Aku mengangguk pelan. Mungkin ini jalan yang terbaik yg harus kulakukan saat ini.
Mungkin saat ini aku harus jaga jarak dengan Mas Refan tapi setidaknya aku harus memantau Mas Refan dari jauh.
Akan kupastikan Kalau perempuan itu harus segera ku singkirkan dari kehidupan Mas Refan untuk saat ini mungkin aku harus banyak bersabar.
"Mai, kok melamun?" Sapa Mas Hendra tiba-tiba. Mengalihkan pandanganku menjadi saling bertatapan.
"Gak kok, Mas." Aku menjawab pelan berusaha mengalihkan pembicaraan.
Seketika aku dan Mas Hendra terdiam tanpa di sadari kami saling bertatapan. Entah kenapa saat Mas Hendra menatapku ada rasa ingin di mengrti.
Jantungku terasa berdebar-debar. Ingin mengatakan semuanya beban yang ku alami.
Mas Hendra memang tipe cowok yang perhatian. Dulu saat aku dan Mas Refan masih bersama Mas Hendra slalu membantu kami dalam hal-hal kecil.
Sejak satu tahun belakangan kami berpisah. Mas Refan sibuk dengan urusan perusahaannya yang kebetulan di pindahkan ke Jakarta.
Sedangkan Mas Hendra pergi menyelesaikan perusahaannya di Kalimantan.
Sebelum itu kami sering berkomunikasi entah lewat telepon video call sampai ke Facebook mereka sibuk bercerita tentang perusahaannya masing-masing.
Setahun belakangan kami mulai jarang berkomunikasi mungkin karena sibuk dengan urusannya masing-masing atau memang ada alasan tertentu.
Sudah satu jam kami di dalam mobil akhirnya sampai juga ke apartmen Mas Hendra.
segera di parkirnya mobil.
"Kita turun. Mai!" Mas Hendra tersenyum dan membuka pintu mobil dan mengambil beberapa barang bawaan ku.
"Iya Mas." jawabku singkat. Akhirnya kami turun dan berjalan menuju kelantai satu.
setelah membuka kunci apartmen Mas Hendra mengajakku masuk kedalam dan beristirahat
"Istrahat dulu ya Mai Mas mau mandi dulu. Ntar kalo mau makan tuh tinggal ambil di meja. Klo butuh apa-apa panggil aja Bi Ijah." Mas Hendra memberi arahan kepada ku. Aku mengangguk pelan. Mas Hendra tersenyum sambil menuju kamar mandi.
Perutku dari tadi keroncongan dari perjalanan aku tidak nafsu makan. Pikiran ku kemana-mana. Sesekali aku mengusapkan air mata. Entah kenapa hati rasanya begitu perih.
namun aku di paksa harus tegar dan sabar menghadapi semua ini.
Aku beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju tempat makan. Ku ambil sepotong sandwich yang telah di sajikan di atas meja "Bi bisa bantu ambil minuman di kulkas?"
aku meminta pada Bibi Ijah.
Bi Ijah adalah asistennya Mas Hendra sudah Lima tahun Bi Ijah tinggal bersama Mas Hendra.
Melihat kondisinya yang mulai menua membuat Mas Hendra tidak tega meninggalkan Bi Ijah sendirian. Bi Ijah sudah di angap sebagai ibu kandungnya Mas Hendra sendiri.
"Iya non." Bi Ijah berkekeh mengambil sebuah minuman kesukaanku. Akun dan Bi Ijah sudah kenal dari dulu waktu Mas Refan dan Mas Hendra masih akrab.
Kebetulan mas Hendra di pindahkan ke Kalimantan jadi Bi Ijah ikut bersama Mas Hendra ke Kalimantan.
Aku tersenyum pada Bi Ijah. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
"Bi, gimana kabarnya. baik?" Aku bertanya keadaan Bi Ijah sambil mengambil minuman tadi dari tangannya.
"Alhmdullah non, baik."
"Non sendiri gimana kabarnya, baik?"
"Nak Refan ngak ikut,non?" Bi Ijah bertanya pada ku Bi Ijah keliatan binggung setelah melempar pertanyaan yg beruntun kepada ku.
Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠
maaf thor sekedar masukan.. tlg penulisan "Alhamdulillah"nya di perbaiki dan jangan di singkat.. 🙏
semangat thor..
2021-06-14
0
Cek Dety
like
2021-04-24
0
Aera Gabela Aprilia
hai Thor aku udah mampir ya
2021-02-25
2