RINJANI (Cinta sejati yang menemukannya)
jani seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang berantakan, dirinya berubah menjadi sosok pendiam. berbanding terbalik dari sikap aslinya yang ceria dan penuh tawa.
hingga jani bertemu dengan seorang pria yang merubah hidupnya, jani di perkenalkan dengan dunia yang sama sekali belum pernah jani ketahui,jani juga menjalin sebuah hubungan yang sangat toxic dengan pria itu.
Dapatkah Jani terlepas dari hubungan toxic yang dia jalani? atau Jani akan selamanya terjebak dalam hubungan toxic nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AUTHORSESAD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AWAL BERTEMU
malam ini udara di kamar terasa dingin, padahal di dalam kamar tidak ada AC ataupun kipas angin. namun entah mengapa kamar yang jani tempati terasa begitu dingin dan sepi. lambat terdengar suara dia orang yang sedang beradu hingga membuat jani terbangun.
jani duduk di sisi ranjang dengan tatapan kosong mengarah pada dinding kamarnya yang berwarna putih. sudah bisa jani tebak jika kegaduhan itu adalah ulah orang tuanya.
ya.... orang tua jani yang tidak pernah bisa akur, bahkan setiap mereka bertemu akan selalu bertengkar entah apa yang mereka ributkan.
"ngapain kamu pulang?! kamu pikir aku nggak tau apa yang sudah kamu lakukan di luar?!"
teriakan Rosaline begitu keras hingga terdengar jelas ke kamar jani. Roslanie adalah ibu jani yang siap berteriak jika Ammar ayahnya pulang kerumah.
"kamu ngomong apa sih Rose? aku capek pengen tidur"
Ammar menyibak selimut dan hendak membaringkan tubuhnya.
"mending kamu keluar, tidur saja kamu sama simpanan kamu, toh selam ini kamu juga tidur di sana kan?! "
Rosaline menarik selimut kasar dan membuangnya ke lantai.
"kamu apa-apan sih, aku capek kamu kenapa kaya gini?! "
"capek?! kamu bilang kamu capek?! kerjaan kamu cuma sibuk cari wanita yang mau kamu tidurin kamu bilang capek?! "
dada Rosaline naik turun dengan nafasnya yang memburu, rasanya dirinya ingin sekali mencakar wajah suaminya yang sering kali berselingkuh dengn wanita lain, padahal dirinya sudah membantu perekonomian keluarga demi kebutuhan ketiga anaknya.
"Ammar, lebih baik kamu pergi sebelum anak-anak tau kalau kamu pulang" suara Rosaline berubah lirih.
"baik aku akan pergi tapi aku mau minta surat tanah rumah ini dulu" ucap Ammar tanpa malu.
"dasar pria gila, bajingan.... sudah berbulan-bulan kamu tidak pulang begitu pulang dengan mudahnya kamu meminta surat tanah!!!!!! "
Rosaline kembali murka dengan ucapan Ammar yang tidak tau malu.
"mending kamu pergi Ammar!!!! kalau tidak aku akan teriak biar kamu di gebukin warga" ucap rosaline dengan nafas tersengal dan mata memerah.
"oke... aku bakalan pergi, tapi ingat aku akan datang lagi meminta surat tanah itu lagi. "
setelah mengucapkan itu, Ammar pergi dengan membanting pintu kamar, seketika tubuh Rosaline jatuh ke lantai. dirinya tak kuasa menahan genangan air mata yang sedari tadi ingin tumpah.
Rosaline menepuk-nepuk dadanya seakan dadanya menahan sesak yang sangat berat.
sedangkan di dalam kamarnya Jani hanya diam mematung dengan earphone yang terpasang di telinganya dirinya sungguh sangat muak karena harus mendengarkan ocehan dia makhluk yang sangat egois.
*****
pagi ini Rosaline terlihat sibuk memasak di dapur, sedangkan di meja makan nampak liliy adik bungsu Jani yang tengah asik memakan camilan yang di buatkan oleh Rosaline
"Jani... kamu sudah bangun" ucap Rosaline saat melihat jani berjalan ke kursi depan TV.
"ini ibu buat kue, nanti kamu mampir ke rumah om Andy ya" Rosaline menaruh paper bag di atas meja.
"mau pinjem uang lagi?" ucap jani sembari memasukan bukunya ke dalam tas.
Rosaline hanya tersenyum dan mengangguk.
"lisa..... cepat nanti kakakmu telat" Rosaline berteriak memanggil lisa anak keduanya.
anak Rosaline ada tiga yaitu Rinjani, Monalisa, Liliyana. sebenarnya merek bisa dibilang keluarga kaya namun karena ulah Ammar membuat harta mereka habis sedikit demi sedikit, dan bodonya Rosaline dia tidak pernah mempermasalahkan itu, tapi itu dulu.... karena sekarang rosaline harus mempertahankan harta satu-satunya yang dia miliki. yaitu rumah sederhana yang sedang mereka tempati.
"iya bu.... kenapa sih ibu tuh suka banget teriak-teriak" lisa keluar kamar sembari membawa tas ranselnya
Lisa duduk di sisi liliy dan mengambil sepiring nasi dengan lauk telor ceplok, Lisa mengunyah makanannya dengan sedikit pelan. seperti sedang menimbang sesuatu, hingga Lisa memberanikan dirinya untuk bicara.
"Bu.... Lisa di tagih uang praktek lagi, kalau hari ini Lisa nggak bayar" ada jeda sedikit di antara kalimat yang Lisa ucapkan. sedikit menarik nafas Lisa kembali melanjutkan ucapannya.
"kalau nggak bayar hari ini, Lisa nggak bisa ikut praktek biologi bu"
Rosaline terdiam dengan tangan yang tergantung di udara, rasanya hatinya sangat teriris mendengar putrinya yang terancam tidak bisa mengikuti kegiatan praktek di sekolahnya.
Namun..... dirinya bisa apa, jika ayah mereka saja tidak pernah memberikannya uang, sedangkan dirinya harus membiayai ketiga putrinya. beruntung dirinya masih bisa menjahit untuk menyambung kehidupan mereka.
"nanti ibu ngomong sama guru kamu, kalau kamu bayar uang praktek besok" Rosaline mengusap kepala Lisa lembut.
Lisa hanya mengangguk, meski sedikit kecewa dan sedih, namun Lisa juga tidak bisa memaksakan ibunya untuk membayarkan uang praktek nya. Lisa tau dan sangat tau bagaimana kehidupan keluarga mereka.
"ya udah Lisa berangkat bu" Lisa mencium tangan Rosaline.
begitu juga dengan Rinjani yang sedari tadi hanya diam duduk di depan TV, namun siapa yang tau jika pikiran Jani sangat ribut dan berisik.
"jangan lupa Jani, nanti mampir ke rumah om Andy" Rosaline memberikan paper bag pada Jani.
Jani hanya mengangguk, tanpa ada ekspresi dari wajahnya.
******
sekitar lima belas menit akhirnya motor matic hitam yang di kendarai Jani dan Lisa sampai di sekolah Lisa.
"Lisa masuk kak" Lisa menyalami tangan Jani dan menciumnya.
"bentar"
Jani mengambil dompet dari tas ransel miliknya, Jani mengeluarkan dia lembar uang dengan pecahan seratus dan lima puluh ribu.
"nih, buat bayar praktek"
"nggak usah kak, ini kan uang bensin kakak"
"udah nggak papa, nanti kakak bisa pinjem sama kak Fita"
Jani menarik tangan Lisa dan memberikan uang itu pada Lisa. Lisa hanya bisa terdiam dengan perlakuan kakaknya, bagaimana tidak jika kakaknya lebih mementingkan dirinya daripada dirinya sendiri.
meski terlihat cuek namun kakaknya ini selalu mengutamakan dirinya dan juga keluarga.
"makasih kak"
"iya..... ya udah masuk sana"
Lisa mengangguk dan masuk ke dalam sekolah yang di mana di sana temannya sudah menunggu Lisa.
\*\*\*\*\*
Jani sampai di kampus tempatnya belajar, dirinya memarkirkan motor dengan sangat tenang, bahkan saat berjalan di Koridor Jani tak perduli dengan para mahasiswa yang sedang menatapnya aneh, bukan rahasia lagi jika para mahasiswa tau bagaimana kehidupan Jani.
sesampainya di kelas Jani langsung menenggelamkan wajahnya pada meja. sungguh Jani sangat mengantuk hari ini.
"ribut lagi?" Fita yang melihat Jani langsung duduk di samping Jani.
FITA ALEXANDRIA adalah sahabat sejati Jani mereka sudah bersama dari mereka SD hingga sekarang mereka kuliah, Fita memiliki kekasih yang juga sahabat dari Jani.
GIBRAN VALERINO adalah nama kekasih Fita, mereka sudah pacaran dari SMA, Gibran juga sangat tau bagaimana kehidupan berat yang Jani lalui.
"kenapa lagi tuh yang.. " ucap Gibran begitu masuk kelas.
"biasa" jawab Fita singkat.
Gibran hanya mengendikan bahu dan duduk di samping Fita.
"udah si nyet, nggak usah drama gitu. ini bukan yang pertama kan" Gibran menatap jani yang masih menyandarkan kepalanya di meja.
"apa sih Lo, gue ngantuk semalem gue nggak tidur" Jani mendongakkan kepalanya.
"ngapain?" ujar Fita lembut.
ya... Fita memang gadis SOFT SPOKEN jadi setiap kata yang keluar dari mulutnya terkesan adem.
"gue belajar buat nyantet orang" jawab Jani asal.
"gila Lo" Fita menepuk lengan Jani.
"ya udah kalau nggak percaya, mending Lo berdua mojok aja sana"
Jani mendorong Fita agar pergi, tentu Fita yang ingin bersama jani tidak mau meninggalkan sahabatnya ini.
"kebiasaan deh kalian" ucap Gibran jengah.
"boleh gue duduk di sini?"
seketika tangan Jani berhenti mendorong Fita, kini netranya melihat pada sosok pria yang berdiri di sisinya. namun tatapan itu hanya sekilas saja setelahnya Jani berlindung menatap buku yang ada di tangan Fita dan mengambilnya.
"duduk aja zra, lagian nggak ada orangnya" Gibran akhirnya membuka suara.
"tas Lo nyet" Gibran mengambil tas Jani dan memberikannya dengan kasar.
"biasa aja dong" sungut Jani.
pasalnya pria yang duduk di sampingnya ini adalah salah satu anggota geng motor terkenal di kota ini, bahkan dia juga banyak di gilai para ciwi-ciwi yang suka dateng ke arena balap.
dan sekarang cowok itu duduk di samping Jani, aman nggak jantungmu Jani.