Bertemu Anton

Dusun yang kami tinggali bernama Dusun Lembang. Sebagian besar orang disini memang sebagai petani dan juga buruh. Sedikit orang yg mau merantau jauh meninggalkan tanah kelahirannya.

Disudut dusun dekat dengan pemancingan, terdapat warung kopi yg sangat legendaris, yaitu warung Mbok Inah.Warung favorit ngopinya para warga disini.Tempat Mbok Inah nyaris tidak pernah sepi,karena setiap hari ada saja yang memancing ditempat pemancingan tersebut,seperti tak mengenal waktu.Karena tempat tersebut buka 24jam.

Hari itu aku benar-benar sedang kacau, hati beserta pikiranku melayang-layang entah kemana. Bagaimana tidak, upahku menjadi seorang kuli cangkul disawah tidak mencukupi untuk menghidupi diriku sendiri beserta simbah yg sudah mulai renta dan mulai sakit-sakitan. Bagaimanapun juga aku harus bertanggung jawab atas semuanya.Kasian jika mbahku harus ke sawah setiap hari. Di usianya yang sekarang, seharusnya memang beliau sudah tidak bekerja,istirahat dirumah dan fokus untuk beribadah.

Sambil ku sruput kopi hitam yg sudah ada didepan mata.

"Ssrrrppp.. Ahhh.. Hmm.. Memang ngopi bisa buat aku agak rileks." Gumamku.

Tiba-tiba.. Plaakk.. Aku sedikit kaget karena dengan sengaja ada orang yg menepuk punggungku dari belakang.

"Haiii Cup..." Sapa seorang pemuda yang tidak asing lagi.

Aku pun membalikkan badanku,dan dia ternyata teman lamaku saat masih duduk dibangku SMP. Maklum pekerjaanku saat ini memang karena mencari pekerjaan selain buruh bangunan atau kuli cangkul dengan ijazah SD sangatlah susah.Melamar kerja dipabrik dengan ijazah SD harus ada orang dalam yang membawakan surat lamaran,jika ingin diterima.Alhasil aku lebih memilih pekerjaanku saat ini.

"Oh ..Eh iya.. Oh kamu Ton.. Kapan balik Ton?" tanyaku dengan nada yg masih agak bingung.

"Baru kemarin aku balik Cup.. Kangen simbokku. Bagaimana kabar Mbah Suki?"

Dia memang lama merantau dan tidak pulang. Jadi lama kami mengobrol di warung Mbok Inah.

"Alkhamdulillah Ton baik-baik saja,yah walaupun kondisinya sudah tidak seperti dulu.Doakan saja mbah sehat selalu.aamiin.."

"Oh yha wis syukur... Lha awakmu saiki kerja mring ngendi cup?" khas logat Jawa Anton pun kini terdengar memulai obrolan mereka.

"Aku di sawah bae Ton, mbantu Mbahku yg sudah sepuh, kasihan," imbuhku pada Anton.

"Seandainya saja Cup kau mau ikut aku ke kota, pasti sekarang hidupmu tidak susah seperti ini. Dan sudah punya kerjaan tetap. Ikut aja sama aku, uangnya banyak Cup sebulan bisa dapet 10 juta, tanpa harus kerja keras. Cukup duduk-duduk dan melayani orang yang datang." Anton berbisik dan menawarkan untuk ikut bersamanya ke kota dengan iming-iming gaji yang besar dengan tenaga yang minim.

"Ah tidak Ton,aku disini saja. Aku tidak tega jika harus meninggalkan beliau sendiri disini. Lagian kerjaan apa itu, dapat 10 juta perbulan." Aku merasa kerjaan itu tidak beres.

"Bener Ucup iku Ton, sakno mbah e, sapa sing meh ngerumat?" Mbok Inah ikut nylonong. Maknanya siapa nanti yang akan merawat Mbah.

"Kau kan bisa membawa simbahmu itu ikut juga ke kota." Imbuhnya seraya menghela nafas karena Ucup begitu susah untuk dibujuk. Apalagi Mbok Inah juga ikut-ikutan membelanya.Dia memang pribadi yg teguh akan pendirian.

"Ah tidak Ton, Mbahku tidak akan pernah mau untuk meninggalkan tanah kelahirannya.Tanah dimana pengabdian serta di sisa usianya kini, pasti jiwa raga beliau hanya ingin untuk mengabdi ditanah kelahiran tercintanya ini."

"Ah dasar kau Cup, kau tidak mau hidupmu maju. Cuman gitu-gitu aja, pergi kesawah dengan pakaian yang lusuh dan bau. Lagian gajinya juga nggak seberapa kan?" Lama-lama Anton seperti menghina.

"Gak papa Ton, sing penting berkah." Singkat saja jawabku.

Anton pun tertunduk diam dan tak mampu untuk menjawab lagi. Mereka masih sibuk menyantap mie didepannya, dan menghabiskan kopi yang sedari tadi menjadi dingin.

Ternyata Mbok Inah lamat-lamat mendengar perbincangan kami. Beliau ikut menimpali percakapan kami yang kala itu hampir memanas.

"Wis wis.. Kabeh iku duwe dalane dewe-dewe. Sing akih duite rung mesti ayem uripe, sing ra nde duit rung mesti soro uripe!"

Yang artinya 'Semua itu punya jalannya masing-masing. Yang banyak uangnya belum tentu tentram hidupnya, yang nggak punya uang belum tentu sengsara hidupnya.' Peribahasa yang sangat bijak untuk menengahi percakapan mereka.

Anton hanya terdiam dan melirik ke arah Mbok Inah. Ia merasa dirinya sedang dipojokkan.

'Apa maksudnya, dia pikir hidupku ini nggak tentram? Dasar orang tua suka ikut-ikutan urusan orang!" Batin Anton geram terhadap nasihat Mbok Inah yang sebenarnya ya memang benar.

"Lagian kamu itu kerja apa Ton, sebulan 10 juta itu banyak sekali." Mbok Inah penasaran sekali.

"Adalah pokoknya Mbok Nah, nggak perlu tau!" Anton mulai nyolot. Ia mulai terusik dengan pertanyaan Mbok Inah.

"Nggak jelas sekali kau Ton." Aku ikut menimpali percakapan mereka.

"Ah sudah-sudah, aku jadi nggak selera makan. Jadi berapa semuanya sama punya dia?" Nadanya sangat angkuh sekali.

"Sudah tidak perlu, aku bisa bayar sendiri," sahutku.

"Udah nggak punya songong banget kau Cup." Dia mulai emosi. Tapi sebisa mungkin aku bersikap biasa saja.

"Sudah, jadi punyamu habis 15ribu Ton." Sahut Mbok Inah.

"Ini uangnya, ambil aja kembaliannya." Anton menyodorkan uang 50ribu. Lalu ia pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.

"Sombong sekali dia." Mbok Nah melirik sinis ke arah Anton yang sudah melangkahkan kakinya pergi dari warungnya itu.

"Sudah Mbok Nah, tidak perlu dimasukkan ke hati. Kita yang ngalah aja. Dia kan lagi di uji." Sahutku mencairkan suasana yang tadinya memanas.

"Iya Cup. Loh tapi kok di uji?" Tanya Mbok Nah keheranan.

"Ujian kan bukan hanya hal yang menyakitkan. Justru ujian yang berat saat kita diberi kesenangan Mbok Nah." Jelasku pada Mbok Nah.

Aku hanya menjelaskan apa yang ditanyakan Mbok Inah terhadapku, dan tidak ada maksud untuk menggurui.

"Iya juga ya Cup, kebanyakan lupa kalo pas dikasih seneng-seneng. Apalagi duitnya banyak." Celoteh Mbok Nah.

"Udah Mbok Nah, nggak usah pusing-pusing. Biar itu jadi urusan dia."

"Hehe iya Cup.." Mbok Inah malah cengengas cengenges.

Aku paham, perempuan memang suka kebablasan kalau sudah asik ngobrol. Jadi pintar-pintar saja bagaimana kita ngerem saat jadi lawan bicaranya.

"Aku tidak menyangka Anton akan berubah seperti ini. Padahal dulu sebelum ke kota dia tidak sombong seperti itu. Dia pribadi yang supel dan 'entengan' kalau orang Jawa bilang. Dunia.. Oh dunia.. Kau memang pintar membuat manusia berubah kapan saja. Duhh gusti.. aku tidak mau seperti itu. Semoga pekerjaannya itu bukan hal yang menyeleweng." Gumamku dalam hati.

Anton juga termasuk teman seperjuanganku. Bagiku dia tetap teman walau lama tak jumpa nan jauh diperantauan sana. Doa ku akan selalu ada untuknya.

"Dulu ketika meminta berkah, ia memelas. Kini ia bak lupa pada mulanya. Semoga takdir baik selalu mengitarinya. Semoga gusti memberinya jalan yang terbaik."

Langkahku kini mulai meninggalkan warung Mbok Inah. Warung legendaris yang menampung banyak kenangan juga berbagai cerita itu.

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

mantap ❤️

2021-10-11

1

Wanda Harahap

Wanda Harahap

Aku suka Aku Suka😘😘😘😘

2021-10-05

0

Aprilianana

Aprilianana

Like like like ..

2021-05-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!