Aku Arga Wijaya, umurku 28tahun. Satu Minggu lagi aku akan menikah dengan Naima. Wanita yang sudah dua tahun menjadi kekasihku. Dia adalah wanita yang sangat baik. Bahkan dia juga Aya g selama ini membantu keuanganku. Di saat aku kehabisan uang, karena sebagian dari gajiku di berikan kepada ibu.
Aku berhasil bekerja di perusahaan besar PT Angkasa group. Dan baru tiga bulan lalu aku naik jabatan menjadi Wakil Manager. Semua karena kemampuan dan juga kerja kerasku. Sehingga aku cepat naik jabatan dalam satu setengah tahun bekerja disana. Tiga bulan lalu, putri pemilik perusahaan datang ke kantor. Dan tak sengaja bertabrakan denganku. Dia bernama Gisel, wanita yang sangat cantik dan berbeda jauh dengan Naima.
Kami dekat dan aku melupakan Naima. Wanita yang awalnya ingin aku jadikan sebagai istri dan ibu dari anak-anakku kelak. Karena aku yakin jika Naima tak akan banyak protes. Karena dia adalah tipe wanita penurut. Apalagi dia sangat bucin padaku. Hingga semua biaya untuk pernikahan kami juga dia yang menanggungnya. Alasan yang aku buat adalah karena aku masih memiliki hutang di bank dan yang lainnya. Naima percaya.
Semakin hari aku semakin melupakan Naima, karena pesona dan gairah berbeda aku rasakan saat bersama Gisel yang ternyata sedikit nakal juga. Tidak seperti Naima yang kolot. walau memang kamu sepakat untuk Tek lebih dari sekedar pegangan tangan dan cium kening. Dan akan melakukan hal lebih jika sudah menikah. Tapi lama-kelamaan aku bosan, aku pria dewasa.
"Kemana kamu Naima? Kenapa telepon dan pesan aku kamu abaikan? Apa kamu marah? Atau kamu sedang balas dendam karena aku akhir-akhir ini mengabaikan kamu!"kesalku saat mencoba menghubungi Naima tidak mendapatkan jawaban juga.
Aku pura-pura masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Padahal sebenarnya aku penasaran dengan informasi yang di berikan oleh Alika, adikku. Dia mengatakan jika Naima sudah pulang sedari pagi. Tapi anehnya kenapa dia tidak menemuiku atau datang ke rumah? Biasanya dia akan datang ke rumah.
"Angkat Naima! Kamu kemana hah?"saat aku kembali menghubungi Naima. Tapi tidak ada jawaban. Bahkan pesan berderet yang aku kirimkan juga tidak di baca apalagi di balas. Tidka seperti biasanya. Dia akan dengan cepat membalas dan menerima panggilanku. Sebucin itu memang Naima padaku.
"Apa mungkin Naima tau hubungan aku dengan Gisel? Tidak. Aku tidak ingin Naima tau akan hal itu. Aku juga tak mau kehilangan Naima, tapi aku juga tak mau melepaskan Gisel. Karena Gisel akan membuat aku naik jabatan kembali dengan cepat selain karena kemampuanku! Pak Angkasa pasti akan memberikan aku jabatan yang tinggi setelah aku menikah dengan Gisel. Aku akan menikah secara siri dengan Naima. Dan menikah resmi dengan Gisel! Naima tetap menjadi istri pertama. Aku harus segera membicarakan semuanya kepada Naima. Dia pasti mengerti!"
"Arga! Apa kamu sudah selesai? Gisel sudah menunggumu dari tadi! Jangan membuat dia kesal atau marah Arga! ingat tujuanmu! Tujuan kita,"tanya Bu Sari yang masuk ke dalam kamar anak laki-lakinya.
"Bu, aku mencoba menghubungi Naima, tapi dia tidak membalas pesanku ataupun menerima panggilan aku! apa mungkin Naima tau kalau aku punya pacar lagi?"ujar Arga.
"Halah! Sudah kamu jangan fikirkan lagi wanita itu! sudah ada Gisel yang memiliki segalanya. Kita sudah tidak butuh uang receh dari Naima. Gisel bisa memberikan kita lebih banyak! Dan ingat kamu juga akan naik jabatan dengan cepat kalau menikah dengan Gisel!"jawab Bu Sari.
"Tapi tetap saja ma, aku juga mencintai Naima. Dia adalah wanita yang sangat baik Bu,"ujar Arga.
"Halah cinta, cinta! wanita udik yang malah akan membuat kamu malu saat acara gathering kantor. Berbeda dengan Gisel, dia anak pemilik perusahaan besar! sudah cepat ganti baju kamu dan segera antarkan Gisel pulang!"ujar Bu Sari.
"Apa aku benar-benar harus meninggalkan dan merelakan Naima? Rasanya aku belum bisa melepaskan dia. Aku juga mencintai Naima,"
Gisel sedikit kesal dan marah karena aku agak lama di dalam kamar. Dia memang kekanakan dan egois. Aku harus selalu membujuk dia, bahkan masalah sepele saja akan membuat dia marah. Kalau saja dia bukan anak orang kaya, aku enggan sekali untuk merayu dia seperti ini. Bahkan selama dua tahun berpacaran dengan Naima, wanita itu tak pernah sesering ini merajuk.
"Maafkan aku sayang, aku tadi beneran sakit perut,"bujukku kepada Gisel saat kami di mobil bahkan aku sambil mencium tangannya sedari tadi.
"aku tidak percaya! Lain kali aku harus ikut kamu ke kamar!"jawabnya.
"Astaga! Mau ngapain kamu masuk ke dalam kamar aku sayang? jangan nakal ya!"ujarku sambil menoel hidung mancung Gisel. Sedangkan dia malah terkekeh.
"Bukannya itu Naima? Dari mana Naima malam-malam begini? Kenapa dia keluyuran malam dan tidak izin padaku? Biasanya kalau akan pergi kemanapun dia akan selalu izin padaku. Apa dia habis dari rumah? Kalau dari rumah artinya dia melihat Gisel juga disana? Tidak mungkin!" batinku saat tak sengaja melihat ojek online yang di tumpangi oleh Naima bersisian dengan mobil yang ku kendarai di lampu merah.
"Sayang! Kamu dengar nggak sih aku ngomong?"Teriakan Gisel menyadarkan aku dari lamunanku.
"iya sayang, sebentar ini lampunya sudah hijau,"jawabku sedangkan Gisel kembali marah.
Rasanya lelah sekali baru menjalani hubungan dua bulan tapi seperti ini. Bahkan saat aku mengantar dia sampai halaman depan, Gisel sampai membanting pintu mobil dengan sangat kencang. Bagaiman kalau sampai rusak. Mana ini adalah mobil inventaris yang di berikan perusahaan.
"Sayang, jangan marah begitu dong! Maafkan aku ya sayang,"ujarku menarik tangan Gisel dan membawa dalam pelukanku.
Dan setelahnya dia pasti kan merengek dan menangis. Aku tau yang dia inginkan. Dia selalu ingin beradu bi-bir jika sudah merajuk begini. Benar saja saat aku memancingnya, dia malah yang lebih bersemangat. Membuat aku sedikit kewalahan. Apa jadinya kalau kami sudah menikah? sepertinya dia yang akan lebih bersemangat setiap harinya.
"Besok malam aku akan datang melamar kamu kepada Papamu. Tunggu aku sayang, semoga Papamu memberikan izinnya,"bisikku setelah melepaskan pa-gu-tan kami.
"Baiklah, aku akan mengatakannya kepada Papa,"jawab Gisel.
Sedangkan aku pamit pulang. Selama perjalanan, aku teringat kepada Naima, apalagi saat ku lihat tadi, wajahnya terlihat sedih. Saat aku akan ke rumahnya, ku lihat jam yang melingkar sudah sangat malam. Sehingga aku mengurungkan niatku dan besok aku akan mencoba bertemu dengan Naima sebelum aku melamar Gisel. Semoga Naima mau jika menikah siri denganku. Aku yakin dia mau. Karena dia sangat bucin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
nely_48
idih pede sangat ngana Arga,, emang lelaki cuma ada ngana seorg,, banyak x lelaki baik d luaran sana yg mau sm naima
2025-10-28
1
Ambu Rinddiany Thea
kayanya bu susi renkarnasi nya dari s ce rani deh .. astagfirulloh manggihan deui kolot mata duitan kieu nya
2025-10-28
0