Si tukang ojek mengernyitkan dahi, lalu mengangkat sebelah alisnya, terheran dengan tujuan Parto. “Kalibaru? Yang di bawah gunung itu? Sampeyan yakin, Mas?” tanyanya kemudian.

“Iya, Pak. Bisa bantu saya nyari jalur bus-nya?”

Masih dengan wajah keheranan tak percaya, si tukang ojek mengangguk-angguk pelan, “Bisa sih. Ayo ikuti saya!” ucapnya terdengar ragu. Ia kembali mengamati Parto dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, kemudian beralih menatap ransel yang ditenteng Parto.

“Mudik toh, Mas? Orang tuamu tinggal di kampung itu?” tanya-nya lagi seakan masih tak percaya dengan tujuan Parto.

Sedangkan Parto gantian yang terheran dengan sikap si tukang ojek yang rasanya begitu ingin tahu banyak. “Nggak, Pak. Cuma mau ke tempat teman aja,” sahut Parto mulai merasa tak nyaman.

“Nah itu bus-nya pas dateng, Mas!” seru si tukang ojek sambil menunjuk pada sebuah bus tua berwarna biru yang baru saja terlihat memasuki areal terminal.

Si tukang ojek menepuk punggung Parto, “Ati-ati ya, Mas.”

Satu pesan yang membuat Parto melongo. Pasalnya setelah mengatakan hal itu, si tukang ojek langsung berlari kecil meninggalkan Parto tanpa memberinya kesempatan untuk sekedar berucap terimakasih.

Kesan pertama yang cukup membuat Parto berpikir. ‘Kenapa nada bicaranya seperti orang khawatir, apa ada yang salah dengan kampung itu?’ pikirnya sambil menapakkan kaki menaiki dua tangga kecil untuk masuk ke dalam bus itu.

Parto sembarang duduk pada sebuah kursi tunggal penumpang yang kosong, tepat di samping jendela.

Sunyi, dingin, bau kampas kotor, bau bensin, dan reyot.

Kesan tak menyenangkan selanjutnya dari bus yang sebagian besar catnya telah terbuka, digantikan pemandangan body bus yang berkarat.

‘Bus ini sudah nggak layak jalan, kenapa nggak diperbaiki dulu sih?’ batinnya lalu melirik ke beberapa penumpang yang sibuk dengan ponsel masing-masing, seakan sudah terbiasa dengan kondisi bus yang mereka tumpangi.

Sayup-sayup terdengar seruan adzan dari masjid, yang menandakan waktu sudah beralih menuju ke malam hari. Situasi terasa damai sejenak, hingga tepat saat suara adzan terhenti, seorang wanita masuk ke dalam bus.

Wanita itu tampak kusut, dengan atasan kaos berwarna biru tua, dan bawahan rok merah panjang hampir menutupi seluruh kakinya.

Wanita itu berdiri tepat di sisi Parto, membelakangi dirinya, karena tak lagi kebagian kursi penumpang.

Plok!

Dari sudut matanya, Parto melihat sesuatu jatuh dari tubuh wanita itu.

Kesan tak menyenangkan dari penampilan si wanita, membuat Parto hanya mampu melirik perlahan, mencari tahu benda apa yang jatuh.

‘Eh? Kayak ikat rambut ya? ’ batinnya lalu beralih menatap si perempuan.

Melihat rambut si wanita tergerai, membuat Parto berpikir bahwa itu pasti milik si wanita. Lalu tangan kirinya meraih benda yang tergeletak di lantai bus itu perlahan.

“Mbak … ikat rambutnya jatuh!” ujar Parto seraya mengacungkan tangannya yang memegang ikat rambut berwarna peach itu.

Entah karena rusak atau lupa, sang sopir belum menyalakan lampu sehingga hanya pantulan cahaya dari toko-toko yang berjajar di pinggir terminal itu yang menjadi sumber pencahayaan di dalam bus.

Dari remang-remang lampu itulah, Parto menangkap senyum tipis dari wanita pemilik ikat rambut.

‘Kenapa senyumnya agak mengerikan begitu ya? Apa cuma perasaanku saja?’ pikir Parto seraya mengangguk menyunggingkan senyum kikuk.

Parto buru-buru memalingkan wajah serta menarik kembali tangannya setelah si wanita itu mengambil pita dari tangannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Anu ….” Parto mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah wanita itu lagi, “Kalau tujuan mbak-nya jauh, silakan mbak-nya duduk!” Dengan sopan, Parto menawarkan tempat duduknya untuk si wanita.

“Nggak usah, Mas. Tujuan saya deket kok!” sahut si wanita tanpa menoleh dengan suara yang lirih, bahkan hampir tak terdengar.

Wanita itu bergeming. Dalam pandangan Parto, wanita itu mengenakan baju yang basah hingga beberapa tetes airnya membasahi lantai bus.

‘Merinding!’

Tiba-tiba Parto merasakan hembusan dingin menerpa kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Parto bergidik berusaha mengusir perasaan ngeri.

Brum!

Deru mesin bis terdengar, sang sopir pun mulai melajukan kendaraan tua itu.

Bus tua itu melaju dengan kecepatan sedang. Ketika mulai melewati area pegunungan. Hawa dinginnya malam membuat Parto semakin kedinginan. Ia mendekap ransel yang dipangkunya agar tetap hangat.

‘Ah, namanya juga di pedesaan dekat gunung, hawa dingin seperti ini ya wajar kan, wong udah mau malem,’ batin Parto berusaha mengabaikan perasaan aneh dan tak nyaman.

'Aku benar-benar khawatir bus ini tiba-tiba macet,' imbuhnya, kembali menyandarkan punggung sambil menghela nafas beberapa kali.

Seorang kondektur mendekatinya, “Ongkos!” todongnya seraya mengulurkan telapak tangan yang terbuka.

“Kalibaru, Mas, berapa?” tanya balik Parto seraya merogoh saku celananya.

“Hm? Kalibaru? Dua puluh ribu wae, Mas.”

Tanpa bertanya lagi, Parto menyerahkan selembar uang sesuai yang diminta sang kondektur.

Udara dari luar menerobos bebas masuk ke dalam rongsokan besi tua itu, karena jendela-jendela bus itu telah banyak yang tak bisa ditutupkan dengan baik, membuat hawa dingin semakin terasa menusuk ke dalam tulang.

Parto membenahi duduknya,menyandarkan kepalanya pada sisi body bus, sedikit melamun sambil melihat pemandangan malam yang gelap. Beruntung lampu-lampu perkampungan yang jauh terbatas petakan-petakan sawah itu justru menciptakan kerlap-kerlip cahaya bagai kunang-kunang yang beterbangan di malam hari.

Parto membuka google map, hanya untuk memperkirakan jarak tempuh dan waktu yang akan dihabiskannya di dalam besi tua penuh dengan bau asap dan kampas yang membuatnya mulai merasa pusing dan semakin tak nyaman.

“Ck! Masih setengah jam lagi!” gerutu Parto dalam hati, lalu sebuah pesan masuk.

—”Wes nyampe belum Le?” tanya Bu Sutarmi, ibunda Parto.

—Belum, Bu. Masih naik bis kota seperti yang ibu tunjukkan kemarin.—

Parto masih memandangi layar ponsel, namun sudah beberapa lamanya ia menunggu, tak ada balasan apapun lagi, padahal jika saja sang ibu mau berbalas pesan dengannya, cukup bagi Parto untuk mengusir perasaan aneh yang sejak tadi terus mengganggu.

Pikiran Parto melayang kembali ke rumah, mengingat pesan sang ibu saat ia hendak berangkat.

…………..🫒

“Ibu nggak melarang atau menghalangi semua keinginanmu, Le. Tapi ingat, rejeki, jodoh, maut, itu semua sudah diatur sama Gusti Allah. Semoga Walji ada dirumah, jadi kamu nggak usah lama-lama nginep di sana.” Nasehat Bu Sutarmi seraya membereskan meja setelah mereka berdua selesai sarapan.

“Bersyukurlah Le, Gusti Allah menunjukkan sifat aslinya Risma.” Bu Sutarmi menghela napas sejenak, menghentikan beberapa saat kegiatannya mencuci piring, lalu berbalik mendekati sang putra yang masih duduk di meja makan.

“Bukan maksud Ibu jahat. Tapi, Ibu juga tak menyangka kalau keluarga itu sangat matre. Ikhlasno ya Le!” Bu Sutarmi memeluk punggung sang putra, lalu mengelus kepalanya.

………🫒

Tes

Tes

Tes

Lamunan Parto tersadar saat ia merasakan tetesan hangat di punggung tangannya. Meski dalam gelap, secara reflek Parto menatap ke langit-langit bus tua itu. Namun tentu saja ia tak bisa melihat apapun selain hanya ruang hampa yang sangat gelap dan dingin.

‘Hm?! Apa ini? Kenapa baunya anyir, tetesan apa ini?’ batin Parto. Karena gelap, ia hanya mendekatkan punggung tangannya ke indra penciumannya, untuk memeriksa.

...****************...

Bersambung.

Komentarnya ya gess,, othor baru kerasukan Jumini. Kita lihat nanti akan jadi seperti apa.🙏

1
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
aihhh... si parto napa lemot gitu? masa mau jd detektif lemot gitu, haduuhhh
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: maksudnya main detektif detektifan gitu... kam dia lagi nyelidiki kasus to /Grin/
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: kan memang dia bukan detektif mom, 🤣
total 2 replies
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
apa mungkin si walji ya?
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: 🤐🤐🤐🤐🤐🤐
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
wah ada Parto nih 🤭
HK: Jadi pahlawan kesorean dia, Kak /Smile/
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
perundungan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Apa ini Sukijo 🤔
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: 🤐🤐🤐🤐🤐
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: tadi mlh ku pikir si walji
total 2 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Apa itu Walji 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Lagian tuh toko kan pk duit kamu 🤭
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: kan pura-puranya nggak mau asal serobot kuasa, masih mikir temen, gitu kan ceritanya 🥴🥴
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kemana Lasmi tuh 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
terakhir
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎мαмι𝐀⃝🥀§͜¢ ᴳᴿ🐅
ini yang begooo siapa lasmi diam di bully parto gak ngeuhh ya lagi pegang hape bisa buka email nya ya ampun parto lemot/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎мαмι𝐀⃝🥀§͜¢ ᴳᴿ🐅: kayak author nya ya/Facepalm/
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: /Doge//Doge/
total 5 replies
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎мαмι𝐀⃝🥀§͜¢ ᴳᴿ🐅
bikin penasaran saja siapa lagi ini orang/Shy/
Bulanbintang
mungkin maksudnya 'mengarahkan' ya, thor?
Yuli a
jadi pembullyan itu udah ada sejak jaman dulu ya...😂
Yuli a: /Joyful//Joyful/ biasanya didengkul, ini malah difantat... pantesan fantatnya pada anu.../Facepalm//Facepalm/
Ai Emy Ningrum: otak mreka letaknya di fantat 🤭🤭
total 26 replies
Yuli a
Jum kok punya adik...? ortu punya nggak sih..??
Yuli a: hah....???
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: annunya habis./Smug/
total 6 replies
Yuli a
wah.... kalau niat baik, emang selalu ada jalannya ya...
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: gw juga kudet mbak Yul, baru Nemu tontonan itu tahun lalu malahan. 🤣
Yuli a: oh, dulu masih kecil bngt nonton. dh pada lupa. ingatnya cuma kera sakti doang. itu pun karena sering dibikin film lagi...😂
total 7 replies
Yuli a
Pepet si Linda to, mungkin bnyk informasi yang kamu dapatkan
Yuli a: 😂😂😂 nggak dong... kasih jarak semeter...
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ: huum, kalau Deket takut khilap🥴🤣
total 19 replies
Yuli a
jangan-jangan hantu muka rusak itu adalah Utari ya.... 🤔🤔
Yuli a: mungkin emang hasil dari menghalu....😂😂🏃🏃🏃🏃
Ai Emy Ningrum: cerita nya jg ngayal ,ngehalu 😙
total 10 replies
Yuli a
Weh... siapa ya nih orang... misterius banget.. bawa pistol pula...
Yuli a: pingin telur siapa...??? bebas...😂😂
Ai Emy Ningrum: lapar ya makan /Joyful//Joyful/
total 8 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!