Pandemonium
Daratan Alfunni terbentang luas jutaan kilometer persegi, sayangnya hanya tanah kering terlihat sejauh fatamorgana. Tumbuhan hijau di sekitar rumah-rumah semi permanen telah mengering entah sejak kapan waktu tidak pernah ada yang tahu. Desa-desa di daratan lain yang dijadikan pemukiman penduduk, dibedakan berdasarkan kualitas hijau dan suburnya tanah.
Hal itu berbeda dengan desa pendosa, yang biasanya diisi oleh para pendekar, petualang, tentara bayaran, tidak terkecuali bajak laut dan pairotto. Khusus di Daratan Alfunni, tingkatan desa dibedakan dari seberapa kering tanahnya. Konon kondisi Daratan Alfunni yang kering itulah yang menjadi lahan paling subur untuk tunas-tunas Marnat, tetumbuhan misterius yang menjadi sumber kekuatan mengerikan para petarung.
Desa pendosa tingkat ketiga, tingkat terendah, biasanya terletak tak jauh dari tempat tandus namun tak jauh pula dari sumber air. Beberapa penjahat kelas teri hidup di sekitar pemukiman namun biasanya tak berbahaya untuk penduduk. Kecuali monster langka seperti Aslanoir, Kumakai dan monster level Giga lainnya yang sangat jarang ditemui – meskipun beberapa kali telah berkembang isu penduduk yang mati misterius. Kasak kusuk berkembang bahwa monster langka seperti Aslanoir atau Kumakai adalah pelakunya. Tidak ada yang pernah tahu, seperti apa wujud Aslanoir atau Kumakai.
Desa-desa pinggiran ini kemudian akan mengirim anak-anak dan pemuda-pemudi mereka dengan keterampilan bertarung dan bakat terbaik untuk dikirim ke desa tingkat selanjutnya. Di sana, mereka akan memasuki padepokan bela diri, unit militer, dan kelompok pendosa lainnya yang akan membantu hajat hidup dan status sosial keluarga mereka.
Bisa dikatakan, ketika para pemuda melangkahkan kaki mereka melewati gapura desa pendosa tingkat kedua, maka jati diri mereka akan terbentuk. Jika memasuki padepokan ternama, maka status mereka akan naik. Jika mendapatkan posisi di serikat dengan kekuatan yang kuat, maka orang lain akan berpikir dua kali untuk mengganggu mereka. Masa-masa seperti inilah yang menjadi pijakan pertama mereka yang akan menjadi fondasi untuk menentukan nasib mereka untuk melangkah ke tingkatan desa pendosa selanjutnya.
Banyak pemuda dan pemudi bermimpi untuk menjadi Savant di padepokan tingkat atas. Kelak para Savant inilah yang akan menjadi jenderal pimpinan ratusan ribu prajurit. Atau memilih jalan sunyi menjadi petualang penakluk lintas daratan. Mimpi dan hasrat akan kemakmuran dan kemewahan di tanam dalam-dalam pada cerita legenda saat pemuda pemudi ini kecil. Lalu mereka memulai langkah pertama menuju perjuangan panjang di desa pendosa tingkat kedua, entah nanti akan tumbuh dan berbuah, atau mati terbakar 'api' kebodohan, tergantung dari tekad dan kegigihan masing-masing.
Dan lima belas tahun yang lalu, di desa tingkat ketiga yang dijuluki Desa Mukkatil, datanglah bayi laki-laki dalam dekapan erat kakeknya. Tak ada yang tahu ketika ia meneriakkan tangisan pertama, petir dan halilintar merah menyambut di selaput awan gelap malam itu. Ia adalah cucu seorang Savant di padepokan Rongreyn, sebuah padepokan petarung tingkat rendahan.
Bertahun-tahun berlalu dan ia tumbuh menjadi pemuda dengan perawakan standar pemuda desa. Lazimnya cucu seorang Savant dari padepokan petarung secara otomatis menaikkan derajat si anak di mata penduduk desa. Namun hal itu tidak berlaku bagi anak ini, sayangnya, orang-orang hanya melihatnya sebagai sampah yang tak memiliki keterampilan dan bakat sama sekali.
“Bocah halu! Kakeknya sudah bersusah payah kesana kemari mencari ramuan tingkat tinggi dengan uang bulanannya dari padepokan. Tetap saja si anak tidak berguna itu tidak bisa melewati ujian level 3, bah!”
“Kakeknya dulu waktu masa muda juara kebanggaan desa, tapi ini anak bawa sial! Kalau ramuan bulanannya tidak diberikan ke cucunya tiap hari, mungkin kakeknya yang sudah berstatus Savant bisa naik menjadi Savant Suci di desa tingkat pertama sejak dulu!”
“Hehe, tenang saudara-saudara. Semua orang punya rahasia kekuatan masing-masing. Itu takdir. Manusia mana kuasa? Jangan salahkan Takka yang hanya punya talenta buat jadi petani atau malahan pemulung. Ckck.”
Cemooh dan ejekan dilontarkan keras dan jelas untuk di dengar keluarga Badda, terutama kepada si cucu, Takka yang talenta bertarungnya ‘mandeg’ di level 3 pada usia ke lima belas. Badda P. Teark adalah salah satu Savant paling disegani di seluruh Daratan Alfunni. Seorang Savant legendaris yang terkenal sebagai petualan penyelamat desa-desa yang nyaris kiamat karena monster level Zetta.
Kalau saja Badda P. Teark ada di situ dan mendengar cucunya direndahkan, maka ratusan orang bisa kehilangan semua gigi mereka dihajar olehnya. Bahkan mungkin ada yang mati dihajar habis-habisan olehnya. Tapi sayang ia sedang dalam misi penting untuk padepokannya, dan tak bisa kembali ke desa untuk pertemuan penting yang menyangkut nasib cucunya. Ini membuat orang-orang yang iri menjadi liar tak terkendali melampiaskan kekesalan mereka.
Itu adalah pertemuan pertunangan yang sudah ditetapkan lima belas tahun yang lalu oleh kepala keluarga masing-masing. Keluarga Badda P. Teark akan menerima rombongan keluarga Halim dari sisi si gadis. Banyak orang yang datang untuk melihat gadis yang katanya merupakan gadis tercantik di Desa Mukkatil, dan kejeniusannya menyamai talenta dari keturunan ningrat desa-desa tingkat kedua. Seorang gadis yang sudah menguasai level 8 di usia lima belas, dan sudah bersiap untuk mengambil ujian untuk kelas Archer!
“Cowoknya sekelas ampas kelapa, tapi ceweknya sudah jadi mutiara! Hahaha... kok bisa lho.”
“Kepala keluarga Halim sudah tua, matanya buta tak bisa membedakan berlian dengan batu kerikil! Kalau begini, enak sekali si Takka itu!”
“Ssshhh! Kalau pak tua Halim tahu kalian berbicara begitu, bisa dipenggal kepala kalian!”
“Cewek itu umur lima belas sudah masuk level 8. Padahal lahir dari desa pinggiran seperti ini, tanpa bantuan ramuan khusus seperti anak-anak dari keluarga kaya. Lebih lagi, katanya dia sudah berani ambil tes buat jadi Archer? Padahal yang level 10 saja masih kesusahan!”
“Jangan salah! Aku dengar keluarga Halim dapat harta karun bulan lalu! Biji bunga langka yang bisa menambah Experience, poin Agility dan Dexterity! Jelaslah, kalau yang punya AGL sama DEX tinggi, ambil tes Archer di level 8 bukan masalah!”
“Cuih, masih saja percaya dengan cerita bodoh itu? Mana ada orang-orang dari keluarga Halim yang mampu nembus Dungeon untuk cari harta karun? Nih, aku kasih bocoran, dua tahun lalu si cewek dari keluarga Halim pergi ke sebuah pelatihan yang di adakan Pakepokan Deusreyn khusus buat anak-anak jenius...”
“Deusreyn? Padepokan tingkat atas yang termasuk dalam sepuluh besar sekolah terbaik di Daratan Alfunni? Wah, tak kusangka ada anak dari Desa Mukkatil yang bisa ke sana.”
“Dengar dulu, bukan cuma itu saja, katanya anak perempuan Halim ini cakepnya bukan main! Banyak tuan muda dari keluarga-keluarga ningrat di pelatihan itu yang jatuh hati cuma sekali lirik. Terus, kabarnya, tuan muda keluarga Alastair berhasil deketin cewek itu, tapi tidak bisa maju lebih jauh gara-gara si cewek ternyata sudah dijodohkan sejak lahir! Konon kabarnya keluarga Alastair terus-terusan kirim ‘hadiah’ untuk menggoyahkan pak tua Halim tapi belum berhasil. Nah, Biji dengan efek AGL dan DEX tinggi itu sudah jelas hadiah dari Alastair untuk memenangkan hati si cewek.”
“Halah! Hati-hati kalau ngegosip, si Badda P. Teark temperamennya bukan main-main! Kabarnya bulan lalu beliau sudah naik level jadi level 46, kalau cuma kesenggol sedikit saja, bisa dirawat tiga bulan di Pusat Pemulihan!”
“Gak percaya? Lihat nanti kalau rombongan Halim datang, pasti ada orang Alastair di situ. Kalau gak ada, nih, potong lidahku!”
Orang-orang yang datang sibuk sendiri menyebar rumor atau mencemooh pertunangan ini. Walau pun tak ada dari mereka yang diizinkan masuk dan hanya berkumpul di sekitar gerbang kompleks pemukiman seperti orang-orang yang berunjuk rasa, tak ada dari mereka yang mau bersikap sopan.
Keturunan ujung dari keluarga Badda P. Teark saat ini sama sekali tak membuahkan bibit jenius. Bahkan, pewaris utama Badda P. Takka, dengan perkembangan level yang sangat lamban membuat orang-orang melihat mereka dengan sebelah mata. Mereka lupa sejarah panjang keluarga Badda, bahkan sebelum tahu siapa ayah dan ibu Takka.
Dan tidak ada yang tahu persis, siapa ayah dan ibu Takka. Semua penduduk desa hanya tahu, tengah malam lima belas tahun lalu, Badda P. Teark membawa bayi merah yang menangis melengking sepanjang dini hari, dan hanya berhenti ketika pagi menjelang, matahari mulai mengintip darii timur. Teark hanya mengucap satu kata pada semua penduduk yang menyambutnya, “cucuku."
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 9 Episodes
Comments