NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 1

Ke Ibu Kota

Pandangan mata Lila tertuju ke pintu kamar Mira yang tidak tertutup rapat. Lila melangkah mendekat, dilihatnya Mira sedang bersimpuh di atas sajadah, berdoa dan terus terisak menangis. Lila tahu betul kalau bundanya sampai saat ini masih mencintai ayahnya. Bukan sekali dua kali Lila mendapati bundanya menangis, hal itu rutin dilakukan Mira sejak pria bernama Husien itu memutuskan pergi demi wanita bernama Farah

“Husien ! Aku bersumpah akan membalas setiap tetes air mata bunda,” batin Lila seraya meremas kuat ujung lengan baju kaosnya, lalu bergegas menjauh dari kamar Mira.

Lila Syafira, kini sudah dewasa, dia bukan gadis manja lagi yang bisa merengek minta dibelikan sesuatu kepada Mira. Lila tumbuh dan dibesarkan oleh Mira dalam hidup yang serba kekurangan, kini dia menjadi gadis cantik berkulit putih, dengan wajah melankolis. Gadis yang hidup kekurangan harta, tapi tak kekurangan kasih sayang itu sudah membulatkan tekad untuk mencari ayahnya di kota.

Mira bekerja keras untuk biaya pendidikan Lila, hingga Laila menjadi alumni lulusan Akutansi dari salah satu Universitas di Riau Sumatra ini.

“Bunda, Ijinkan Lila ke ibu kota.”ujar Lila seraya menyerahkan nilai ujian sarjananya yang begitu membanggakan.

Lila belajar dengan tekun dari SD hingga perguruan tinggi, dia selalu menjadi yang nomor satu dengan nilai-nilai yang sangat memuaskan, cita-citanya dari awal ingin berpetualang ke ibu kota.

Hari ini gadis penyuka abu-abu dan memiliki lesung pipit itu akan meninggalkan kota bertuah tempat lahirannya. Lila ke luar dari kamar, seraya menarik gagang travel bag, sambil mencantolkan tas tangan di bahunya.

"Bunda! Lila pamit,” ujarnya mencari Mira di ruang tengah.

"Kamu hati-hati di sana. Nak!" Mira menatap putrinya intens, lalu merengkuh dalam peluk kan, kalau boleh jujur, dia sangat keberatan melepas putri si mata wayangnya itu.

"Doakan Lila, biar dapat kerjaan yang bagus, dan bisa membawa bunda ke Jakarta,” ucap Lila dengan lugas, lalu melonggarkan pelukan Mira.

Mira tersenyum, lalu menyentuh kedua pipi putria nya, dia tidak ingin terlihat rapuh di depan Lila, dia harus terlihat ikhlas melepaskan putrinya pergi.

"Jika kerjamu di sana kurang nyaman, kamu balik lagi ke Riau, bisa bantu bunda mengurus bisnis bolu kemojo kita,” ujar Mira yang masih mengharapkan kalau putri semata wayangnya itu berubah pikiran.

Kini Mira menekuni kuliner khas Riau. Bagaimana menghancurkan kehidupan Mira. Saat Husien dengan tegas dan kejam meninggalkannya demi wanita lain. Mira yang hanya lulusan SMA, waktu itu tak punya keahlian apa-apa untuk mencari pekerjaan yang layak.

Pada saat itu Lila baru berumur 6 tahun, Mira terpaksa menjadi buruh cuci dari pintu ke pintu untuk menghidupi Lila dan dirinya, sampai akhirnya dia bekerja di rumah salah seorang berhati baik, yang memiliki usaha kuliner bolu kemojo.

Mira diijinkan oleh ibu Denada untuk bergabung, beberapa tahun kemudian karena kegigihan dan ketekunan Mira, membuat ibu Denada mempercayainya dan memberikan modal pada Mira untuk membuka usaha kemojo secara mandiri. Dengan modal itu Mira membuka usaha bolu kemojo di tempatnya.

Mira sangat bahagia dan berterima kasih kepada ibu Denada, berkat bantuannya Mira kini memiliki usaha sendiri yang sudah berkembang pesat, hingga dia mampu membiayai kuliah putrinya sampai mendapat gelar sarjana.

Tit…Tit.

Bunyi klakson mobil online yang dipesan Lila sudah sampai dan parkir di depan rumah bercat abu muda. Lila menyalami dan mencium punggung tangan Mira. Mira kembali memeluk erat putri satu-satunya. Dengan setengah hati dia terpaksa melepas kepergian Lila, kerena putri cantiknya itu memiliki cita-cita ingin bekerja di perusahaan besar dan bonafit yang ada di ibu kota.

Lila meregangkan pelukan Mira, lalu memperbaiki cantolan tas tangan di bahu, seraya melangkahkan kaki dengan mantap menuju pintu utama, diiringi dengan langkah berat Mira. Lila membuka pintu mobil, lalu memutar tubuhnya sejenak menatap Mira, melambaikan tangan dan menutup pintu mobil, Mobil bergerak membawa Lila perlahan meninggalkan rumah kelahirannya. Mira menatap kepergian putrinya hingga mobil yang ditumpangi Lila menghilang ditikungan.

“Pergilah. Nak! Gapai cita-cita yang kau inginkan. Doa bunda menyertaimu” Gumam Mira seraya menyeka air mata yang bergulir disudut netranya, lalu dia memutar tubuhnya masuk ke rumah, duduk di sofa dan menangis di sana.

“Bunda, maafkan Lila.” Batin Lila seraya menoleh ke belakang. Namun rumahnya sudah tak terlihat.

Lila tahu persis, bagaimana perasaan wanita yang melahirkannya itu, saat dia memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pergi merantau. Walaupun bundanya terlihat sangat tegar, tapi senyuman dan tatapan mata Mira tak bisa berbohong. Lila tahu itu.

“Bunda! Lila berjanji, akan membuat laki-laki bernama Husien itu bertekuk lutut di depanmu.” Geram Lila dendamnya begitu membara, dia menyesap buliran kristal yang sempat menetes di sudut matanya. Masih segar dalam ingatannya, bagaimana Husien mendorong Mira hingga terjerembab ke aspal yang mengakibatkan luka di lutut dan dahi Mira.

"Ayah jahat." teriak Lila waktu itu dan melemparkan tas sekolah ke wajah Husien.

Plak, plak dua tamparan mendarat di pipi Lila, dia terhuyung dan luruh ke lantai, setelah itu tak sadarkan diri.

"Bajingan! laki-laki itu tak pantas disebut ayah." kecam Lila geram.

"Husien! tunggu kedatanganku."

******

Satu jam kemudian Lila sampai ke bandara sulthan syarif kasim, karena tadi ada beberapa ruas jalan terhalang macet. Setelah membayar ongkos dan mengucapkan terima kasih, Lila keluar dari mobil, pelan tapi pasti dia melangkah masuk ke bandara, setelah menunggu lebih kurang satu jam. Pesawat yang membawa Lila pun terbang mengudara, ini merupakan pengalaman pertama Lila naik pesawat. Dua jam tiga puluh menit pesawat pun itu mendarat.

"Lila!" teriak Ismara dari jarak sepuluh meter seraya berlari.

Ismara teman SMA Lila, sebulan sebelum memutuskan untuk berangkat ke kota metropolitan itu. Lila sudah menghubungi Ismara. Berbagai drama saat menyampaikan hasratnya pada Mira, baru dia mendapat ijin. Bukan tanpa alasan dia menapakkan kaki ke Jakarta. Selain untuk mencari pekerjaan dan pengalaman, dia ingin menemukan pria yang bernama Husien yang telah menggores luka batin dalam hidupnya.

“Ismara! Akhirnya impianku memijakkan kaki di ibu kota menjadi kenyataan.” Seru Lila, dia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, tak perduli orang disekitar menatapnya tersenyum. Dua sahabat yang sudah lima tahun berpisah itu berpelukan beberapa saat, saling melepas rindu.

Ismara sudah memilik usaha di ibu kota, dia meneruskan bisnis ibunya. Dan sekarang Ismara menjadi seorang desainer yang handal. Ismara menjemput Lila dan membawa ke apartemen nya.

“Ayok masuk.”

“Apartemen mu bagus sekali.” Ujar Lila berdecak kagum seraya memindai ruangan yang didesain interior klasik. Ismara hanya tertawa menanggapi kekaguman Lila.

“Sambil menunggu lamaran kerjamu diterima, bagaimana kalau kamu kerja di butikku dulu.” Ujar Ismara seraya menyodorkan segelas teh manis.

Lila menyetujui usulan Ismara, dia memang sudah memasukkan beberapa lamaran ke berbagai perusahaan secara online, sampai hari ini Lila belum mendapat email balasannya.

"Kalau kamu lapar, aku sudah siapin makanan buat kamu di dapur, atau kamu bisa masak yang lain, jika kamu tidak suka, di kulkas banyak bahan mentah,” ujar Ismara sambil mencantolkan tas tangan di bahu.

"Baiklah teman, tidak usah khawatirkan aku,” ujar Lila, dia bersyukur sekali mempunyai sahabat sebaik Ismara. Dan di hari pertama sampai ke Jakarta, dia mau istirahat dulu.

Ismara berangkat ke butik. Sementara Lila masih berbaring di sofa, menghilangkan lelah, Lila kemudian menelpon bundanya, dan mengabarkan kalau dia sudah sampai.

******

Di butik

Ini hari kedua Lila di Jakarta, berbekalkan alamat dari Ismara, Lila pergi sendiri ke butik, tadi pagi Ismara mendadak pulang ke Bandung kerena ibunya sakit. Lila turun dari ojek online yang mengantarnya ke pusat perbelanjaan ibu kota, Lila bergegas menuju sebuah lift, berdiri di depan pintu lift, mata Lila focus menatap pintu lift, saat Lift terbuka, seorang pria berumur lima puluhan ke luar sambil menatap serius pada layar ponsel, hingga tidak memperhatikan di sekelilingnya, Sejenak Lila sempat memperhatikan pria brewok dan berkaca mata hitam itu keluar.

"Dompet.” batin Lila saat kakinya melangkah masuk, mata Lila tertuju pada sebuah benda berwana hitam yang menyentuh ujung kakinya.

"Pasti dompet pria tadi,” gumam Lila. Karena tidak ada orang lain yang ada di lift saat pria itu keluar dan begitu pula saat Lila masuk. Lila memungut dompet itu.

Sebelum Pintu lift tertutup, Lila menahan tombol hold door, lalu dia keluar dari lift dan berlari ke pintu utama mall. Sekilas dari kejauhan Lila melihat pria itu. Namun kemudian pandangannya tertutup oleh lalu lalang mobil yang keluar masuk parkir. Tanpa pikir panjang Lila berlari ke parkir di samping mall.

"Pak! pak!" Lila berteriak.

Terlambat, pria itu sudah masuk ke mobil ferrari putih, Lila mencari akal supaya tidak kehilangan jejek, dia berlari menyelip dari mobil ke mobil yang terparkir, sela mobil itu cukup dilewati oleh tubuhnya yang ramping, menuju arah pintu ke luar parkir, lalu menunggu mobil sang pria lewat. Lila berdiri ditengah jalan, Mobil yang ditumpangi pria itu berhenti, Lila mendekat dan mengetuk kaca mobil.

"Maaf saya menemukan dompet bapak tadi di dalam lift." Lila mengangkat benda yang terbuat dari kulit itu, agar orang yang berada di dalam mobil melihatnya, perlahan kaca mobil di turunkan pemiliknya.

"Benar sekali, ini dompet Tuan.” ujar sang supir seraya menoleh kebelakang.

Pria yang duduk di bangku belakang supir, perlahan menurunkan kaca mobil, mengambil dompet dari tangan gadis itu dan memeriksanya, setelah memastikan kalau itu memang dompetnya, Pria itu mengeluarkan selembar kertas.

"Besok temui saya dikantor." ujarnya tegas.

"Sekarang saya lagi buru- buru." ucap pria itu lagi sambil melemparkan sebuah kartu nama, Kesannya sangat terlihat angkuh, pria itu sama sekali tak melihat ke arah Lila.

Sambil mengibaskan tapak tangannya, memberi isyarat agar Lila menjauh. Pria itu menutup kembali kaca mobil dan meluncur meninggalkan Lila yang mundur beberapa langkah.

"Sombong sekali dia, siapa juga yang mau menemui mu." batin Lila, seraya berjongkok mengambil kartu nama yang jatuh tergeletak di atas kakinya.

"Dasar orang kaya tak ada akhlak!" maki Lila lagi.

"Sudah ditolong bukannya terima kasih." Gumamnya lagi sekilas menatap kartu nama yang sudah berada ditangannya.

"Husien Harahap." Lila mengeja nama yang tertera di kartu itu.

"Seperti nama ayah." Batinnya. Dia tersenyum dan berpikir bahwa Tuhan sedang berpihak padanya.

Apakah benar Husien ayah Lila

Lanjut ke Part 2

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!