Menantu Idaman?

**

Kirana baru selesai mandi saat jam hampir menunjukkan tengah malam.

Ia mencium aroma sampo Arlan yang beraroma mint dan maskulin saat menggosok rambutnya.

Tubuhnya terasa bersih, namun seketika ia panik saat mencari handuk.

"Aku lupa bawa handuk," batinnya. Ia bingung harus berbuat apa.

Kirana mengintip dari balik pintu kamar mandi, melihat Arlan belum tidur dan masih asyik membaca buku di sofa.

Ia mengurungkan niat untuk keluar dengan gaun yang telah ia pakai tadi.

Rasa gengsi membuatnya enggan meminta bantuan Arlan, sehingga ia terus menunggu di dalam kamar mandi.

Setelah setengah jam berlalu, ia kembali mencoba mengintip, namun Arlan tak bergeming.

"Mas... Mas Arlan," panggil Kirana, akhirnya menyerah.

"Ya, ada apa?" Arlan menutup bukunya, menoleh ke arah sumber suara.

"Apa aku boleh minta tolong?" Kirana merasa canggung, hanya menampakkan sebagian wajahnya.

"Ada apalagi?" tanya Arlan, nada suaranya membuat Kirana semakin tidak enak hati.

"Katakan yang jelas," desak Arlan sambil meletakkan bukunya di atas meja.

"A...aku lupa bawa handuk," ucap Kirana, ragu-ragu. "Boleh aku minta tolong ambilkan handuk untukku?"

Kirana merasa cemas karena tidak ada respons dari Arlan.

Beberapa menit kemudian, Arlan mengetuk pintu kamar mandi.

"Ambil ini," katanya saat Kirana membuka pintu.

"Makasih, Mas," jawab Kirana. Arlan kembali ke sofanya, melanjutkan membaca.

Saat Kirana keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk sebatas lutut, Arlan tidak sengaja menatapnya.

Arlan segera memalingkan pandangannya kembali ke buku.

Kirana berjalan ke pojok kamar, membuka lemari kecil yang ia duga berisi pakaiannya. Namun, ia hanya menemukan tumpukan buku milik suaminya.

Arlan yang menyadari hal itu, berkata,

"Bajumu ada di sana." Ia membawa Kirana ke ruangan lain yang penuh dengan pakaiannya sendiri.

"Ini pakaianmu," kata Arlan, menunjuk sebuah lemari besar.

Kirana melihat isinya sepatu, tas, dan pakaian mewah.

"Pakai saja yang mana saja, asal bukan punyaku," lanjut Arlan sebelum keluar.

Dia segera memilih piyama yang sedikit tertutup meskipun ibu mertua nya sudah menyiapkan banyak pakaian yang sangat terbuka untuknya.

Kirana segera memilih piyama yang sedikit tertutup, meskipun ibu mertuanya sudah menyiapkan banyak pakaian terbuka.

Saat keluar dari walk-in closet, ia melihat Arlan sudah berbaring di sofa, terbalut selimut tebal.

Diam-diam, ia memperhatikan wajah suaminya yang tertidur pulas, parasnya terlihat begitu tampan. Jantungnya berdebar kencang.

Mungkinkah aku mulai punya perasaan padanya? pikir Kirana, mengingat semua bantuan Arlan hari ini.

**

Keesokan harinya, Kirana terbangun pukul empat subuh. Ia segera menunaikan ibadah, sementara Arlan masih terlelap.

Kirana menepuk pelan bahu suaminya untuk mengajaknya beribadah.

Namun, Arlan justru terbangun dengan raut kesal, merasa terganggu.

"Urus urusanmu sendiri..! aku akan bangun sesuai jam kerjaku! Dan ingat jangan harap aku menganggapmu istri. camkan itu," bentaknya lalu kembali menutupi tubuhnya dengan selimut.

Kirana merasa kecewa oleh perkataan kasar Arlan, yang sangat berbeda dengan sikapnya semalam.

Ia meninggalkan suaminya di sofa, menuju dapur dengan niat menyiapkan sarapan.

Namun, ia melihat para pelayan sudah bekerja sama dengan Bu Dini untuk menyiapkan sarapan.

Bu Dini tersenyum ramah saat melihat menantunya.

"Loh, kamu sudah bangun, Nak?"

"Iya, mah," jawab Kirana dengan senyum.

"Kirana sudah terbiasa bangun jam segini."

"Kenapa masih panggil Ibu?" Bu Dini terkekeh. "Panggil Mama saja, sama seperti Arlan."

"Iya, Ma," ulang Kirana, lebih lembut.

Bu Dini mengamati wajah Kirana.

"Apa kamu tidak lelah?" tanyanya dengan senyum jahil.

"Tidak kok, Ma," jawab Kirana buru-buru. "Ada yang bisa Kirana bantu?"

"Tidak ada, semuanya hampir selesai. Lebih baik kamu bangunkan Arlan saja supaya kita bisa sarapan bersama," balas Bu Dini.

Kirana tersenyum canggung.

"Kayaknya Mas Arlan lelah, Ma. Sengaja tidak aku bangunkan," jawabnya, sedikit berbohong untuk menutupi tingkah suaminya.

"Oh, begitu ya sudah. Kita ke taman belakang saja, yuk," ajak Bu Dini sambil menggandeng tangan menantunya. "Mama punya banyak tanaman hias dan bunga-bunga cantik. Nanti bantu Mama merawatnya, ya?"

"Iya, Ma," kata Kirana, merasa nyaman dengan perlakuan mertuanya yang hangat.

**

Arlan terbangun dengan bunyi alarm yang nyaring. Ia mencoba bangkit, tetapi seluruh tubuhnya terasa pegal dan kaku akibat tidur di sofa.

Matanya melirik ke tempat tidur, Kirana sudah tidak ada.

Arlan merenggangkan otot-ototnya sebelum mengambil handuk, lalu pandangannya jatuh pada kamar yang kini tampak bersih Dan rapi.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian kerja, Arlan menuruni tangga menuju ruang makan.

Di sana ia melihat papanya, Kak Cakra beserta vina, dan ponakannya yang menggemaskan sudah berkumpul.

"Pagi, Om Arlan!" sapa Aish ceria.

Arlan tersenyum, lalu mengecup pipi tembem ponakannya.

"Pagi juga, cantik!" Ucapnya sambil mengedarkan pandangan, mencari-cari sosok lain.

Cakra yang menyadari gelagat adiknya lalu bertanya.

"Kenapa? Cari istrimu?"

"Tidak," jawab Arlan singkat, nyaris tanpa jeda.

"Mama dan istrimu sedang di taman belakang melihat tanaman hias. Sana, susul mereka, biar bisa sarapan bersama." Sahut Pak Bambang.

"Mam!" Arlan memanggil dari jauh, berjalan mendekati kedua wanita yang sedang asyik memetik bunga.

"Lihat suamimu, Nak," ucap Bu Dini pada Kirana dengan senyum geli.

"Baru ditinggal sebentar sudah mencari-cari kamu." Kirana hanya bisa membalas dengan senyum tipis.

Hatinya perih menyadari betapa jauhnya perkataan mertuanya dengan kenyataan yang ia rasakan.

Ia tahu, di mata ibunya, Arlan tampak peduli, tapi Kirana mengingat jelas bentakan dan kata-kata pahit yang diucapkan suaminya pagi ini.

Di sisi lain, Arlan merasa heran melihat keakraban ibunya dan Kirana.

Ibunya biasanya akan bersikap dingin terhadap wanita yang dikenalkannya, namun kini begitu hangat dan ramah pada Kirana.

Sebuah perbedaan sikap yang mencolok, yang membuat Arlan semakin bingung dengan dinamika keluarga barunya.

"Sedang apa kalian? Papa sudah memanggil buat sarapan." ucap arlan.

"Ayo nak, kita sarapan dulu" ajak Bu dini, Dia menggandeng tangan Kirana lalu berjalan melewati Arlan.

Sesampainya di tempat makan, Kirana duduk disebelah Arlan dan Bu dini di samping sang suami.

Sebelum arlan mengambil nasi serta lauk, kirana sudah lebih dulu menyendokan nasi dan lauk kesukaan Arlan di piring suaminya.

Arlan menahan diri untuk tidak membentak Kirana yang melakukan tugasnya sebagai istri karena kedua orang tuanya masih berada di sana.

Di tengah makan, ibu Arlan menyinggung soal rencana bulan madu mereka.

Terkejut dengan pertanyaan itu, Arlan tersedak. Untungnya, Kirana segera menyodorkan air untuknya.

"Kalau sekarang, aku belum bisa, Ma, Pa," ujar Arlan beralasan,

"Pekerjaan masih banyak yang belum selesai. Mungkin setelah proyek ini rampung, kami akan langsung ke Jepang."

"Kan ada Cakra yang bisa menanganinya," sahut Pak Bambang.

"Tidak bisa, Pa. Ini proyek penting yang harus arlan urus sendiri," kata Arlan sambil kembali menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Ya sudah, terserah kamu saja," balas Pak Bambang.

Setelah selesai makan, Aish, keponakan Arlan, turun dari bangkunya dan mendekati Kirana.

Ia memegang tangan Kirana dan mengajaknya bermain.

"Tante, aku mau main bareng Tante, boleh?" tanya Aish.

"Boleh, dong. Ayo," ajak Kirana.

Aish menarik tangan Kirana menuju kamarnya.

Sementara itu, Arlan berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk segera berangkat ke kantor.

"Kamu tidak menemui istrimu dulu?" tanya Bu Dini.

"Aku buru-buru, nanti saja aku hubungi," jawab Arlan, lalu berlalu setelah menyalami kedua orang tuanya.

***

Terpopuler

Comments

Wang Lee

Wang Lee

Like

2025-10-13

0

erma Erma

erma Erma

jangan galak2 arlan nanti bucin banget lo

2021-05-11

0

lihat semua
Episodes
1 Besok Menikah
2 Ketertarikan
3 Nyonya Arlan
4 Malam Pertama
5 Menantu Idaman?
6 Rasa Penasaran
7 Kabar Baik atau Kabar Buruk?
8 Tangis Duka
9 Sentuhan
10 Tersedak
11 Ibu Pengganti
12 Paksaan
13 Perebut Suami Orang
14 Munculnya Harapan
15 Tumbuh Rasa
16 Menjadi Pelampiasan
17 Hukuman
18 Cemburu
19 Curiga
20 Masih kesal
21 Kirana Pingsan
22 Hubungan Yang lebih baik
23 Ceroboh
24 Gemas
25 Kepingan Teka Teki
26 Antara Dua Wanita
27 Kebenaran
28 Hamil?
29 Bertemu Pria Lain
30 Kecelakaan
31 Sadar
32 Ingin Dia Kembali
33 Kedatangan Cakra
34 Alex Tidak Menyerah
35 Bertemu Lia?
36 Tempat Yang Menenangkan
37 Mereka Akan Kembali
38 Panik
39 Aku Butuh Waktu
40 Arlan Curiga
41 Keraguan
42 Kesempatan Arlan
43 Belajar Tulus
44 Ranjang Oversize
45 Trik Arlan
46 Makan Malam
47 Aksi Yang Gagal
48 Kabar Buruk
49 Mereka Aneh
50 Pesan Papa
51 Rencana Bulan Madu
52 Duda Tampan
53 Pesan Lia
54 Kabar Bahagia
55 Ngidam
56 Bubur Ayam
57 Mata-mata
58 Aish Kangen
59 Hamil Kembar
60 Menghilang Tanpa Kabar
61 Tendangan Kembar
62 Tutup Mulut
63 Notifikasi Pesan
64 Hampir Keceplosan
65 Bertemu Lia
66 Curiga
67 Rencana Licik
68 Viola dan Mita
69 Bekal Makan Siang
70 Makan Siang
71 Ruangan Tersembunyi
72 Perubahan Arlan
73 Dinner Romantis
74 Penthouse
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Besok Menikah
2
Ketertarikan
3
Nyonya Arlan
4
Malam Pertama
5
Menantu Idaman?
6
Rasa Penasaran
7
Kabar Baik atau Kabar Buruk?
8
Tangis Duka
9
Sentuhan
10
Tersedak
11
Ibu Pengganti
12
Paksaan
13
Perebut Suami Orang
14
Munculnya Harapan
15
Tumbuh Rasa
16
Menjadi Pelampiasan
17
Hukuman
18
Cemburu
19
Curiga
20
Masih kesal
21
Kirana Pingsan
22
Hubungan Yang lebih baik
23
Ceroboh
24
Gemas
25
Kepingan Teka Teki
26
Antara Dua Wanita
27
Kebenaran
28
Hamil?
29
Bertemu Pria Lain
30
Kecelakaan
31
Sadar
32
Ingin Dia Kembali
33
Kedatangan Cakra
34
Alex Tidak Menyerah
35
Bertemu Lia?
36
Tempat Yang Menenangkan
37
Mereka Akan Kembali
38
Panik
39
Aku Butuh Waktu
40
Arlan Curiga
41
Keraguan
42
Kesempatan Arlan
43
Belajar Tulus
44
Ranjang Oversize
45
Trik Arlan
46
Makan Malam
47
Aksi Yang Gagal
48
Kabar Buruk
49
Mereka Aneh
50
Pesan Papa
51
Rencana Bulan Madu
52
Duda Tampan
53
Pesan Lia
54
Kabar Bahagia
55
Ngidam
56
Bubur Ayam
57
Mata-mata
58
Aish Kangen
59
Hamil Kembar
60
Menghilang Tanpa Kabar
61
Tendangan Kembar
62
Tutup Mulut
63
Notifikasi Pesan
64
Hampir Keceplosan
65
Bertemu Lia
66
Curiga
67
Rencana Licik
68
Viola dan Mita
69
Bekal Makan Siang
70
Makan Siang
71
Ruangan Tersembunyi
72
Perubahan Arlan
73
Dinner Romantis
74
Penthouse

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!