Azalea gadis pendiam yang bekerja disebuah penerbitan buku. Hidupnya berubah ketika dia bertemu laki-laki bernama Ray.Pada satu malam yang tidak disengaja mereka terjebak dalam jalinan cinta yang lebih intim yang mengawali hubungan terlarang. Azalea terjebak diantara pilihan yang sulit,melanjutkan hubungan atau berpisah. tapi sanggupkah dia meninggalkan Ray, laki-laki pertama yang mengenalkannya pada dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risky Rafiyani Sembiring, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana hidup kita jika malam itu tak terjadi?
Azalea, gadis cantik itu, sedang duduk di atas kursi sebuah kamar hotel. Dia duduk termenung, dengan hanya sehelai handuk tipis menutupi tubuh indahnya.
Ekspresinya terlihat cemas. Setelah beberapa saat menatap layar handphone di tangannya—entah apa sebenarnya yang menarik perhatiannya—telepon di tangannya kembali berdering. Azalea menatap ke layar handphone dan mendapati nama yang begitu dikenalnya terpampang di sana. Ia masih berdiam dan mengabaikan panggilan itu. Sampai pada dering terakhir, handphone kembali mati. Hening.
Ia meletakkan handphone ke atas meja dengan agak kasar dan sekarang menatap ke arah pemilik handphone yang sedang tertidur pulas di atas kasur. Ya, dia adalah Ray, kekasihnya. Pria itu masih tertidur lelap dalam posisi telungkup. Tubuhnya setengah telanjang dengan selimut hanya menutupi sebatas pinggang, membuat Azalea bisa melihat jelas punggung kekarnya.
Lama ia termenung, sampai tak menyadari Ray—pria tampan itu—sudah membalikkan badan dan sekarang tengah menatapnya.
"Hai, cantik. Kenapa pagi-pagi sekali kau sudah melamun?" ujar Ray dengan senyum genit khasnya.
"Apa sih yang kau pikirkan?" lanjutnya lagi setelah melihat gadis itu tak berniat menjawab.
Azalea tak segera menjawab. Wajahnya tampak cemberut, dengan bibir sedikit manyun yang justru terlihat semakin seksi. Ia masih duduk bersilang kaki di atas kursi, tanpa mengubah ekspresi kesalnya.
Ray tertawa kecil. "Apa? Apa, sayang? Ceritakan saja padaku."
"Ada telepon dari Reyna," jawabnya ketus, masih dengan wajah cemberutnya.
Ekspresi Ray berubah serius. "Oh, benarkah?"
Pria itu kini bangkit dari tempat tidur dan mulai meraih pakaiannya yang berserakan di lantai sekitar kasur. Setelah selesai memakai pakaiannya, pria itu menghampiri gadis kecil yang masih menatapnya dengan tatapan kesal.
Ia tersenyum genit sambil mengecup bibir Azalea. Gadis itu buru-buru mendorong wajah Ray menjauh.
"Jangan cemberut dong, nanti cantiknya hilang," goda Ray.
Azalea tak menjawab, bahkan ia mengelak ketika pria itu akan memeluknya.
Ray menarik napas panjang, lalu membelai pelan rambut gadis itu. Tak melanjutkan perkataannya dan hanya menatap gadis itu lama.
"Maafkan aku, Lea. Ini mungkin salahku. Tapi kau tahu kan, aku sangat mencintaimu. Dan sekarang posisiku sedang sulit," ucap Ray dengan nada lembut.
"Aku mengerti kok," jawab Azalea cepat, tapi dengan nada tertahan.
Ray memegang bahu Azalea, dan sekarang matanya memandang lekat ke arah gadis di depannya.
"Aku janji, aku akan menyelesaikan semua ini secepatnya."
Azalea hanya mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan perasaan kalutnya. Sebuah senyum kecil terukir di wajah cantiknya, meski hatinya tidak benar-benar tenang.
Ray meraih kunci mobil dan handphone di atas meja. Sebelum pergi, ia memberi kecupan di kening Azalea.
"Aku akan menelpon," ucap Ray sambil berlalu.
Azalea menatap kepergian pria itu, diikuti suara pintu ruangan yang tertutup. Hening. Beberapa detik kemudian, matanya tampak berkaca-kaca, dan tak lama kemudian tangisnya pecah. Ia menangis sesenggukan sambil membenamkan wajahnya ke dalam tangannya.
Perasaannya kalut dan bercampur aduk. Marah, cemburu, bahkan rasa bersalah bercampur menjadi satu dalam tangisnya pagi itu. Entah sejak kapan semuanya dimulai, tiba-tiba saja hidupnya berubah seperti ini. Sebelumnya, ia hanya gadis biasa yang menjalani hidup dengan normal. Tapi kenapa sekarang hidupnya berubah drastis?
Bagaimana rasanya mencintai seseorang yang bahkan tidak bisa sepenuhnya dimiliki? Bukankah seharusnya sekarang ia tidak ditinggalkan? Bukankah harusnya pria itu tetap di sisinya dan memeluknya?
Tidak ada jawaban yang benar-benar ditemukannya.
Andai malam itu tidak terjadi, apakah Azalea masih bisa menjadi orang yang sama?