Elza berlari keluar dari dalam mall.
"el" pekik lisa yang berlari berusaha menyusul elza.
"ya Tuhan dia sudah tidak terlihat" Lisa berusaha mencari keberadaan elza dengan menggunakan mobilnya.
Elza menangis di dalam taxi yang tengah dia tumpangi.
"mau kemana nona?"
"Tempat Pemakaman ---- pak"
Pak supir mengangguk saat elza menyebutkan alamatnya.
Elza keluar dan berlari setelah membayar ongkos taxi nya menuju makam kakaknya, makam yang masih basah mengingat kakaknya yang baru saja meninggal kemarin.
"kaaakk" elza ambruk diatas makan kakaknya.
"huhuhu~~"
"a aku ba ru sa ja ber temu de ngan di a kak" ucap elza gagap sambil terisak.
"aku sangat membencinya! aku harus bagaimana?" memeluk nisan kakaknya erat.
"kenapa kakak harus pergi secepat ini? huhuhu aku takut sendiri kak" air matanya terus mengalir, dia masih saja duduk dengan memeluk nisan kakaknya setelah dia mengeluarkan unek uneknya.
"jangan terlalu berlarut saat bersedih!" ucap seorang pria dari arah belakang, elza menoleh dan menghapus air matanya kasar.
" lo nggak tau gimana perasaan gue! lebih baik lo diam!" elza berdiri dan pergi dari sana.
Pria tersebut menatap punggung elza yang semakin menjauh lalu menoleh kearah gundukan tanah didepannya lalu dia pergi.
**
"el" pekik lisa saat melihat elza memasuki pekarangan rumahnya, dia tengah duduk di kursi depan rumah elza karena tidak bisa masuk kedalam.
Lisa berlari dan memeluk sahabatnya dengan begitu erat "lo dari mana? gue nyari elu kemana mana tapi tidak ketemu" cerocosnya saat pelukannya terlepas.
"gue--"
"lo dari makam kak zara ya?" terka lisa saat melihat baju elza yang kotor terkena tanah.
Elza mengangguk "yuk masuk kedalam, gue pengen mandi" lisa menganguk dan mengikuti elza.
Selepas kedua gadis itu mandi mereka duduk diranjang milik elza.
"el" seru lisa.
"hmm"
"lo kenapa tadi tiba tiba pergi?"
"nggak papa, gue cuma kangen kak zara" ucapnya, dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya, bukan tidak mau tapi dia belum siap menceritakan segalanya.
"oh, lo gadis yang kuat jangan terlalu berlarut oke" lisa memeluk tubuh elza,
"thank's lis, lo emang sahabat terbaik gue"
Lisa tersenyum "lo juga sahabat terbaik gue"
Mereka berdua melepaskan pelukannya.
"selepas ini apa yang mau lo lakuin?"
"gue akan bekerja paruh waktu"
"kenapa?" tanya lisa polos.
"meski gue kuliah karena bea siswa gue harus menyambung hidup gue, gue harus mandiri sekarang mengingat gue sebatang kara"
" meski ada tabungan kakak gue yang lumayan tapi lama kelamaan uangnya akan habis kalau gue nggak kerja"
Lisa mengangguk setuju "tapi lo mau kerja apa?"
"entahlah, gue juga masih bingung mengingat gue juga masih harus kuliah"
"lo jangan khawatir nanti gue bantu nyari kerjaan"
"makasih lis"
Elza sangat beruntung memiliki sahabat rasa saudara itu, dia terkadang bingung dengan lisa, lisa adalah anak orang kaya tapi mau berteman dengannya yang hanya orang biasa, hidupnya bahkan sangat sederhana, tapi lisa sama sekali tidak pernah menyinggung tentang harta atau apapun, intinya elza sangat beruntung memiliki teman yang sangat baik dan mengerti akan dirinya.
Begitupun lisa yang sangat beruntung memiliki elza sebagai temannya, menjadi anak satu satunya membuatnya selalu kesepian, tapi semenjak elza menjadi sahabatnya dia seperti mendapatkan seorang adik yang sangat baik dan menyenangkan, banyak sekali teman kuliahnya yang ingin berteman baik dengan lisa tapi semua itu tidak tulus hanya kepura puraan semata baik didepan tapi mereka akan menusuk dari belakang tapi berbeda dengan elza yang sangat tulus berteman dengan nya tanpa ada pamrih setelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments