**Hidup adalah perjalanan singkat dengan cerita yg begitu panjang. Sepanjang apa aku juga tak bisa mengumpamakannya.
Hidup tidak pernah luput dari beberapa perasaan yg membumbui hati, dengan begitu hati dapat merasakan berbagai macam hal. Termasuk debar hati yg menyelimuti.
Seacuh-acuhnya seseorang terhadap perasannya sendiri untuk ia taruh dimana, ia akan tetap merasakan pula didalam hatinya. Dan juga pasti menemuinya dalam kehidupan pada fase tertentu.
Malam ini begitu dingin. Begitu pula hati yg masih kosong pun ikut merasakan dinginnya hawa tanpa selimut.
Sejenak aku merenung.Bagaimana bisa aku meninggalkan simbah ku sendiri disini.Seakan-akan aku begitu mendurhakainya bila aku pergi bersama Anton.
"Ah.. Kacau sekali pikiranku, bagaimana ini Gusti kula nyuwun ngapunten," yang artinya Ya Allah ampuni saya. Gumamku lirih ,karena aku sudah begitu pusing dengan apa yg ada diotakku.
Yang ku pikirkan hanyalah kebahagiaan simbah. Padahal apapun keputusanku beliau pasti mendukung. Selama itu bukan hal yg salah dan melanggar aturan hukum. Sebelum melangkah kemanapun mungkin sekedar diberikan wejangan-wejangan. Agar didepan tak menemui penyesalan yang begitu mendalam.
"Kenopo Le, jam segini kok masih saja terjaga?" simbah mengagetkanku dari segala ruwetnya permasalahan hidupku ini.
"Ah Mbah, mengagetkan saja, tidak apa-apa mbah, aku hanya sedang berpikir sesuatu,"
"Ono opo to Le? Opo sing dadi pikiranmu sampek gak hiso turu?", simbah bertanya kembali padaku yang artinya ada apa sih Le, apa yang menjadi pikiranmu sampai gak bisa tidur?
Aku gelagapan mendengar pertanyaan simbah. Aku tidak ingin beliau mengetahui jika aku sedang memikirkannya.
"Ah tidak mbah, aku tidak kenapa-napa, bukan suatu hal yang besar kok," nadaku sambil menenangkan beliau agar tidak ikut berpikir yang tidak-tidak.
"Ngopi aja le, kayak e enak," ajak simbah.
Beliau dengan usia 60tahun lebih, masih berani untuk ngopi. Yah walaupun sekarang kadarnya sudah dikurangi. Dulu mungkin sehari sampai dua atau tiga kali ngopi. Duhhh kayak minum obat saja.
"Oh iya Mbah, hawa dingin gini joss buat ngopi.Tak buatin sekalian ya mbah..Hehe,"
"Iyo Le, ojo legi-legi!" pinta mbahku singkat saja.
Setelah kopi sudah ku seduh kedalam cangkir dan akhirnya pun ku suguhkan pesanan simbah,kopi dengan sedikit gula. Hmm
Sambil ku sruput.. Srrrrpp..,ahh
"Hmm .. nikmat yang tiada tara,"
Terbesit kembali kejadian tadi sore. Ketika ku dapati diluar rumah ada dua orang gadis yang ingin menemui Pak Udin. Siapa dia, dan ada urusan apa dia dengan beliau. Gadis cantik, tinggi badannya sekitar 170 cm. Wajahnya begitu anggun, sopan santun dan sangat menawan. Berkulit putih, kala itu rambutnya dikepang ke belakang. Betapa pemandangan yang sangat indah. Sementara temannya juga tak kalah cantik, ia mengenakan kacamata. Gingsulnya terlihat saat ia tertawa.
Mereka memintaku untuk memberi tahu Pak Udin supaya besok sore setelah tidak ada kegiatan apapun, agar dirumah karena mereka ingin menemuinya.
Untung saja sebelum maghrib tadi ketika Pak Udin baru saja sampai rumah sudah ku sampaikan pesan dari dua gadis yang sangat menawan itu. Pak Udin malah meledekku, dikira mereka mencariku.
Ketika hawa malam semakin merasuk, dan simbah sudah mulai merasa kantuk, beliau lalu berjalan menuju kamarnya. Aku pun juga mulai menata tempat tidurku. Waktu menunjukkan pukul 01.30 . Maklum kami memang suka sekali tidur sampai tengah malam, sekedar ngopi-ngopi, atau hanya sekedar bercengkrama.
Tertidur, ya tidur memang nikmat selain makan dan minum. Setelah apapun yang terjadi dalam hari, mampu untuk melupakan sejenak tentang apapun keluh kesah serta kegundahan.
Terlelap dengan tenang dan nyaman. Oh ternyata dunia mimpi mulai menghampiri kembali dalam tidur nyenyakku. Siapa yang akan hadir lagi dimimpiku ini.
Sekelabat seperti bayang-bayang dari kejauhan, aku ditemui oleh gadis itu. Namun aneh, mengapa dia sendirian. Menemuiku..ya hanya tersenyum dan tanpa sepatah kata pun. Jangankan mengatakan sesuatu, memberi tahu namanya pun enggan.
Terbangun dari mimpi indahku itu, waktu sudah mendekati adzan subuh. Segera aku berwudhu dan menunggu sampai adzan berkumandang.
Usai melaksanakan sholat subuh bersama dengan mbahku, aku mulai memasak. Ya mau bagaimana lagi, pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh seorang perempuan, disini semua ku kerjakan demi beliau.
Tak lama kemudian masakan sudah selesai.Hari-hari kami makan cukup seadanya, jadi masaknya juga tidak terlalu lama.Hanya oseng-oseng, atau hanya makan dengan lauk seperti tahu atau tempe saja, disertai sambal jika ada. Setelah selesai dan semua sudah siap kami sarapan bersama. Sungguh nikmat walau apa yang kami makan jauh dari kata kemewahan bahkan cukup memprihatinkan bagi mereka yang tidak biasa hidup susah. Akan tetapi bagi kami bisa makan setiap harinya itu sudah beruntung sekali dan lebih dari cukup.
Pagi itu diluar rumah sudah terlihat Pak Udin sedang mengelap sepeda motor butut kesayangannya. Motor yang setiap hari ia gunakan untuk bekerja.
"Pak Udin, jangan lupa nanti pulang kerja jangan kemana-mana lagi." Aku mengingkatkan Pak Udin,siapa tahu dia lupa. Kasihan gadis itu kalau kemari tidak bertemu lagi.
"Iyooo Cup, aku eling ,durung pikun aku Cup..," sambil melirik ke arahku.
"Hehe.. Cuman ngingetin siapa tau lupa, kan rugi Pak.Haha..," ledekku ke pak Udin, sambil membersihkan pelataran depan rumah yang kotor banyak daun rambutan yang berjatuhan. Di dusun memang pelataran rumah setiap warga sebagian besar masih luas dan banyak ditanami tanaman.
"Loh rugi piye Cup?" tanya Pak Udin dengan terheran-heran. (Rugi gimana cup?).
"Yah nanti tau sendiri lah Pak.. Makanya nanti sore ditunggu saja," aku makin tertawa saat Pak Udin bertambah penasarannya.
"Awass kamu Cup kalau berani membohongiku.Dosa mempermainkan orang tua lho," dikira aku bercanda padahal memang benar. Ternyata aku berhasil menggoda beliau. Haha.
"Kok tidak percaya sih Pak Din.. Nanti sore lihat saja!" jawabku dengan nada meyakinkan, agar beliau paham aku hanya menggodanya.
...**********...
Setiap aliran darah yang masih terus berjalan dan jantung masih berdetak, maka takdir pun juga ikut mengalir bersamanya.
Bertemu suatu hal ataupun seseorang adalah suatu kepastian karena kepergian pun juga sebuah kepastian.
Takdir itu mengantarkanku bertemu dengannya kembali. Dan benar saja sore itu mereka datang kembali.Ya, dua gadis yang sama dihari itu.
Hari itu aku tidak pergi ke sawah,karena memang seminggu sekali badan harus beristirahat dan juga merasakan santai sejenak.Namanya badan pasti capek buat kerja terus menerus.Adakalanya harus di istirahatkan sejenak.
Seharian ku habiskan waktu dengan Mbahku. Menemani beliau,merawat beliau. Kebetulan hari itu beliau sedang tidak enak badan. Mag nya kumat. Aku semalam lupa sudah berapa kali beliau minum kopi dalam sehari, kenapa tadi malam ku buatkan lagi. Duhhh ceroboh sekali. Simbahku memang sangat suka ngopi.Apalagi kopinya kopi hitam. Susah untuk sama sekali tidak meminumnya.
Dan benar saja sore itu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Dari dalam rumahku terdengar lirih dua gadis itu sudah berbincang-bincang dengan Pak Udin. Masih bisa terdengar sayup-sayup suara mereka.Ya, karena memang rumah kami bersebelahan. Mereka berbincang-bincang didepan teras rumah.Sambil sesekali aku mendengar mereka tertawa bersama.
Aku tidak menghiraukan sama sekali mereka sedang memperbincangkan apa,karena itu bukan urusanku. Yang ingin ku lakukan sekarang adalah membeli obat mag untuk Mbahku. Kasihan beliau sedari tadi sebenarnya menahan rasa sakit.
Tidak pikir panjang aku pun langsung bergegas menuju toko kelontong diperbatasan dusun.Yah disanalah tempat yang menjual berbagai macam kebutuhan yang bisa dibilang paling lengkap didaerah sini.
"Bu beli obat mag dua biji ya..,"
"Oh ya Mas, sebentar saya ambilkan," penjaga toko dengan sigap melayani pembeli.
"Ini Mas obatnya, dua jadi 5ribu ya..,"
"Ya Mbak ini uangnya pas," sambil ku sodorkan uang itu di atas permukaan etalase.
"Ya.. terimakasih mas.."
"Sama-sama Mbak..," aku percepat langkahku untuk kembali pulang.
Di persimpangan jalan,tak ku sangka.. mimpi itu.
Iya mimpi itu menjadi kenyataan.
"Ya Allah gusti.. Kenapa ini, ada apa dengan detak jantungku," gumamku dalam hati. Tidak biasanya aku seperti ini.
'Sudah biasa aja Cup.. Kamu hanya sedang grogi saja bertemu gadis secantik dia,' malah semakin tidak karuan kata hatiku.
Jika saja gadis itu tidak menemuiku dalam mimpi, mana mungkin jantungku berdegup dengan kencang.Apa-apa an ini. Aku terus berjalan dan berpapasan dengan mereka.
Aku menyadari bahwa mereka berdua seperti sedang berkoordinasi,ada apa dengan mereka. Mereka saling melirik satu sama lain. Aku hanya tersenyum kecil ketika melewati mereka berdua.
"Oh iya Mas, maaf, kita ketemu lagi disini," gadis yang muncul dalam mimpiku itu membalikkan badannya sambil mengatakan itu padaku.
Detak jantungku semakin tak karuan.Namun aku berusaha tetap biasa saja.
"Eh.. Oh iya Mbak, Mbaknya yang kemarin cari Pak Udin kan?" tanya ku mulai basa-basi, karena aku tau, ada yang mereka inginkan dariku.
"Iya Mas.. Kami mau mengucapkan terimakasih karena mas sudah menyampaikan pesan kami kepada Pak Udin," gadis itu penuh dengan senyum yg lemah lembut.
"Iya.. Berkat Mas hari ini kami bertemu Pak Udin tepat waktu.Karena kami tidak punya banyak waktu untuk menunggu," teman gadis yg ada dimimpiku itu ikut berbicara.
"Oh iya, sama-sama, lagipula itu bukan hal yg sulit,"
"Kenapa Mas, sepertinya kok buru-buru?" tanya gadis itu menyelidik.
"Iya.. saya baru saja membelikan obat mag untuk Simbah.Maaf kalau begitu saya pamit dulu," sebelum ku membalikkan badan untuk pergi kembali,
"Eh.. Sebentar mas!" gadis itu memberhentikanku.
Aku pun tidak jadi membalikkan badan.
"Ya.. ???" jawabku singkat.
"Nama saya Ajeng dan dia teman saya Riri," sambil menyodorkan tangan mereka bermaksud bersalaman untuk sebuah perkenalan.
"Nama saya Ucup,"
Dengan tergesa-gesa aku pun langsung bergegas pulang, pasti mbah sudah menungguku.
"Yahhh.. Dia kok langsung pergi ya Jeng?" tanya Riri penuh keheranan.
"Sudahlah Ri, mungkin dia terburu-buru mengantarkan obat untuk simbahnya, kan tadi dia bilang sendiri,"
"Oh iya.. Yasudah, yukk pulang!" sambil menggandeng tangan Ajeng.
Sesampainya dirumah, aku langsung pergi ke kamar mbahku. Agar beliau secepatnya minum obat,supaya mag nya segera mereda.
Dan kini aku, hatiku dan degup jantung itu, masih begitu terasa melekat didalam perasaanku. Membuatku berpikir keras, mengapa ia datang dengan menjadi nyata dari sebuah mimpi? Entahlah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
mantap 👍🏻
2021-10-11
1
Wanda Harahap
Ajeng itu ,mungkin Jodohnya Ucup😘😘😘😘
2021-10-05
0
Whiteyellow
mampir
2021-06-27
0